Aku berbaring di sofa, dengan segelas anggur sambil
mendengarkan siaran dari stasiun radio lokal. Istriku, Nadya sedang pergi
beberapa hari untuk berbisnis, dan dia mengambil kesempatan ini untuk bersantai
sendirian di sore hari, dimana semua perhatian dan kekhawatiran, tidak
terpikirkan olehku seperti yang biasanya terjadi, aku bisa duduk dengan santai.
Sewaktu aku hendak menuangkan kembali anggur ke gelasku, aku mendengar suara
hujan yang turun menerpa dengan keras jendela ruangan dimana tempat aku
bersantai. Dihadapanku terdapat suatu perapian dengan kayu bakar yang terbakar,
yang memberikan kehangatan. Meskipun musim dingin tahun ini agak ringan, tapi
hari ini tetap terasa sangat dingin. Dengan udara yang dingin ditambah dengan
derasnya hujan. Malam ini terasa seperti malam yang terasa agak mesum bagiku
dan aku juga merasa tidak perlu untuk keluar dari rumah.
Aku hanya menuangkan gelas demi gelas anggur dan merapihkan
serta menyusun kayu pada perapian, dan pada saat itu bell pintu berbunyi. Aku
menyeruput seteguk anggur dari gelasnya dan menunggu beberapa saat, hanya ada
dua hal yang ada pada pikiranku saat itu, membukakan pintu atau tidak, dan
siapakah yang mencoba mengganggu diriku malam ini. Sebenarnya aku telah
memutuskan untuk memberi tahu kondisiku kepada seseorang yang ada diluar, aku
mencoba menjawab, saat suara bell terdengar untuk kedua kalinya.
Meletakan minumanku di meja dan mulai melangkahkan kakiku
maju kedepan pintu menyalakan lampu di teras depan. Meskipun aku dapat melihat
bentuk bayangan dari orang yang datang malam itu, aku tetap belum bisa
menentukan siapakah itu, ataupun dengan sebab yang lain, apakah itu wanita atau
pria. Melepaskan grendel lalu membuka pintu yang ternyata adalah Rini, Ibu
Mertuaku yang sedang berdiri di beranda teras rumahku, yang akan kebasahan bila
tidak segera kupersilahkan masuk.
“Hai sayang, aku pikir dirumah gak ada orang”. Kata Rini.
Walapun tidak berharap, aku juga tidak terlalu surprise
dengan kedatangan perempuan yang biasa dipanggil dengan panggilan Rini. Ibu
Mertuaku ini sangat dekat dengan anak perempuannya yang kini menjadi istri ku,
sering sekali mereka berkomunikasi melalui telepon untuk mengobrol, sejak dia
kehilangan suaminya setahun yang lalu.
“Silahkan masuk, bu”, aku mempersilahkan masuk Ibu mertuaku
yang berdiri di beranda teras. “Nadya lagi gak dirumah, dia pergi berbisnis,
aku pikir dia memberi tau Ibu”. Kata ku, sambil menutup pintu Rumah untuk
menghalau Angin dan hujan yang memang agak kencang.
Rini, membalikan badan dan wajahnya kearah ku.
“Gak, istrimu belum bilang tuh, malahan sekarang Ibu
berpikir untuk menghubungi istrimu untuk mengatakan bahwa aku akan menghabiskan
waktu disini selama satu atau dua hari, untuk menyelesaikan beberapa hal”.
“Memang ada yang penting, Bu”? Aku bertanya.
“Gak lah, gak juga sichh, tapi Ibu muncul tiba2 karena
memang Ibu butuh teman untuk ngobrol, tapi klo sibuk ya udah gpp koq, Ibu
pulang lagi ya”. Ibu Mertuaku mengatakan hal tersebut sambil membuat bahasa
tubuh seakan-akan siap untuk pergi meninggalkan diriku.
“Ya udah sih Bu, gpp koq, masa cepet amat langsung pergi,
aku lagi gak ngapa2in koq, sebenarnya sekarang aku sedang bersantai aja di sore
hari menjelang malam ini, mari Bu aku bantu untuk melepaskan mantel Ibu”. Kata
ku, dengan sigap membantah kata2 Ibu Mertuaku.
Rini membalikan badannya agar diriku bisa dengan mudah
membantu melepaskan mantelnya, dengan demikian secara tidak sengaja Rini
menawarkan sebuah pemandangan punggungnya kepada ku. Selagi Ibu Mertuaku
membuka kancing depan mantelnya, aku meraih Mantel dari Pundak Ibu mertuaku dan
menurunkannya melalui bahunya. Dengan cepat dan insiatif aku menurunkan dan
melepaskan Mantelnya, membuka mantel yang dikenakan oleh Ibu Mertuaku. Mantel
yang berwarna biru terang terbuat dari rajutan bulu domba, dan ketika mantel
nya dibuka telihatlah Baju Ibu Mertuaku bermodelkan terusan langsung tanpa
kerah yang berbentuk huruf “V”, yang agak menonjolkan dadanya yang terlihat
menggoda.
Pada kenyataannya pakaian yang dipakai oleh Ibu Mertuaku
terlihat sangat cocok dan enak dilihat mata. Aku melihat Ibu Mertuaku dengan
pakaian seperti itu mungkin hanya pada acara2 tertentu saja, atau mungkin saat
kebetulan bila Ibu Mertuaku sedang memakainya, dan aku tidak cukup mempunyai
alasan untuk meminta Ibu Mertuaku special memakai pakaian seperti itu hanya
untuk diriku, dan memang hal seperti ini menjadi favorit diriku, terutama hal
ini diperlihatkan Ibu Mertuaku saat Ibu Mertuaku menginjak umur 55 tahun,
tetapi pada umurnya yang sudah cukup tua itu Ibu Mertuaku lebih terlihat
seperti perempuan berumur 36 tahun, atau mungkin 25 Tahun, yang pasti jika
orang melihat pasti masih cocok di skala umur 35-an tahun. Satu hal, sudah
pasti Ibu Mertuaku sangat menjaga penampilannya agar selalu bisa tampil anggun
dan cantik.
“Masuk Bu, silahkan ke dalam”. Aku berkata sambil
menggantungkan Mantelnya. Seperti yang aku lakukan, aku tidak bisa mengantar
Ibu Mertuaku masuk ke dalam, tetapi aku memperhatikan bagian belakang Ibu
Mertuaku yang terlihat sangat memukau dengan gaya jalannya dan lenggokan
pinggulnya saat berjalan menuju ruangan tengah tempat aku bersantai. Tampak
belakang dari tubuhnya terlihat sangat indah, aku berkata di dalam hati, aku
juga memperhatikan Pantat Ibu Mertuaku yang sangat elok nan rupawan yang
bergoncang dan bergoyang ke kanan dan ke kiri terbungkus oleh kain halus
pakaian terusannya yang agak ketat di daerah pinggulnya, seiring dengan langkah
kakinya yang indah dah rupawan.
Rini menghilang masuk ke dalam rumah dan aku mengetahui
bahwa diriku sedang berfantasi tentang Ibu Mertuaku, apa reaksi Ibu Mertuaku
apabila dia tau bahwa tubuhnya sedang diperhatikan oleh menantunya atau dia tau
bahwa Menantunya sangat mengaggumi dirinya. Lalu kemudian, dan lagi, aku
sedikit banyak mulai berharap, aku mulai melangkahkan kaki ketempat dimana Ibu
Mertuaku berada, dan aku juga sambil mengkhayal apabila Ibu Mertuaku tau dengan
perasaannya yang sedang diperhatikan oleh Menantunya.
Aku mengikuti Ibu Mertuaku dari belakang ke ruang tengah
dimana sebelumnya aku sedang bersantai dan memberikan isyarat kepada Ibu
Mertuaku supaya membuat dirinya nyaman selagi aku menuangkan segelas Wine.
