Rabu, 02 Januari 2013

Rini, Obsesiku Mertuaku


Aku berbaring di sofa, dengan segelas anggur sambil mendengarkan siaran dari stasiun radio lokal. Istriku, Nadya sedang pergi beberapa hari untuk berbisnis, dan dia mengambil kesempatan ini untuk bersantai sendirian di sore hari, dimana semua perhatian dan kekhawatiran, tidak terpikirkan olehku seperti yang biasanya terjadi, aku bisa duduk dengan santai. Sewaktu aku hendak menuangkan kembali anggur ke gelasku, aku mendengar suara hujan yang turun menerpa dengan keras jendela ruangan dimana tempat aku bersantai. Dihadapanku terdapat suatu perapian dengan kayu bakar yang terbakar, yang memberikan kehangatan. Meskipun musim dingin tahun ini agak ringan, tapi hari ini tetap terasa sangat dingin. Dengan udara yang dingin ditambah dengan derasnya hujan. Malam ini terasa seperti malam yang terasa agak mesum bagiku dan aku juga merasa tidak perlu untuk keluar dari rumah.

Aku hanya menuangkan gelas demi gelas anggur dan merapihkan serta menyusun kayu pada perapian, dan pada saat itu bell pintu berbunyi. Aku menyeruput seteguk anggur dari gelasnya dan menunggu beberapa saat, hanya ada dua hal yang ada pada pikiranku saat itu, membukakan pintu atau tidak, dan siapakah yang mencoba mengganggu diriku malam ini. Sebenarnya aku telah memutuskan untuk memberi tahu kondisiku kepada seseorang yang ada diluar, aku mencoba menjawab, saat suara bell terdengar untuk kedua kalinya.
Meletakan minumanku di meja dan mulai melangkahkan kakiku maju kedepan pintu menyalakan lampu di teras depan. Meskipun aku dapat melihat bentuk bayangan dari orang yang datang malam itu, aku tetap belum bisa menentukan siapakah itu, ataupun dengan sebab yang lain, apakah itu wanita atau pria. Melepaskan grendel lalu membuka pintu yang ternyata adalah Rini, Ibu Mertuaku yang sedang berdiri di beranda teras rumahku, yang akan kebasahan bila tidak segera kupersilahkan masuk.
“Hai sayang, aku pikir dirumah gak ada orang”. Kata Rini.

Walapun tidak berharap, aku juga tidak terlalu surprise dengan kedatangan perempuan yang biasa dipanggil dengan panggilan Rini. Ibu Mertuaku ini sangat dekat dengan anak perempuannya yang kini menjadi istri ku, sering sekali mereka berkomunikasi melalui telepon untuk mengobrol, sejak dia kehilangan suaminya setahun yang lalu.
“Silahkan masuk, bu”, aku mempersilahkan masuk Ibu mertuaku yang berdiri di beranda teras. “Nadya lagi gak dirumah, dia pergi berbisnis, aku pikir dia memberi tau Ibu”. Kata ku, sambil menutup pintu Rumah untuk menghalau Angin dan hujan yang memang agak kencang.
Rini, membalikan badan dan wajahnya kearah ku.
“Gak, istrimu belum bilang tuh, malahan sekarang Ibu berpikir untuk menghubungi istrimu untuk mengatakan bahwa aku akan menghabiskan waktu disini selama satu atau dua hari, untuk menyelesaikan beberapa hal”.
“Memang ada yang penting, Bu”? Aku bertanya.

“Gak lah, gak juga sichh, tapi Ibu muncul tiba2 karena memang Ibu butuh teman untuk ngobrol, tapi klo sibuk ya udah gpp koq, Ibu pulang lagi ya”. Ibu Mertuaku mengatakan hal tersebut sambil membuat bahasa tubuh seakan-akan siap untuk pergi meninggalkan diriku.