Meskipun demikian, aku tetap tidak bisa menahan untuk tidak memandangi tubuh
Ibu Mertuaku dari pojok mataku sewaktu dia duduk di Sofa. Lalu aku berjalan
sambil meminum segelas wine yang ada di genggamanku. Lalu aku menawarkannya
segelas Wine yang memang sudah kusediakan untuk Ibu Mertuaku.
Untuk beberapa menit kami mulai membicarakan tentang Nadya
istriku, Nadya dan pekerjaannya yang memang membutuhkan dan menyita banyak
waktu dan sementara kami berbicara, aku mengalami kehilngan kontrol pada
matanku dan aku sangat susah untuk mencegah mataku untuk memperhatikan tubuh
Ibu Mertuaku yang sangat mengundang birahi. Dua kali aku mencoba membenarkan
posisi duduk ku dari kekhawatiranku terhadap Rini Ibu Mertuaku, yang mungkin
bisa melihat sesuatu yang berubah pada celanaku.
Kami melanjutkan perbincangan tentang suatu hal yang memang
menarik tetapi juga mungkin hanya perbincangan kosong dan tidak terlalu penting
sehingga aku semakin dibuat mabuk kepayang oleh kesensualan dan keindahan Tubuh
Ibu Mertuaku.
Memang sudah tidak diragukan lagi tentang hal itu, aku
merenung dalam hati, Ibu Mertua atau bukan, Rini adalah seorang perempuan yang
sangat menarik. Aku tersenyum kecil dan membayangkan perkataan dari orang-orang
bahwa diriku mempunyai Ibu Mertua yang cantik dan sangat Modis, terlebih lagi
pada saat malam ini, berpakaian rapih ketat walau tidak minim tapi
memperlihatkan lekuk tubuh yang sangat sempurna, semua yang aku bayangkan
secara tepat adalah sebuah sosok yang sangat menantang, sesosok perempuan yang
menggoda yang sedang duduk dan secara tidak langsung Ibu Mertuaku juga
terkadang menyembunyikan lirikan matanya, aku juga tau bahwa mungkin Ibu
Mertuaku sudah masuk ke dalam sebuah atmosfer ketertarikan lawan jenis. Jika
itu benar, aku akan sangat sulit untuk mempercayainya karena memang sejauh yang
aku tau Ibu Mertuaku tidak mempunyai ketertarikan untuk makan malam atau minum
Wine dengan lawan Jenis atau membina hubungan dengan lawan jenis semenjak
dtinggal oleh suaminya.
Mata ku hanyut kepada Dadanya yang cukup sexy, kedua mataku
menelusuri kerah kerah pakainnya yang berbentuk “V” yang agak rendah mulai dari
atas kerah dari leher sampai ke akhir dari kerah tersebut, ukuran dari dada Ibu
Mertuaku cukup membuat pakaian yang dikenakan olehnya menjadi sangat Ketat dan
menggoda sangat mempesona dan menggairahkan, lalu aku diam2 meyakinkan ukuran
buah dada dari mertuaku itu melalui belahan dada yang terlihat dari kerah “V” -
nya. Belahan buah Dada Rini terlihat, naik turun seirama dengan nafasnya, yang
kadang ditarik cukup dalam saat mengela nafas.
Mata ku terus tertuju kearah garis payudara dan lekukan
tubuhnya yang tercetak pada pakaiannya yg ketat, pinggangnya yang ramping,
belahan pinggulnya yang sangat montok nan bahenol dan terus tertuju kearah kaki
Ibu Mertuaku, kaki yang sangat bagus, mulus terawat dengan sangat baik serta
betisnyanya yang sangat menggoda. “ Mmmm...”,aku bergumam dalam hati dan
berfantasi apabila aku bisa mendapatkan Ibu Mertuaku dan meraba seluruh
tubuhnya.
Aku juga mengetahui bahwa Rini-Ibu Mertuaku mengenakan kaos
kaki panjang nilon atau lebih tepatnya stoking, atau jika dilihat sesaat
seperti celana ketat tapi memang terlihat seperti stoking. Mengetahui dirinya
mengenakan stoking, aku berasumsi bahwa itu adalah benar2 stoking. Pendapat ku
dalam hati, mungkin ibu mertuaku agak malu untuk mengenakan celana ketat, tapi
itu hanya pendapatku saja.
Hampir tersadar dari lamunan tentang Ibu Mertua, aku mencoba
mendengarkan perkataan Ibu Mertuaku sekali lagi dan sesaat diriku seperti
mencoba tersadar dari khayalan nakalku, dan setelah tersadar ternyata aku tidak
menyimak semua obrolan yang sedang kami perbincangkan.
“Eee..Ya..Duh, Maaf bu kenapa?”, kata ku. “Tadi aku lagi
sedikit melamun, Bu. Tadi Ibu bilang apa?”
“Ya ampun, Sayang...,Hey, kamu sudah bosan ya mendengarkan
ocehan Ibu Mertuamu?” Kata Rini.
“Gak..gak koq Bu, ya ampun Gak Bosen juga kali bu”. Diriku
menyahut. “Aku hanya gak ngerti banget maksud dari perkataan Ibu”.
Rini melihat kearah diriku dan menganggukan kepalanya dan
mencoba kembali menjelaskan pertanyaannya itu.“Tadi Ibu Tanya, apakah kamu akan jemput Nadya di airport,
sepulangnya istrimu itu?”
Aku meyeruput Wine dan berkata,”Tidak biar dia naik taksi
saja, lagi pula dibayarin koq sama perusahaannya”.
“Dan Nadya pulangnya hari Kamis ya, katamu tadi”?Tanya Ibu
mertuaku.
“Ya mungkin pada sore Hari-nya”, jawabku, sambil terus
melirik kearah tubuh nya.
“Ooh..kasian banget kamu, tidur sendirian di tempat tidur
sebesar itu untuk beberapa malam?Pasti kamu akan merasa kesepian banget”.Kata
Rini sambil menurunkan tangannya kearah kedua belah pahanya dengan bersamaan
menyilangkan pahanya bertumpu ke paha yang lain dengan gerakan yang tidak menentu.
Bagi ku, sementara komentar itu muncul dari mulut ibu
Mertuaku, yang akhirnya keluar ke dalam pembicaraan mereka, membuat diriku
seperti terkaget akan komentarnya yang seperti itu. Dengan nada rendah aku
menjawab.
“Ya bu, memang sudah seharusnya seperti itu”. Jawabku.
Kulanjutkan perhatian kepada tubuh Ibu Mertuaku sementara
Ibu mertuaku tetap mengoceh, memperhatikan pakaian terusan yang agak ketat di
badannya sampai dengan lutut-nya. Hampir saja terpikir oleh ku, bahwa Ibu
Mertuaku seperti akan menunjukan untuk memperlihatkan betapa mulusnya kaki dan
pahanya. Tapi hal tersebut tetap tidak bisa membantu diriku untuk memulai
berkhayal jika tanganku bisa membelai mulusnya paha dari Ibu Mertuaku yang
terlihat sangat terawat dengan mahal, ujung kakinya yang terbalut oleh kain
stoking dan juga meraba indahnya tubuh dibalik pakaianya yang menutupi tubuh
Ibu Mertuaku, dan akhirnya aku kembali membetulkan posisi duduk ku untuk
menutupi suatu perubahan pada diriku.
Pembicaraan terus berlangsung diatara kami, satu2nya
persoalan yang mengganggu diriku adalah sewaktu aku berdiri untuk menuangakan
wine ke gelas Ibu Mertuaku. Sewaktu pembicaraan masih berlangsung, Rini
berbicara kepada ku,” Bagaimana jika kita nonton Film yang selalu di rekam oleh
Nadya?”.
Karena waktu kerja Nadya yang sangat panjang dikantornya,
Nadya selalu merekam Film yang terlewat untuk di tonton-nya kemudian. Seperti
aku, Rini pun tau kesenangan anak perempuannya. Sesampainya dirumah dari
kantor, mandi, berpakaian, lalu menyalakan TV, duduk relaks dan menonton salah
satu film yang sudah dia rekam. Rini pun juga kadang2 suka begitu, ataupun
bergabung bersama anak perempuannya itu.
“Ok, boleh juga tuh Bu”. Sahutku.
Aku tuangkan segelas wine untuk nya, lalu aku berjalan
kearah TV. Membuka lemari TV dan menyalakannya, lalu mulai membaca judul2 film
yang akan di putar. Ada sebagian film yang tidak ada judulnya, disitu hanya
tertera Nomor dari film tersebut. Aku tersenyum kecil melihat hal tersebut dan
mempunyai ide di dalam pikiranku. Aku tau bahwa sebagian itu adalah film porno,
dan aku ingin tau apa reaksi Ibu Mertuaku jika aku secara tidak sengaja memutar
film porno tersebut.
“Apa yang akan dikatakan oleh Ibu Mertuaku?”, gumamku dalam
hati. Dan jika ternyata Ibu mertuaku menolak dengan tegas, yang kuperlukan
adalah meminta maaf, dan menjelakan bahwa ini murni ketidak sengajaan, dan
mengganti dengan film yang lain.
Waspada jika Ibu Mertuaku tau bahwa diriku mempunyai niat
Nakal dengan senyuman kecilku itu, aku memutuskan untuk segera memutar film
porno tersebut, berharap dia tidak sangat tersinggung dengan kenakalan ku dan
tetap baik kepada menantu laki2nya ini, dan mudah2an film tersebut menuntun
kami ke arah yang lain.
“Film apa nih?”, Rini bertanya sebelum film itu mulai
berputar.
“Aku juga gak tau, Bu”. Aku menjawab pertanyaan dengan muka
polos.”Aku sich berharap ini adalah salah satu Film televisi yang baru saja
direkam oleh Nadya”.
Aku memperhatikan Rini yang sedang menyeruput wine-nya. Film
sudah dimulai menampilkan adegan pertama dan aku akan secepatnya bilang seperti
yang aku rencanakan tadi. Aku tau kapan aksi pertama film itu akan dimulai,
film ini berlatar di Jerman, dimana Rini pasti akan menyakan soal itu. Setelah
aku sudah cukup yakin, dan adegan pertama mulai, dimana adegan itu menampilkan seorang
suami yang sedang bercakap cakap dengan seorang perempuan pirang, lalu Rini
berpaling kepada ku.
“Film ini berlatar dimana ya?Asal negaranya...?” Tanya Rini.
“Ya ampun..”, Aku menyeringai agak keras, bahwa aku salah
memutar Film, yang kuputar itu adalah Film Horor. “ Jika aku sekarang salah
memutar film pasti Ibu gak mau nonton ya?” Kataku.
“Kenapa...?Ada yang salah...?” Kata rini Ibu Mertuaku.
“Gak sih Bu, gpp ..”, Kata ku sambil berdiri dari kursi. “
Aku akan mengganti dengan film yang lain Bu”. Kata ku sambil berdiri.
“Udalah..gpp koq”, Kata Ibu mertuaku. “Klo kamu mau nonton
ya gpp, klo emang film horror-nya bagus kenapa gak”.
“Bukan itu Bu, maksud aku...”, kubalas pendapat Ibu
Mertuaku.
“Film yang satu ini.....bisa dikatakan, film ini agak nakal
gitu deh Bu, aku gak yakin Ibu Setuju untuk menontonnya”.
“Ooohhh..ya ya ya, Ibu tau sekarang”. Rini menjawab, dimana
film tersebut sedang menampilkan adegan seorang wanita berambut pirang sedang
menurunkan celana seorang laki2.
Untuk sementara aku terdiam mematung, satu matanya kearah
screen TV, satu matanya agak melirik kearah Ibu Mertuaku.
“Hmmm...udahlah sayang Gak usah khawatir dengan Ibu”. Rini
berbicara, sambil menyenderkan punggungnya di sofa. “Udah lama banget nih Ibu
gak nonton film kaya gini, sejak dulu Ibu pernah nonton sekali. Terus, kamu
sesekali juga nonton film begian, apa kamu nonton semuanya, Iya kan?” Kata Ibu
Mertuaku sambil sedikit tersenyum Nakal.
“Tuh kan, Ibu...Kan aku sudah bilang klo ini film...”, Aku
membalas pertanyaannya sambil menyenderkan punggungnya ke senderan kursi agar
diriku bisa sedikit santai dari ketegangan akibat pertanyaan Ibu Mertuaku.
“Ibu Yakin Nih, mau nonton Film ini?” aku langsung
menyambung pernyataannya dengan bahasa tubuh seperti orang tidak berdosa dan
berharap semua berjalan lancar dan sesuai rencana.
“Ya, gpp. Udah gak usah takut”. Kata Rini Ibu Mertuaku.
Beberapa menit kedepan kami menyaksikan di layar TV dimana
adegan tersebut menampilkan wanita pirang mulai membuka celananya di depan
suaminya, lalu adegan tersebut belangsung panas si suaminya mulai menggoda
istri mudanya yang berambut pirang itu dengan meraba payudara sampai dengan
rabaan pada putting payudaranya. Aku memperhatikan adegan itu dengan sangat
konsentrasi dan membayangkan wanita yang sedang ada di dalam adegan itu adalah
Ibu Mertuaku sendiri yaitu Rini dan aku juga membayangkan bahwa laki2 yg ada
dlm adegan itu adalah diriku sendiri, yang sedang membelai payudara Rini. Dalam
khayalan aku membelai kedua payudara Rini dari satu ke yang satunya dengan
sangat lembut, dan aku hanya bisa mengkhayalkannya saja.
Kami berdua duduk dengan meyandarkan punggung kami pada
senderan kursi, dan memperhatikan Video tersebut dengan seksama sejalan dengan
jalan cerita dari film tersebut, sehingga aksi dari film di Video tersebut
berjalan sesuai dengan alur cerita dan cerita kian memanas. Dalam beberapa
kesempatan aku mulai terangsang dan makin terangsang. Karena aku membayangkan
yang ada di film tersebut adalah aku dan ibu mertuaku yang menjadi artis porno,
dan memainkan suatu adegan ranjang yang sangat panas. Aku membayangakan seperti
adegan yang ada pada film tersebut, bersetubuh dengan bepelukan, persetubuhan
dengan doogy style, bahkan hubungan seks anal dan oral, aku membayangkan diriku
melakukannya bersama Ibu mertuaku sesuai dengan tampilan yang ada pada layar
TV. Akhirnya film tersebut selesai dan habis, dan aku sudah membenarkan
posisiku berkali kali sejak film itu mulai sampai dengan selesai, karena
beberapa kali aku sangat susah menutupi keterangsanganku bila aku berdiri dari
bangku yang kududuki. Kira2 apa yang akan terjadi pada kami berdua, karena
memang aku merasa bahwa Rini Ibu Mertuaku kadang juga memperhatikan
keterangsangan yang kualami.
“Hmmmm....terus sekarang apa yang ada di dalam pikiran kamu
Sayang?”. Pertanyaan Ibu Mertuaku yang sama sekali tidak terpikirkan oleh
diriku, membuat aku sangat Kaget.
“Mmmm...sebeneranya
sih, jujur saya agak malu Bu, duduk disini bersama ibu Nonton film beginian,
dan saya tidak tau apa yang harus saya katakana sekarang”.
“Hmpff...udah deh
jagan sok lugu gitu deh kamu, kan Tadi ibu dah bilang, aku juga sdh pernah
nonton film kaya gini sebelumnya, dan ibu yakin kamu sama Nadya juga sering kan
nonton film beginian berdua?”
“Ya pernah lah Bu,
tapi kan gak sama rasanya. Aku nonton sama Nadya dan sekarang kan aku nontonnya
sama Ibu, beda kan Bu Rasanya?”.
“Ya Jelas Beda lah
Sayang, harus berbeda donk, aku kan Ibu Mertua mu, terus klo kamu sam Anna lagi
nonton...rekasi Nadya kaya gmn?” Ibu Mertuaku bertanya seperti ingin tau.