“Ya udah sih Bu, gpp koq, masa cepet amat langsung pergi, aku lagi gak ngapa2in koq, sebenarnya sekarang aku sedang bersantai aja di sore hari menjelang malam ini, mari Bu aku bantu untuk melepaskan mantel Ibu”. Kata ku, dengan sigap membantah kata2 Ibu Mertuaku.
Rini membalikan badannya agar diriku bisa dengan mudah membantu melepaskan mantelnya, dengan demikian secara tidak sengaja Rini menawarkan sebuah pemandangan punggungnya kepada ku. Selagi Ibu Mertuaku membuka kancing depan mantelnya, aku meraih Mantel dari Pundak Ibu mertuaku dan menurunkannya melalui bahunya. Dengan cepat dan insiatif aku menurunkan dan melepaskan Mantelnya, membuka mantel yang dikenakan oleh Ibu Mertuaku. Mantel yang berwarna biru terang terbuat dari rajutan bulu domba, dan ketika mantel nya dibuka telihatlah Baju Ibu Mertuaku bermodelkan terusan langsung tanpa kerah yang berbentuk huruf “V”, yang agak menonjolkan dadanya yang terlihat menggoda.

Pada kenyataannya pakaian yang dipakai oleh Ibu Mertuaku terlihat sangat cocok dan enak dilihat mata. Aku melihat Ibu Mertuaku dengan pakaian seperti itu mungkin hanya pada acara2 tertentu saja, atau mungkin saat kebetulan bila Ibu Mertuaku sedang memakainya, dan aku tidak cukup mempunyai alasan untuk meminta Ibu Mertuaku special memakai pakaian seperti itu hanya untuk diriku, dan memang hal seperti ini menjadi favorit diriku, terutama hal ini diperlihatkan Ibu Mertuaku saat Ibu Mertuaku menginjak umur 55 tahun, tetapi pada umurnya yang sudah cukup tua itu Ibu Mertuaku lebih terlihat seperti perempuan berumur 36 tahun, atau mungkin 25 Tahun, yang pasti jika orang melihat pasti masih cocok di skala umur 35-an tahun. Satu hal, sudah pasti Ibu Mertuaku sangat menjaga penampilannya agar selalu bisa tampil anggun dan cantik.

“Masuk Bu, silahkan ke dalam”. Aku berkata sambil menggantungkan Mantelnya. Seperti yang aku lakukan, aku tidak bisa mengantar Ibu Mertuaku masuk ke dalam, tetapi aku memperhatikan bagian belakang Ibu Mertuaku yang terlihat sangat memukau dengan gaya jalannya dan lenggokan pinggulnya saat berjalan menuju ruangan tengah tempat aku bersantai. Tampak belakang dari tubuhnya terlihat sangat indah, aku berkata di dalam hati, aku juga memperhatikan Pantat Ibu Mertuaku yang sangat elok nan rupawan yang bergoncang dan bergoyang ke kanan dan ke kiri terbungkus oleh kain halus pakaian terusannya yang agak ketat di daerah pinggulnya, seiring dengan langkah kakinya yang indah dah rupawan.
Rini menghilang masuk ke dalam rumah dan aku mengetahui bahwa diriku sedang berfantasi tentang Ibu Mertuaku, apa reaksi Ibu Mertuaku apabila dia tau bahwa tubuhnya sedang diperhatikan oleh menantunya atau dia tau bahwa Menantunya sangat mengaggumi dirinya. Lalu kemudian, dan lagi, aku sedikit banyak mulai berharap, aku mulai melangkahkan kaki ketempat dimana Ibu Mertuaku berada, dan aku juga sambil mengkhayal apabila Ibu Mertuaku tau dengan perasaannya yang sedang diperhatikan oleh Menantunya.

Aku mengikuti Ibu Mertuaku dari belakang ke ruang tengah dimana sebelumnya aku sedang bersantai dan memberikan isyarat kepada Ibu Mertuaku supaya membuat dirinya nyaman selagi aku menuangkan segelas Wine. Meskipun demikian, aku tetap tidak bisa menahan untuk tidak memandangi tubuh Ibu Mertuaku dari pojok mataku sewaktu dia duduk di Sofa. Lalu aku berjalan sambil meminum segelas wine yang ada di genggamanku. Lalu aku menawarkannya segelas Wine yang memang sudah kusediakan untuk Ibu Mertuaku.