Pertama kalinya Aku terlihat sangat malu walau sedikit.
“Kalo Nasya sih
enjoy2 aja Bu, nonton film begianan sama aku, ya kadang agak2 kaget2 juga sih
bu”
“Nah, terus reaksi
kamu gimana?”
“Ya jelas lah Bu,
reaksi aku ya tergantung Reaksinya Nadya Gimana ke aku...hehe”.
“Itu menurut kamu,
bisa juga karena kalian nonton film porno Non Local atau film porno dengan gaya
sex kasar gitu kali ya, jadi itu yang bisa bikin kalian terangsang”.
Aku bertambah kaget ketika Ibu Mertuaku memberikan
pernyatanyaan yang sangat jujur.
“Gak juga sih Bu,
mungkin kadang2 gitu”. “Ibu mau minuman lain mungkin Bu?” Aku sedikit menyela
untuk mengganti topik pembicaraan.
RINI: “Boleh juga tuh, mau donk”.
Aku bangkit dari kurisku, mengambil cangkir dari meja kopi,
dan mulai membuat minuman. Lalu kembali ke ruang tengah dan memberikan Ibu
Mertuaku gelas dengan minuman itu. Lalu aku kembali duduk ke kursi.
“ Kenapa sih duduknya
jauh2, sini donk duduk deket Ibu!”.
Permintaan Ibu Mertuaku itu sungguh sangat mengagetkan
diriku dan untuk sementara, membuat ku bingung harus menjawab apa.
“Mmmm...Aku gak tau
Bu..eh...”, Jawabanku berantakan karena sangat Grogi.
“Yahh...jangan mikir
macem2 deh kamu, kamu pikir Ibu akan merayu kamu ya? Hahaha....iya kan, kan
kamu mikir gitu kan?” Ibu mertuaku tertawa geli.
“Ya gak lah bu..jelas
gak...Aku hanya ...mmm...”
“Yaudah sich...gak
usah kebanyakan mikir, sini..ayo..!!” Ibu Mertuaku memerintahkan diriku sambil
bergeser memberikan tempat untuk ku dan mengajak aku segera berajak dan pindah
ke sofa untuk duduk bersama dengannya.
Dengan senyum malu2, aku berpindah ke sofa sambil menaruh
gelas minuman di meja, dan duduk disebelah Ibu Mertuaku.
“Nah gitu donk, gak
knp2 juga kan?” Ibu Mertuaku sedikit menggoda.
“Ya iyalah bu”. Balas
ku dengan agak bingung dan muka yang malu kemerahan.
Setelah kami duduk di besebelahan di satu sofa, untuk sesaat
kami terdiam dan tidak ada yang berkata sepatah katapun. Aku merasa sepertinya
harus memulai membuka pembicaraan lagi agar kesunyian ini bisa terpecahkan,
ternyata Rini Ibu Mertuaku telah memulai pembicaraan terlebih dahulu.
“Mmm..trus, kamu jadi
gak mau kalo ibu menggoda kamu ya?”.
“Aku gak bilang gitu
lho bu”.Jawabku, sambil agak terkejut.
“Ooohhh...jadi kamu
mau kaannnn?”
Balas Rini sambil sedikit meluruskan kakinya kedepan.
Otomatis mata ku langsung tertuju menelusuri dari lutut samapai dengan bawah
kaki Ibu Mertuaku dan sepertinya aku sudah mulai masuk kedalam godaan2 Ibu
Mertuaku. Dan memang aku sudah sangat tergoda. Tanpa basa basi, kubiarkan
mataku untuk memandangi Ibu Mertuaku dari betis hingga pahanya yang sangat
terawat dengan indah.
“Aku gak bilang gitu lho bu...”, ku ulang kata2 ku tadi,
mengetahui bahwa Ibu Mertuaku sekarang sudah mulai menggoda diriku dengan
sesuatu yang bisa dibilang tidak pantas dilakukan oleh seorang Ibu Mertua
kepada Menantu Laki2nya, dan diwaktu yang sama pula saat aku mulai menjawab
pertanyaan dari Ibu mertuaku, aku terus berusaha dan terus mencoba
menggiringnya kedalam perangkap yang sudah aku letakan, persiapkan dan rencanakan.
“Apa yang ingin kamu
katakana si, Say?” Kali ini dia dengan sengaja bertanya seperti itu kepadaku,
dan dengan sengaja pula menyilangkan kakinya agar bisa memperlihatkan pahanya
yang sangat sensual.
“Aku jadi malu Nih,
Bu, seharusnya kita juga jangan dan tidak boleh berpikir kearah situ kali ya
Bu?” aku menjawab dengan sagat jujur dan berharap membawa situasi ini selesai
sampai disini saja.
“Hahahahaha.....Kenapa
sih Sayang, Ibu terlihat agak nakal ya?” Dia bergurau sambil mengedipkan satu
matanya.
“ Iya bu,
sedikit”.
“Ooohhh jadi begitu, hmmm....trus klo aku nakal, apa yang
kamu lakukan untuk menghukumku?”Tanya Ibu Mertuaku. Sambil bertanya kepada ku,
Rini berdiri dari sofa dan berputar untuk berdiri tepat di depan ku yang masih
duduk di sofa. Perlahan, lalu dia dengan sengaja mengangkat baju terusannya
sampai sebatas paha agak naik sedikit, sambil menaikan kakinya menginjak tempat
duduk sofa tepat disebelahku , kini kakinya yang mulus tepat berada
disebelahku. Sekali lagi aku tidak bisa berbuat banyak tapi diriku membiarkan
mataku untuk menikmati keindahan betis dan paha dari Ibu Mertuaku yang sekarang
tepat berada di depan mataku dan sangat mudah sekali untuk disentuh.
“Suka gak sama kaki
Ibu?”. Tanya Ibu Mertuaku.
“Ya, sangat Indah
Bu”.
“Hmmm...!! Kamu mau
menyentuh kedua kaki ku dan membelainya?”.
Diriku tau, bahwa harusnya kutolak kesempatan tersebut,
tetapi pemandangan yang sudah sangat dekat itu sangatlah menggoda birahiku.
Akhirnya kugerakan tangan dan menempatkan telapak tanganku di dengkul Ibu
Mertuaku. Merasakan lembutnya rasa dari kain nilon yang masih membungkus kaki
Ibu Mertuaku itu di telapak tangan dan aku mulai meraba dan menyentuh halus
paha Ibu Mertuaku.
“Mmmppff...Rasanya
enak sekali sayang, jika dibelai seperti itu...Ssshh”. Rini hampir mendesah.
Sekali lagi dengan penuh semangat aku memulai yang
seharusnya tidak boleh kumulai. Sekarang, aku tidak mungkin menolak untuk
membiarkan tanganku menelusuri pakaian yang selama ini menjadi misteri bagi ku
dan tanganku mulai merasakan kehalusan dari kulit paha Ibu Mertuaku yang masih
terbalut dengan kain nilon dan jari2ku dengan cepat meneliti bahwa itu adalah
stoking, dan ya Ibu Mertuaku menggunakan stoking.
“Stoking,Ya Ibu
memakai stoking”. Aku hampir berbicara seperti itu, saking penasarannya.
“Tunggu dulu, Sayang,
Pokoknya yang terbaik akan ku berikan kepadamu”. Ibu mertuaku mendengar apa
yang ku katakan dan langsung menjawabnya.
Rasa dari kehalusan kain nilon tersebut memberikan sensasi
tersendiri, cukup memeberikan rasa yang sangat membangkitkan gairah ku dan aku
pun menyadari bahwa aku sudah berbuat terlalu jauh, dan aku sudah tidak bisa
mengendalikan diri.
Dengan perlahan aku mulai meraih pinggiran bawah dari
pakaian terusan yang dikenakan Ibu Mertuaku dan memulai dengan perlahan menaikannya
keatas. Dalam beberapa detik mulai terlihatlah pangkal paha Ibu Mertuaku dengan
pemandangan yang masih terbalut full dengan stoking. Aku berdecak kagum atas
pemandangan itu, sebelum akhirnya Tanganku menaikan lagi lebih tinggi pakian
Ibu Mertuaku beberapa inci keatas dan segera aku melihat bahwa Ibu Mertuaku
ternyata tidak mengenakan celana dalam. Vaginanya yang berwarna merah jambu
terlihat jelas. Terdengarlah kembali decak kagum yang keluar dari mulut ku.
“Ooohh....gila...tercukur dengan rapih!!”. Terucap dari
mulut ku kekaguman itu dan aku memutarkan telapak tanganku kebelakang Ibu
Mertuaku dan meraih kedua pantatnya yang sangat gempal dan montok dengan kedua
tanganku dan mendorong pantat itu tepat kedepan mukaku sambil meremas pantat
Ibu Mertuaku. Tangan ku mulai bergerilya meremas dengan sedikit kasar mencari
lubang anus Rini dan mulai menggosong lubang tersebut dan jari2ku juga dan juga
menyeruak ke dalam bibir Vagina Ibu Mertuaku diantara kedua pahanya. Aku
langsung memajukan kepalaku, dengan lidah aku mulai menjilati Vagina Ibu
Mertuaku dengan sedikit menyentuh klitorisnya dengan sapuan2 lidahku. Dengan
cepat Rini meraih belakang kepalaku dan menempelkan kuat2 kepalaku ke dalam
Vaginanya, dan mulailah hisapan demi hisapan dan sapuan lidah ku ke dalam
Vagina Ibu Mertuaku.
“Ohh..ahhh..ya
sayang, lebih dalam lagi jilat agak dalam...sshhhakkhhh”. Ibu Mertuaku meracau
dan mendesah.
Ku hirup dalam2 aroma bau2an vagina Ibu Mertuaku ke dalam
hidungku dan kurasakan rasa dari bibir Vaginanya. Bisa dibilang, seblumnya saya
tidak pernah sama sekali untuk mengubungi no telp Dia (Ibu Mertuaku) untuk
mewujudkan impianku/fantasiku terhadap wanita ini. Tetapi sekarang, dia Rini
Ibu Mertuaku, dengan membuka mengangkangkan kaki nya selebar mungkin, dengan
tangannya yang memegang kepalaku dan mendesah kepadaku untuk terus
memberikannya kepuasan birahi kepadanya dengan terus menjilati Vagina nya yang
tercukur dengan rapih.
Ku tekan dengan kuat kepalaku kea rah Vagina nya, lidahku
terus menelusuri bibir Vaginanya, sambil kujilati dan ku goyangkan lidahku
keluar dan masuk Vaginanya. Tanganku tidak berhenti bergerilya dari remasan di
Pantatnya sampai dengan belaian dipahanya lalu kembali lagi meremas pantat Ibu
Mertuaku itu, merasakan kepuasan dari rasa halusnya kulit Pantat Ibu Mertuaku
yang berpadu dengan tekstur halusnya kain Nilon stokingnya.
“Oooohhh sayang,ya
...terus sayang, hisap yang kuat, tunjukan kehebatanmu padaku sayang”.
Kutekan lidahku kedalam vaginanya kujilat semampu lidahku
menelusuri bibir Vaginanya, dan akhirnya Rini mulai terasa mengumpulkan untuk
menahan klimaksnya.
“Ooohhh...Ooohh..Ibu
mau keluar nih, ssshhhhh akkhhhh...aduhhh... gak tahan lagi”.
Ibu Mertuaku merintih dan menjerit sangat keras, nafasnya
terlihat tidak teratur menahan orgasme yang menyerangnya, Vaginanya terasa
sangat basah dan siap menyemburkan cairan kewanitaan.
Ku jilati terus lidahku sedalam dalamnya ke dalam Vagina Ibu
Mertuaku sambil sesekali menekan klitorisnya dengan ujung lidahku, sesekali dia
kembali menjerit seperti dimabuk kepayang, aku dapat merasakan menggilnya tubuh
Ibu Mertuaku dengan wajahku yang benar2 lekat pada Vaginanya. Dan aku juga bisa
merasakan mengalirnya cairan kewanitaan yang tersembur dari Vaginanya mengalir
ke bibir, mulut dan lidahku.
Kutarik mundur kepalaku dari Vagina Rini Sang Ibu Mertuaku,
Vaginanya terlihat memerah sangat sexy, bersamaan itu pula Rini secara otomatis
berlutut dilantai seperti kehilangan topangan.
“Luar biasa sayang,
enak banget. Kamu belum menyerah kan?”.
“Belum donk Bu, tapi
Maaf ya Bu, soalnya kita sebelumnya belum pernah berbuat sampai sejauh ini”.
Kataku sambil tersenyumkearah Ibu Mertuaku sambil meremas halus salah satu
payudaranya.
“Bagus!! Oleh karena
itu, sekarang Ibu Mau tau, apa yang bisa kamu lakukan ke Ibu?” Ibu mertuaku
menyeringai genit kepadaku.
“Hmmm....kira2 apa ya
bu, klo menurut ibu ngapain lagi nih kita?” Aku gentian menggoda dirinya.
Rini Sang Ibu Mertuaku merogohkan tangannya ke buah Zakarku,
dan dia juga meraba batang Penisku yang sudah tegak tercetak di celanaku.
“Nah, ini dia, Ibu
Mau tau kehebatan dari Penismu”. Sahut Ibu Mertuaku sambil meraba batang
penisku.
“Ohh...yang ini
memang sangat bagus Bu. Yang pasti anak perempuan ibu gak pernah mengeluh atau
complain sama yang satu ini”.
“ Tapi kan aku bukan
Nadya,lho.....Maksud Ibu, harapan ibu boleh dong lebih tinggi dari Nadya, Ibu
mau yang lebih Dari kamu”
Rini berhenti bicara dan maju selangkah, untuk mulai
melepaskan celanaku. Lalu Ibu mertuaku menyelipkan pinggulnya diantara kedua
kakiku yang terbuka lebar, lalu dia memasukan tangannya kedalam celanaku untuk
memegang dan merasakan ke-ereksian Penisku yang sudah sangat keras. Ketika aku
rasakan genggaman tangannya pada batang penisku, kurasakan sensasi yang luar
biasa, dan membuatku sedikit mengerang, ketika genggaman tangannya mulai
mengocok penisku naik dan turun. Dan Ibu Mertuaku melihat kearah mataku, yang
menyiratkan kepuasan sensasi bercinta dengan sang Ibu Mertua.
“Sudah berapa kali
kamu membayangkan bersetubuh dengan ku, sayang..?”. Dia berkata sambil terus
mengocok penisku.
Aku naikan salah satu alis mataku sesekali sambil bertatapan
dengan mata Ibu Mertuaku, dengan maksud memberikan padangan yang mengejutkan
hatinya, sambil sedikit tersenyum simpul kepadanya.
“Udah gak ke itung
lagi Bu, sering banget”. Jawabku.
“Klo Ibu tuh
sebenernya, udah dari dulu pengen banget bersetubuh dengan kamu sayang. Sampai
kadang Ibu berpikir bahwa Nadya Anak perempuanku itu, egois banget ya nyimpen
kamu untuk dirinya sendiri”.
“Lha bu, aku kan
nikah sama dia Bu. BUkan sudah seharusnya begitu”. Jawabku sambil menahan
nikmatanya kocokan demikocokan yang dilakukan oleh Ibu Mertuaku.
“Hmmmm....!!Betul
sayang, tapi gak ada salhnyakan kamu tau sedikit tentang Ibu dari Istrimu”.
Rini kembali menyanggah pendapat ku, dengan tersenyum lebar dengan penuh
kenakalan.
“Ooohhh...sshhh....Akhhh...Apa
tuh Bu, yang perlu aku tau tentang ibu?” Tanyaku sambil mendesah keenakan.