Untuk beberapa menit kami mulai membicarakan tentang Nadya istriku, Nadya dan pekerjaannya yang memang membutuhkan dan menyita banyak waktu dan sementara kami berbicara, aku mengalami kehilngan kontrol pada matanku dan aku sangat susah untuk mencegah mataku untuk memperhatikan tubuh Ibu Mertuaku yang sangat mengundang birahi. Dua kali aku mencoba membenarkan posisi duduk ku dari kekhawatiranku terhadap Rini Ibu Mertuaku, yang mungkin bisa melihat sesuatu yang berubah pada celanaku.

Kami melanjutkan perbincangan tentang suatu hal yang memang menarik tetapi juga mungkin hanya perbincangan kosong dan tidak terlalu penting sehingga aku semakin dibuat mabuk kepayang oleh kesensualan dan keindahan Tubuh Ibu Mertuaku.
Memang sudah tidak diragukan lagi tentang hal itu, aku merenung dalam hati, Ibu Mertua atau bukan, Rini adalah seorang perempuan yang sangat menarik. Aku tersenyum kecil dan membayangkan perkataan dari orang-orang bahwa diriku mempunyai Ibu Mertua yang cantik dan sangat Modis, terlebih lagi pada saat malam ini, berpakaian rapih ketat walau tidak minim tapi memperlihatkan lekuk tubuh yang sangat sempurna, semua yang aku bayangkan secara tepat adalah sebuah sosok yang sangat menantang, sesosok perempuan yang menggoda yang sedang duduk dan secara tidak langsung Ibu Mertuaku juga terkadang menyembunyikan lirikan matanya, aku juga tau bahwa mungkin Ibu Mertuaku sudah masuk ke dalam sebuah atmosfer ketertarikan lawan jenis. Jika itu benar, aku akan sangat sulit untuk mempercayainya karena memang sejauh yang aku tau Ibu Mertuaku tidak mempunyai ketertarikan untuk makan malam atau minum Wine dengan lawan Jenis atau membina hubungan dengan lawan jenis semenjak dtinggal oleh suaminya.

Mata ku hanyut kepada Dadanya yang cukup sexy, kedua mataku menelusuri kerah kerah pakainnya yang berbentuk “V” yang agak rendah mulai dari atas kerah dari leher sampai ke akhir dari kerah tersebut, ukuran dari dada Ibu Mertuaku cukup membuat pakaian yang dikenakan olehnya menjadi sangat Ketat dan menggoda sangat mempesona dan menggairahkan, lalu aku diam2 meyakinkan ukuran buah dada dari mertuaku itu melalui belahan dada yang terlihat dari kerah “V” - nya. Belahan buah Dada Rini terlihat, naik turun seirama dengan nafasnya, yang kadang ditarik cukup dalam saat mengela nafas.
Mata ku terus tertuju kearah garis payudara dan lekukan tubuhnya yang tercetak pada pakaiannya yg ketat, pinggangnya yang ramping, belahan pinggulnya yang sangat montok nan bahenol dan terus tertuju kearah kaki Ibu Mertuaku, kaki yang sangat bagus, mulus terawat dengan sangat baik serta betisnyanya yang sangat menggoda. “ Mmmm...”,aku bergumam dalam hati dan berfantasi apabila aku bisa mendapatkan Ibu Mertuaku dan meraba seluruh tubuhnya.

Aku juga mengetahui bahwa Rini-Ibu Mertuaku mengenakan kaos kaki panjang nilon atau lebih tepatnya stoking, atau jika dilihat sesaat seperti celana ketat tapi memang terlihat seperti stoking. Mengetahui dirinya mengenakan stoking, aku berasumsi bahwa itu adalah benar2 stoking. Pendapat ku dalam hati, mungkin ibu mertuaku agak malu untuk mengenakan celana ketat, tapi itu hanya pendapatku saja.