“Disaat aku ingin
sesuatu yang agak nakal, dan pasti aku Ibu Mertuamu bisa mendapakannya. Dan apa
yang ku mau sekarang adalah disetubuhi oleh mu Sayang, disetubuhi oleh
Menantuku sendiri!!” Matanya menatapku sangat nanar dan penuh nafsu birahi yang
sangat tinggi, dia memandangiku sambil agak meremas batang penisku dengan
sangat gemas.
“Ibu..ya..ya..yakin
Bbbu dengan kata2 Ibu, gak takut dddosa bu?”
“Hahahaha...Sayang,
Hidup ini sangat singkat lho,kenapa sih kita buang2 waktu, ayo Sayang,
setebuhilah Ibu Mertuamu ini...!!”. Rini tertawa sambil menjawab pertanyaanku.
Aku melenguh panjang, merasakan antara kenakan dan mencoba
berpikir kembali sebelum ini terjadi, bahwa kejadian ini terjadi begitu cepat.
Tidak ada lagi yang bisa kupirkan. Sejauh ini yang bisa kupirkan hanyalah,
sebuah fantasi terbesar dalam hidupku yang sedang terjadi.
Rini mulai menghentakan kocokannya dengan perlahan, saat
kocokan keatas dia menghentakan keatas, saat kocokan kebabawah dihentakannya
kebawah. Hentakan demi hentakan dari kocokannya membuatku seperti berada pada
surga dunia yang sangat indah.
“Sekarang, Ibu mau
kasih tau kamu, klo Ibu Mertuamu ini sangat suka sekali disetubuhi dengan
pelan, tapi dengan hentakan yang keras. Aku suka dengan gerakan yang sedikit
agak kasar, setelah kita selesai bercinta nanti, Ibu mau merasakan bahwa Ibu
benar2 terasa habis disetubuhi”.
“Ibu juga suka kan
ngomong agak kotor, iya kan?” Tanyaku, dan penisku sudah benar2 tegak dan
sangat keras.
“Nah itu dia Sayang,
oleh karena itu Ibu bukan mau bercinta denganmu, tetapi Ibu hanya ingin
bersetubuh denganmu, sayang. Ibu hanya ingin menyetebuhi menantu laki2 ibu!!
Ya, selayaknya seperti binatang lah gitchu..., dan mungkin insting binatang
telah merasuki kita sayang...hanya kepuasan..Lho. Kamu harus tau Sayang,
binatang bersetubuh untuk berkembang biak, tapi masa2 reproduksi aku sudah
berlalu lho..., tapi klo nafsu birahi Ibu Mertuamu ini akan tetap ada sampai
kapan pun, Sayang”.
Rini sang Ibu mertuaku berbicara seperti itu kepadaku dengan
cara sedikit melakukan desisan dan desahan yang terlihat seperti memimpikan
kepuasan sensai birahi yang sangat luar biasa sambil dia berjongkok diantara
kedua paha ku yang terbuka lebar dengan meremas remas bantang penisku, yang
semakin membuatku terdiam bingung ingin menjawab apa dan gusar tak tertahankan
untuk merasakan liang sanggama di dalam Vagina Rini Ibu mertuaku itu.
“Apa sayang, kamu mau
apa sich?Gmn, kamu tertarik tak, untuk menyetubuh kelinci betina yang sekarang
sedang menyiksamu ini?”.
Untuk sementara aku terdiam bingung amu menjawab apa. Tetapi
sisi liar Ibu Mertuaku sangat membangkitkan gairah birahiku, apalagi
perkataannya tentang sex yang sangat membuatku terangsang, dan aku belum pernah
mengalami keterangsangan seperti ini, dengan Nadya sekalipun, sambil diiringi
remasan2 yang sedikit agak kasar kepada Penisku dengan hentakan2 kopcokannya,
yang makin membuatku tersiksa menahan gejolak nafsu birahi untuk menyetubuhinya
yang sudah tidak mungkin aku bending lagi, memang penisku terasa gak sakit
dengan kekasarannya tapi sensasinya membuat ku menikmati perlakuan dan gerakan
tersebut.
“Ooohhh....akkhhh,
Ibu.....sshhhh... Aku akan bersetubuh dengan Kelinci Betina ini, kapanpun dia
mau”. Aku menjawab pertanyaannya sambil menikmati siksaan birahi yang dilakukan
terhadap penisku, dan Rinisambil tersenyum dan dia tau, akhirnya dia hampir
sukses untuk menggoda ku.
“BIlang dong sayang,
bagaimana caranya rusa jantan muda ini menyetubuhi ku?Apa yang akan kamu
lakukan dengan Penismu yang sudah berdiri tegak dank eras ini, terhadap Ibu
Mertuamu ini?”.
Akhirnya aku tau sekarang, kapan aku harus melontarkan kata2
ini kepada Ibu Mertuaku yang aku hormati, segani, yang sekarang terlihat
seperti pelacur, yang siap untuk disetubuhi oleh Suami dari anak kandunya
sendiri.
“Aku akan menyodok
Vagina Ibu dengan menghantamkan penisku sedalam2nya, dan kamu akan menikmatinya
Kelinci Betina Cabul!! Akan ku kocok penisku ini sedalam2nya di dalam Vaginamu,
Pelacur..!!!”
“Ooo yeah....Dasar
kamu penis bajingan, kata2 kamu jadi bikin ibu Horny bgt deh...apakah cmn ini
aja kata2 berengsek yang bisa keluar dari mulut kamu?”
“Tunggu aja bu, dan
lihat apa yang akan terjadi nanti”. Jawabku.
Sambil kukatakan itu, aku mendorong Ibu Mertuaku kelantai,
hingga dia agak terduduk akibat doronganku, dan terlihat kakinya yang terbuka
lebar, dan aku lagsung mencengkram kedua pahanya dan agak melbarkannya lebih
lebar lagi, aku mendorong badannnya kedepan sampai aku rasakan pinggulku berada
pada jarak terdekat dengan liang vaginanya, dan aku dapat merasakan kepala
penisku menyentuh klitorisnya. Aku tahan batangpenisku agar tidak langsung
masuk kedalam vaginanya, dan aku mulai memegang batang penisku ku kocok
perlahan an aku gesek2an pada bibir vaginanya.
“Vagina mu sdh siap
belum untuk ku tusuk, perek..!!” Kutanya Ibu Mertuaku dengan kata yang agak
kasar.
“Aku udah pernah
merasakan yang lebih besar dari ini, bajingan..!!” Katanya sambil sedikit
mendesah dan memajukan pinggulnya.
“Yeahhh...aku berani
bertaruh, berarti udah banyak kan yang masukin Penisnya ke Vagina
Ibu...hehehe”. Aku mencoba membalas pernyataannya.
“Apa kamu bilang...??
Klo aku membuka pahaku untuk semua lelaki,katamu..?
“Yup, benerkan bu..,
kan Ibu tadi bilang pernah rasain yang lebih gede...hehe”.
“Yeahhhh...,hehehe...tapi
Ibu Yakin koq, pasti ada lelaki yang bisa melakukan ini lebih baik dari
kamu,..hahahaha”. Ibu mertuaku tertawa, tetap dia terlihat selalu mengcilkan
hatiku, atau dia berkeinginan besar akan kepuasan yang nanti akan kuberikan
kepadanya.
Aku sudah tidak sabar lagi memposisikan penisku di depan
gerbang kenikmatan itu, bibir vaginanya sduah terlihat sangat basah becek, dan
siap menerima hujam2 hujaman dari penisku.
“Aah..berisik banget
sih Bu...dasar Ibu Mertua Pelacur....mending rasain ini...!!”