Hampir tersadar dari lamunan tentang Ibu Mertua, aku mencoba mendengarkan perkataan Ibu Mertuaku sekali lagi dan sesaat diriku seperti mencoba tersadar dari khayalan nakalku, dan setelah tersadar ternyata aku tidak menyimak semua obrolan yang sedang kami perbincangkan.
“Eee..Ya..Duh, Maaf bu kenapa?”, kata ku. “Tadi aku lagi sedikit melamun, Bu. Tadi Ibu bilang apa?”
“Ya ampun, Sayang...,Hey, kamu sudah bosan ya mendengarkan ocehan Ibu Mertuamu?” Kata Rini.
“Gak..gak koq Bu, ya ampun Gak Bosen juga kali bu”. Diriku menyahut. “Aku hanya gak ngerti banget maksud dari perkataan Ibu”.

Rini melihat kearah diriku dan menganggukan kepalanya dan mencoba kembali menjelaskan pertanyaannya itu.“Tadi Ibu Tanya, apakah kamu akan jemput Nadya di airport, sepulangnya istrimu itu?”
Aku meyeruput Wine dan berkata,”Tidak biar dia naik taksi saja, lagi pula dibayarin koq sama perusahaannya”.
“Dan Nadya pulangnya hari Kamis ya, katamu tadi”?Tanya Ibu mertuaku.
“Ya mungkin pada sore Hari-nya”, jawabku, sambil terus melirik kearah tubuh nya.
“Ooh..kasian banget kamu, tidur sendirian di tempat tidur sebesar itu untuk beberapa malam?Pasti kamu akan merasa kesepian banget”.Kata Rini sambil menurunkan tangannya kearah kedua belah pahanya dengan bersamaan menyilangkan pahanya bertumpu ke paha yang lain dengan gerakan yang tidak menentu.
Bagi ku, sementara komentar itu muncul dari mulut ibu Mertuaku, yang akhirnya keluar ke dalam pembicaraan mereka, membuat diriku seperti terkaget akan komentarnya yang seperti itu. Dengan nada rendah aku menjawab.
“Ya bu, memang sudah seharusnya seperti itu”. Jawabku.
Kulanjutkan perhatian kepada tubuh Ibu Mertuaku sementara Ibu mertuaku tetap mengoceh, memperhatikan pakaian terusan yang agak ketat di badannya sampai dengan lutut-nya. Hampir saja terpikir oleh ku, bahwa Ibu Mertuaku seperti akan menunjukan untuk memperlihatkan betapa mulusnya kaki dan pahanya. Tapi hal tersebut tetap tidak bisa membantu diriku untuk memulai berkhayal jika tanganku bisa membelai mulusnya paha dari Ibu Mertuaku yang terlihat sangat terawat dengan mahal, ujung kakinya yang terbalut oleh kain stoking dan juga meraba indahnya tubuh dibalik pakaianya yang menutupi tubuh Ibu Mertuaku, dan akhirnya aku kembali membetulkan posisi duduk ku untuk menutupi suatu perubahan pada diriku.
Pembicaraan terus berlangsung diatara kami, satu2nya persoalan yang mengganggu diriku adalah sewaktu aku berdiri untuk menuangakan wine ke gelas Ibu Mertuaku. Sewaktu pembicaraan masih berlangsung, Rini berbicara kepada ku,” Bagaimana jika kita nonton Film yang selalu di rekam oleh Nadya?”.
Karena waktu kerja Nadya yang sangat panjang dikantornya, Nadya selalu merekam Film yang terlewat untuk di tonton-nya kemudian. Seperti aku, Rini pun tau kesenangan anak perempuannya. Sesampainya dirumah dari kantor, mandi, berpakaian, lalu menyalakan TV, duduk relaks dan menonton salah satu film yang sudah dia rekam. Rini pun juga kadang2 suka begitu, ataupun bergabung bersama anak perempuannya itu.
“Ok, boleh juga tuh Bu”. Sahutku.
Aku tuangkan segelas wine untuk nya, lalu aku berjalan kearah TV. Membuka lemari TV dan menyalakannya, lalu mulai membaca judul2 film yang akan di putar. Ada sebagian film yang tidak ada judulnya, disitu hanya tertera Nomor dari film tersebut. Aku tersenyum kecil melihat hal tersebut dan mempunyai ide di dalam pikiranku. Aku tau bahwa sebagian itu adalah film porno, dan aku ingin tau apa reaksi Ibu Mertuaku jika aku secara tidak sengaja memutar film porno tersebut.
“Apa yang akan dikatakan oleh Ibu Mertuaku?”, gumamku dalam hati. Dan jika ternyata Ibu mertuaku menolak dengan tegas, yang kuperlukan adalah meminta maaf, dan menjelakan bahwa ini murni ketidak sengajaan, dan mengganti dengan film yang lain.
Waspada jika Ibu Mertuaku tau bahwa diriku mempunyai niat Nakal dengan senyuman kecilku itu, aku memutuskan untuk segera memutar film porno tersebut, berharap dia tidak sangat tersinggung dengan kenakalan ku dan tetap baik kepada menantu laki2nya ini, dan mudah2an film tersebut menuntun kami ke arah yang lain.
“Film apa nih?”, Rini bertanya sebelum film itu mulai berputar.
“Aku juga gak tau, Bu”. Aku menjawab pertanyaan dengan muka polos.”Aku sich berharap ini adalah salah satu Film televisi yang baru saja direkam oleh Nadya”.
Aku memperhatikan Rini yang sedang menyeruput wine-nya. Film sudah dimulai menampilkan adegan pertama dan aku akan secepatnya bilang seperti yang aku rencanakan tadi. Aku tau kapan aksi pertama film itu akan dimulai, film ini berlatar di Jerman, dimana Rini pasti akan menyakan soal itu. Setelah aku sudah cukup yakin, dan adegan pertama mulai, dimana adegan itu menampilkan seorang suami yang sedang bercakap cakap dengan seorang perempuan pirang, lalu Rini berpaling kepada ku.
“Film ini berlatar dimana ya?Asal negaranya...?” Tanya Rini.
“Ya ampun..”, Aku menyeringai agak keras, bahwa aku salah memutar Film, yang kuputar itu adalah Film Horor. “ Jika aku sekarang salah memutar film pasti Ibu gak mau nonton ya?” Kataku.
“Kenapa...?Ada yang salah...?” Kata rini Ibu Mertuaku.
“Gak sih Bu, gpp ..”, Kata ku sambil berdiri dari kursi. “ Aku akan mengganti dengan film yang lain Bu”. Kata ku sambil berdiri.
“Udalah..gpp koq”, Kata Ibu mertuaku. “Klo kamu mau nonton ya gpp, klo emang film horror-nya bagus kenapa gak”.
“Bukan itu Bu, maksud aku...”, kubalas pendapat Ibu Mertuaku.
“Film yang satu ini.....bisa dikatakan, film ini agak nakal gitu deh Bu, aku gak yakin Ibu Setuju untuk menontonnya”.
“Ooohhh..ya ya ya, Ibu tau sekarang”. Rini menjawab, dimana film tersebut sedang menampilkan adegan seorang wanita berambut pirang sedang menurunkan celana seorang laki2.
Untuk sementara aku terdiam mematung, satu matanya kearah screen TV, satu matanya agak melirik kearah Ibu Mertuaku.
“Hmmm...udahlah sayang Gak usah khawatir dengan Ibu”. Rini berbicara, sambil menyenderkan punggungnya di sofa. “Udah lama banget nih Ibu gak nonton film kaya gini, sejak dulu Ibu pernah nonton sekali. Terus, kamu sesekali juga nonton film begian, apa kamu nonton semuanya, Iya kan?” Kata Ibu Mertuaku sambil sedikit tersenyum Nakal.