Aku katakan sambil mendorong maju pinggulku dengan sekali
hentakan yang menyebabkan Penisku masuk sedalam 3 inci kedalam Vagina Ibu
Mertuaku dan aku dapat merasakan bahwa ini belum masuk sepenuhnya, ku tarik
lagi penisku secara pelahan dan ku hujamkan lagi kali ini penisku dengan
hentakan yang lebih keras dari hentakan awal. Kurasakan vaginanya yang memang
terasa masih sempit walau dengan hempasan keras penisku, aku masih merasa belum
sepenuhnya masuk. Dengan hujaman penisku yang agak kasar, kulihat Ibu Mertuaku
menjerit, entah kesakitan atau menikmati dan kulihat kuku jarinya mencakar dan
mencengkram karpet yang menjadi alas persetubuhan kami di lantai, yang baru
kusadari bahwa teriakannya adalah sebuah jeritan dari dampak kenimatan birahi
sebuah sensasi benturan yang sangat kuat dari Penisku terhadapa liang Vaginanya
yang sangat tiba2 dan terasa agak mendadak.
“Akkhhhh......sshhhhh
eemmpffff....yesss, iya sayang masukin penismu yg dalam ke Vagina Ibu, setubuhi
aku...sayang...!! Berikanlah Ibu Mertuamu ini kepuasan yang terbaik!!”
Keluarlah kata2 dan jeritan mendesah dari mulutnya, kutindih tubuhnya yang
sangat sexy dan sangat menggiurkan itu.
Dengan menindih tubuh Ibu Mertuaku, aku memberikan respon
atas perkataannya. Ku lanjutkan pompaan penetrasi pada Vagina Ibu Mertuaku yang
makin basah berlendir dengan hujaman hujaman yang cukup keras dan bertenaga
dengan sangat perlahan dan semakin dalam tiap hujamannya. Hentakan demi
hentakan yang semakin dalam kuberikan dari penisku terhadap Vagina Ibu Mertuaku
Rini, memberikan sensasi tersendiri yang sangat luar biasa yang dapat
kurasakan, setiap hentakan membuat Rini Sang Ibu Mertuaku menjerit kesakitan,
mendesah keenakan dimana rasa itu bercampur menjadi satu untuk dia rasakan,
tubuhnya pasrah menerima hujaman dan tikaman dari Menantunya, wajahnya sedikit
memerah menahan rasa sakit pada Vaginanya yang memang ku hantam sangat keras
dengan penisku, siksaan demi siksaan birahi dari nafsu persetubuhan kami yang
kami lakukan membawa kenikmatan tersendiri bagi dirinya dan kepuasan bagiku
dengan melihat wajahnya yang sangat cantik sexy dan menawan akhirnya dapat
kusetubuhi, anganku terwujud. Ibu Mertuaku seperti ketagihan akan rasa sakit
dan nikmat yang dia rasakan sewaktu penisku keluar masuk di Vaginanya.
Dalam beberapa detik akhirnya Vagina Rini mulai agak
melonggar dan terasa tidak terlalu sempit lagi, dan akhirnya bisa menerima
penisku seutuhnya di dalam vaginanya. Tubuhnya mulai mengikuti irama hentakan
penetrasiku maju dan mundur, tiap gerakan, kami nikmati dengan penuh
konsentrasi dan tiap gerakan juga menciptakan bunyi seperti tepukan atara
basahnya kulit yang beradu akibat benturan demi benturan yang tercipta,
menambahkan sensasi persetubuhan tabu yang sangat terlarang ini makin nikmat
dan tidak ternilai keindahannya, antara diriku dan Ibu Mertuaku.
Melihat kebawah, kearah Tubuh Ibu Mertuaku yang sangat
menggoda, aku merasakan suatu nafsu dari gairah keintiman yang mendadak secara
tiba2 muncul untuk mencium Ibu Mertuaku. Kumajukan sedikit wajahku kearah bawah
searah dengan wajah Rini Sang Ibu Mertuaku, dengan posisi penisku tetap
melakukan penetrasi pada vaginanya, kutatap matanya tanpa basa basi langsung
kukecup bibirnya yang bergincu merah muda, kulumat bibinya dengan bibirku
dengan sedotan2 penuh nafsu. Dengan hisapan bibirku terhadap bibirnya, Ibu
Mertuaku bereaksi dengan melingkarkan kedua lengannya kepunggungku dan memeluku
dengan sangat erat, Rini mendekapku sangat erat penuh dengan nafsu binatang,
dia membalas tiap ciuman yang kulakukan dengan penuh kegilaan, persetubuhan ini
telah dimulai, persetubuhan yang sangat erotis sensasional dan penuh dengan
kenikmatan dosa yang sangat berbirahi tinggi, antara aku dengan Ibu Mertuaku.
Ku jejalkan lidahku kedalam mulutnya sampai dengan
ketenggorokannya, Ibu Mertuaku membalas dengan menghisap lidahku dengan penuh
nafsu, kulihat percumbuan kami, Mata Ibu Mertuaku terpejam menikmati digauli
oleh menantunya, dan mungkin dia membayangkan bahwa lidahku adalah penis yang
sedang merogoh masuk ke dalam mulutnya.
Kami mencium,menghisap, menjilat an menggoda satu sama lain,
gairah dari nafsu birahi kami mulai memuncak, suara2 desahan, keanakan, dan
jeritan kami memenuhi selurh ruangan tengah, dimana tempat kami sedang
bergumul. Beberapa saat persetubuhan kami, aku merangkul erat tubuhnya dan
memutar posisi kami tanpa melepaskan penetrasi antara penisku dan vaginanya,
sekarang Rini Ibu Mertuaku berada diatasku dan aku bisa melihatnya lebih liar,
seperti pelacur yang sedang beraksi.
Gairah persetubuhan terus berlanjut, Rini mulai merebahkan
tubunya diatas tubuhku dan mukanya bertumpu pada pundakku yang dimana wajahnya
menjadi tepat disebelah pipiku, dan dia memerintahkanku untuk mencium kembali
bibirnya, perintahnya langsung kulakukan dengan mendekap erat tubuhnya.
Tiba2 Rini menarik bibirnya dari bibirku, dan kembali duduk
diatasku bertumpu pada lututnya. Dia sedang merasakan kenikmantan dari kerasnya
batang penisku yang seutuhnya ada didalam dirinya di dalam Vaginanya yang masuk
sangat dalam, dan dapat kurasakan penisku menyentuh diding rahimnya, dimana
tempat Istriku Nadya dikandungnya selama 9 bulan, tetapi karena sekarang Ibu
Mertuaku berada diatasku sepertinya sekarang dia ingin mengendalikan sepenuhnya
Persetubuhan ini. Dengan gayanya yang sudah pasti bagaikan pelacur tingkat
tinggi, Ibu Mertuaku meremas remas kedua payudaranya dengan kedua tangannya
sambil menaik turunkan badanya memompa vaginanya terhadap penisku, ketebalan
penisku tengelam dilahap oleh Vagina Ibu Mertuaku, dan aku mulai merasakan
cairan Vagina Ibu Mertuaku mulai mengalir keluar melalui sela2 antara batang
penisku dan bibir Vaginanya.
Aku berbaring santai saati itu penuh dengan ke relaks-an,
memandang keatas kearah Ibu Mertuaku, memuaskan birahiku dengan memandangi
pemandangan yang sangat luar biasa yang baru kali ini aku alami seumur hidupku,
sepasang payudara wanita berumur yang masih sanagt indah bergantung dan
berggoyang naik turun yang terlihat dari dalam pakaiannya yang sangat halus
menerawang. Payudaranya membuatku menjadi membayangkan sebuah gelombang, sebuah
gelombang payudara yang cukup berisi dan padat yang siap timbul ke permukaan.
Ku raih payudara Ibu Mertuaku itu, kuremas dengan telapak tangan ku satu demi
satu. Ku nimtai sensasi itu, impianku selama ini yang akhirnya terwujud,
payudara yang indah yang masih terlihat seperti wanita yang sedang menyusi,
masing sangat montok sekali dan sangat natural.
“Iya sayang, kaya
gitu, pegang terus payudara Ibu, selagi aku menaiki kamu,...akkhhhh
Sayang,....Ooh...aah....saaaayang...aku mau kamu sepenuhnya
sayang,seutuhnyaaaa...,Ibu mau setiap inci-nya dari Penismu memenuhi
Vaginaku....aaarrgghhhhh!!!”.