“Tuh kan, Ibu...Kan aku sudah bilang klo ini film...”, Aku membalas pertanyaannya sambil menyenderkan punggungnya ke senderan kursi agar diriku bisa sedikit santai dari ketegangan akibat pertanyaan Ibu Mertuaku.
“Ibu Yakin Nih, mau nonton Film ini?” aku langsung menyambung pernyataannya dengan bahasa tubuh seperti orang tidak berdosa dan berharap semua berjalan lancar dan sesuai rencana.
“Ya, gpp. Udah gak usah takut”. Kata Rini Ibu Mertuaku.
Beberapa menit kedepan kami menyaksikan di layar TV dimana adegan tersebut menampilkan wanita pirang mulai membuka celananya di depan suaminya, lalu adegan tersebut belangsung panas si suaminya mulai menggoda istri mudanya yang berambut pirang itu dengan meraba payudara sampai dengan rabaan pada putting payudaranya. Aku memperhatikan adegan itu dengan sangat konsentrasi dan membayangkan wanita yang sedang ada di dalam adegan itu adalah Ibu Mertuaku sendiri yaitu Rini dan aku juga membayangkan bahwa laki2 yg ada dlm adegan itu adalah diriku sendiri, yang sedang membelai payudara Rini. Dalam khayalan aku membelai kedua payudara Rini dari satu ke yang satunya dengan sangat lembut, dan aku hanya bisa mengkhayalkannya saja.
Kami berdua duduk dengan meyandarkan punggung kami pada senderan kursi, dan memperhatikan Video tersebut dengan seksama sejalan dengan jalan cerita dari film tersebut, sehingga aksi dari film di Video tersebut berjalan sesuai dengan alur cerita dan cerita kian memanas. Dalam beberapa kesempatan aku mulai terangsang dan makin terangsang. Karena aku membayangkan yang ada di film tersebut adalah aku dan ibu mertuaku yang menjadi artis porno, dan memainkan suatu adegan ranjang yang sangat panas. Aku membayangakan seperti adegan yang ada pada film tersebut, bersetubuh dengan bepelukan, persetubuhan dengan doogy style, bahkan hubungan seks anal dan oral, aku membayangkan diriku melakukannya bersama Ibu mertuaku sesuai dengan tampilan yang ada pada layar TV. Akhirnya film tersebut selesai dan habis, dan aku sudah membenarkan posisiku berkali kali sejak film itu mulai sampai dengan selesai, karena beberapa kali aku sangat susah menutupi keterangsanganku bila aku berdiri dari bangku yang kududuki. Kira2 apa yang akan terjadi pada kami berdua, karena memang aku merasa bahwa Rini Ibu Mertuaku kadang juga memperhatikan keterangsangan yang kualami.
“Hmmmm....terus sekarang apa yang ada di dalam pikiran kamu Sayang?”. Pertanyaan Ibu Mertuaku yang sama sekali tidak terpikirkan oleh diriku, membuat aku sangat Kaget.
 “Mmmm...sebeneranya sih, jujur saya agak malu Bu, duduk disini bersama ibu Nonton film beginian, dan saya tidak tau apa yang harus saya katakana sekarang”.
 “Hmpff...udah deh jagan sok lugu gitu deh kamu, kan Tadi ibu dah bilang, aku juga sdh pernah nonton film kaya gini sebelumnya, dan ibu yakin kamu sama Nadya juga sering kan nonton film beginian berdua?”
 “Ya pernah lah Bu, tapi kan gak sama rasanya. Aku nonton sama Nadya dan sekarang kan aku nontonnya sama Ibu, beda kan Bu Rasanya?”.
 “Ya Jelas Beda lah Sayang, harus berbeda donk, aku kan Ibu Mertua mu, terus klo kamu sam Anna lagi nonton...rekasi Nadya kaya gmn?” Ibu Mertuaku bertanya seperti ingin tau.
Pertama kalinya Aku terlihat sangat malu walau sedikit.
 “Kalo Nasya sih enjoy2 aja Bu, nonton film begianan sama aku, ya kadang agak2 kaget2 juga sih bu”
 “Nah, terus reaksi kamu gimana?”
 “Ya jelas lah Bu, reaksi aku ya tergantung Reaksinya Nadya Gimana ke aku...hehe”.
 “Itu menurut kamu, bisa juga karena kalian nonton film porno Non Local atau film porno dengan gaya sex kasar gitu kali ya, jadi itu yang bisa bikin kalian terangsang”.
Aku bertambah kaget ketika Ibu Mertuaku memberikan pernyatanyaan yang sangat jujur.
 “Gak juga sih Bu, mungkin kadang2 gitu”. “Ibu mau minuman lain mungkin Bu?” Aku sedikit menyela untuk mengganti topik pembicaraan.
RINI: “Boleh juga tuh, mau donk”.
Aku bangkit dari kurisku, mengambil cangkir dari meja kopi, dan mulai membuat minuman. Lalu kembali ke ruang tengah dan memberikan Ibu Mertuaku gelas dengan minuman itu. Lalu aku kembali duduk ke kursi.
 “ Kenapa sih duduknya jauh2, sini donk duduk deket Ibu!”. 
Permintaan Ibu Mertuaku itu sungguh sangat mengagetkan diriku dan untuk sementara, membuat ku bingung harus menjawab apa.
 “Mmmm...Aku gak tau Bu..eh...”, Jawabanku berantakan karena sangat Grogi.
 “Yahh...jangan mikir macem2 deh kamu, kamu pikir Ibu akan merayu kamu ya? Hahaha....iya kan, kan kamu mikir gitu kan?” Ibu mertuaku tertawa geli.
 “Ya gak lah bu..jelas gak...Aku hanya ...mmm...”
 “Yaudah sich...gak usah kebanyakan mikir, sini..ayo..!!” Ibu Mertuaku memerintahkan diriku sambil bergeser memberikan tempat untuk ku dan mengajak aku segera berajak dan pindah ke sofa untuk duduk bersama dengannya.
Dengan senyum malu2, aku berpindah ke sofa sambil menaruh gelas minuman di meja, dan duduk disebelah Ibu Mertuaku.
 “Nah gitu donk, gak knp2 juga kan?” Ibu Mertuaku sedikit menggoda.
 “Ya iyalah bu”. Balas ku dengan agak bingung dan muka yang malu kemerahan.
Setelah kami duduk di besebelahan di satu sofa, untuk sesaat kami terdiam dan tidak ada yang berkata sepatah katapun. Aku merasa sepertinya harus memulai membuka pembicaraan lagi agar kesunyian ini bisa terpecahkan, ternyata Rini Ibu Mertuaku telah memulai pembicaraan terlebih dahulu.
 “Mmm..trus, kamu jadi gak mau kalo ibu menggoda kamu ya?”.
 “Aku gak bilang gitu lho bu”.Jawabku, sambil agak terkejut.
 “Ooohhh...jadi kamu mau kaannnn?”
Balas Rini sambil sedikit meluruskan kakinya kedepan. Otomatis mata ku langsung tertuju menelusuri dari lutut samapai dengan bawah kaki Ibu Mertuaku dan sepertinya aku sudah mulai masuk kedalam godaan2 Ibu Mertuaku. Dan memang aku sudah sangat tergoda. Tanpa basa basi, kubiarkan mataku untuk memandangi Ibu Mertuaku dari betis hingga pahanya yang sangat terawat dengan indah.
“Aku gak bilang gitu lho bu...”, ku ulang kata2 ku tadi, mengetahui bahwa Ibu Mertuaku sekarang sudah mulai menggoda diriku dengan sesuatu yang bisa dibilang tidak pantas dilakukan oleh seorang Ibu Mertua kepada Menantu Laki2nya, dan diwaktu yang sama pula saat aku mulai menjawab pertanyaan dari Ibu mertuaku, aku terus berusaha dan terus mencoba menggiringnya kedalam perangkap yang sudah aku letakan, persiapkan dan rencanakan.
 “Apa yang ingin kamu katakana si, Say?” Kali ini dia dengan sengaja bertanya seperti itu kepadaku, dan dengan sengaja pula menyilangkan kakinya agar bisa memperlihatkan pahanya yang sangat sensual.
 “Aku jadi malu Nih, Bu, seharusnya kita juga jangan dan tidak boleh berpikir kearah situ kali ya Bu?” aku menjawab dengan sagat jujur dan berharap membawa situasi ini selesai sampai disini saja.
 “Hahahahaha.....Kenapa sih Sayang, Ibu terlihat agak nakal ya?” Dia bergurau sambil mengedipkan satu matanya.
 “ Iya bu, sedikit”. 
“Ooohhh jadi begitu, hmmm....trus klo aku nakal, apa yang kamu lakukan untuk menghukumku?”Tanya Ibu Mertuaku. Sambil bertanya kepada ku, Rini berdiri dari sofa dan berputar untuk berdiri tepat di depan ku yang masih duduk di sofa. Perlahan, lalu dia dengan sengaja mengangkat baju terusannya sampai sebatas paha agak naik sedikit, sambil menaikan kakinya menginjak tempat duduk sofa tepat disebelahku , kini kakinya yang mulus tepat berada disebelahku. Sekali lagi aku tidak bisa berbuat banyak tapi diriku membiarkan mataku untuk menikmati keindahan betis dan paha dari Ibu Mertuaku yang sekarang tepat berada di depan mataku dan sangat mudah sekali untuk disentuh.
 “Suka gak sama kaki Ibu?”. Tanya Ibu Mertuaku.
 “Ya, sangat Indah Bu”.
 “Hmmm...!! Kamu mau menyentuh kedua kaki ku dan membelainya?”.
Diriku tau, bahwa harusnya kutolak kesempatan tersebut, tetapi pemandangan yang sudah sangat dekat itu sangatlah menggoda birahiku. Akhirnya kugerakan tangan dan menempatkan telapak tanganku di dengkul Ibu Mertuaku. Merasakan lembutnya rasa dari kain nilon yang masih membungkus kaki Ibu Mertuaku itu di telapak tangan dan aku mulai meraba dan menyentuh halus paha Ibu Mertuaku.
 “Mmmppff...Rasanya enak sekali sayang, jika dibelai seperti itu...Ssshh”. Rini hampir mendesah.
Sekali lagi dengan penuh semangat aku memulai yang seharusnya tidak boleh kumulai. Sekarang, aku tidak mungkin menolak untuk membiarkan tanganku menelusuri pakaian yang selama ini menjadi misteri bagi ku dan tanganku mulai merasakan kehalusan dari kulit paha Ibu Mertuaku yang masih terbalut dengan kain nilon dan jari2ku dengan cepat meneliti bahwa itu adalah stoking, dan ya Ibu Mertuaku menggunakan stoking.
 “Stoking,Ya Ibu memakai stoking”. Aku hampir berbicara seperti itu, saking penasarannya.
 “Tunggu dulu, Sayang, Pokoknya yang terbaik akan ku berikan kepadamu”. Ibu mertuaku mendengar apa yang ku katakan dan langsung menjawabnya.
Rasa dari kehalusan kain nilon tersebut memberikan sensasi tersendiri, cukup memeberikan rasa yang sangat membangkitkan gairah ku dan aku pun menyadari bahwa aku sudah berbuat terlalu jauh, dan aku sudah tidak bisa mengendalikan diri.
Dengan perlahan aku mulai meraih pinggiran bawah dari pakaian terusan yang dikenakan Ibu Mertuaku dan memulai dengan perlahan menaikannya keatas. Dalam beberapa detik mulai terlihatlah pangkal paha Ibu Mertuaku dengan pemandangan yang masih terbalut full dengan stoking. Aku berdecak kagum atas pemandangan itu, sebelum akhirnya Tanganku menaikan