Ibu mertuaku terlihat seperti akan mencapai klimasknya,
tubuhnya tegang dan makin liar seperti binatang, tubunh ibu mertuaku maju
sedikit agak membungkuk dan memindakkan tangannya keatas dadaku dan mencengkram
erat dadaku dengan cakarnya dan berpindah lagi ke lantai bersamaan dengan
tubuhnya yang mulai menggerakan pinggulnya dengan cepat, sangat menggebu gebu
agak kasar, nafasnya mulai tidak teratur sering dengang kocokan Vaginanya
terhadap Penisku naik dan turun, yang memang rasanya sangat luar biasa.
“Ooohhhh...sayang...aku
sebentar lagi nih...hhhuuufffff....argghhhhhh...., sangat...sangat gak tahan
nih Ibu Mertuamu...!! Buat aku puas sayang...buat aku klimaks..., setubuhilah
Ibu Mertuamu yang sekarang menjadi Kelinci mu yang binal, dan puaskan
pelacurmmuuuuu ini sssaaaayangg...!!”.
Ku raih lagi kedua payudaranya dengan kedua telapak
tanganku, kujepit putingnya dengan jari2 ku sambil kuremas payudaranya, yang
mengakibatkan Ibu Mertuaku menjerit nikmat.
“Iya Bu...nikmatin
Bu, semprotin Cairan klimaks Ibu ke Penisku, biar aku bisa rasakan vagina ibu
lebih nikmat lagi!!”.
Beberapa kalimat yang terlontar dari mulut Ibu Mertuaku.
Bola matanya terpejam di balik kelopak matanya, tubuhnya seperti menjadi kaku,
Vaginanya mengjang sangat hebat, mulutnya terbuka menganga meracau tidak karuan
dan beberapa detik kemudian Rini mendesah, mengerang hebat, tubuhnya bergetar,
seperti anjing betina yang sedang melonglong disetubuhi pejantannya, dan aku
langsung bisa merasakan hangatnya cairan Vagina Ibu Mertuaku yang sebenarnya
Cairan surgawi Ibu Mertuaku yang mengalir menelusuri batang penisku yang masih
tertancap di Vaginanya.
Akhirnya tubuh Ibu Mertuaku merosot tumbang ke dadaku,
tubuhnya masih sedikit bergetar agak gemetaran efek dari klimaks yang baru
dialaminya tadi, Ibu Mertuaku mendesah dengan sedikit mengerang halus ke
kupingku sebagai tanda bahwa dia telah mencapai puncak kenikmatan klimaks dari
persetubuhan yang kami lakukan.
“Ohh Sayang,
yampun...Itu tadi benar2 Surga, Ibu Merasa seperti di Surga”. Desahan yang
keluar dari mulut Ibu Mertuaku.
Aku berpikir, bahwa urusanku belum selesai, jika dia sudah
aku belum. Memang kurasakan tubuh Ibu Merutaku sudah sangat lemas lunglai dan
merosot diatas tubuhku, tetapi Penisku masih berdiritegak dengan kerasnya di
dalam Vaginanya, sudah sampai sejauh ini tindakan dari kami berdua dan aku juga
harus mendapatkan kepuasan darinya, dan ini adalah penentuanku untuk segera
mengisi penuh rahimnya dengan spermaku, sebelum dia tersadar dari kelemasannya.
Dengan mendekap erar kembali tubuhnya, dengan segala sisa
keatanku kubalikan kembali posisiku seperti awal dengan posisi sekarang berada
ku diatas Ibu Mertuaku. Hal ini ternyata tidak diperkirakan dan tidak seperti
yang Ibu Mertuaku harapkan, dan sperti yang sudah terjadi dengan keadaannya di
bawahku, Ibu Mertuaku mulai merasakan kembali serangangan dan hujaman secar
penuh penisku kedalam Vaginanya.
“Ya ampun Sayang,
udah donk...jangan lagi...plisss!!”. Dia memohon kepadaku.
Aku sama sekali tidak mempedulikan perkataannya. Aku
selipkan tanganku ke bawah masing2 pahanya dan secepat mungkin mengangkat
pahanya keatas dan membuka lebar sampai dengakulnya hampir saja menyentuh
payudaranya. Sesegera mungkin ku tancapkan dalam2 penisku kedalam vagina Ibu
Mertuaku sampai kurasakan kembali dinding rahimnya yang menyentuh kepala
penisku, dan aku kembali merasakan nikmatnya kelaur masuk penisku di Vaginanya
yang masih terasa agak basah tetapi juga agak kesat, dan disitulah letak
kenikmatannya.
“Tidaaaakk....sayang,
jangannn,Plis..!!”. Ibu mertuaku sudah kehabisan tenaga.
Tanpa mendengarkan perkataannya, tanpa ampun kuhentakan
penisku yang masih teteap keras ke dalam Vaginanya secara kasar dan kali ini
temponya sangat cepat, kumasukan lagi..lagi..dan lagi...tanpa menghiraukannya.
“No...no...jangan...lagi..sayang...Oohhhh
yeaahhhh akhhh yesss..”. Rini kembali mengerang keenakan seiring dengan dirinya
mendekati klimas untuk yang kedua kalinya.
Ku tekan kebawah sekuat tenaga, tubuhku menindih paha Ibu
Mertuaku yang sudah terbuka lebar hingga hampir menyentuh payudara Rini, dan
posisi ini adalah posisi yang paling sempurna untuk melepaskan spermaku ke
dalam Rahim Ibu Mertuaku.
“Ooohh..yesss...bajingan
kamu Nang,...yes..yes...yes...selesaikanlah cepat...”.
Rini mencoba mengangkat tubuhku dengan sekuat tenaganya,
karena daya dorong tubuhku yang terlalu kuat, dan efek dari klimaksnya yang
kedua yang kembali menyiksanya di dalam kenikmatan, semua syaraf seperti
bersetruman satu sama lain, tetapi tubuhku tetap memompa dirinya, mungkin Ibu
Mertuaku berpikir aku menggunakan Penisku dengan sangat kasar kepadanya dan
mungkin dia menyukainya, kulakukan Penisku untuk menghujam Vaginanya seperti
mau menombak lantai.
Akhirnya aku memuncratkan Cairan surgawi lelakiku ke dalam
Rahim Ibu Mertuaku, dimana tempat Istriku Nadya dikandung dan dilahirkan, dan
Ibu Mertuaku akhirnya bisa mendengar raungan hebat yang keluar dari mulutku,
dan Rini mulai merasakan tubuhku mulai melemas, dan kupingnya bisa mendengar
desahan kepuasan yang keluar dari mulutku dan aku sangat yakin nahwa Ibu
Mertuaku dapat merasakan ledakan yang menyemprotkan benih kehidupan yaitu
cairan putih kental yang membanjiri Rahimnya.
Ibu Mertua ku pun bisa merasakan tubuh menantunya seperti
tumbang diatasnya dan mulai melemas, otot2 ku mulau relaks kembali, aku merosot
merebah ketubuh Ibu Mertuaku, dan kejadian ini akhirnya berakhir.
Ku cabut Penisnku dari Vagina Ibu Mertuaku, dan aku pindah
berbaring di sebelahnya dan sedikit melakukan percakapan selepas permaianan sex
terlarang ini. Dengan sedikit percumbuan mesra yang kadang masih kami lakukan
sesekali.
Ciuman ringan sesekali kukecupkan di bibir Ibu Mertuaku, dan
juga bergantian. Pada akhirnya kami berdua menyadari bahwa di malam yang basah
dan dingin ini, dengan semua kejadian yang telah terjadi merubah hubungan aku
dan Ibu Mertuaku, antara Mertua dan Menantu, entah menjadi apa, yang pasti kami
tau sama tau dan mau sama mau. Di lain waktu kadang kami lakukan kembali, jika
memang keadaan sedang mendukung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar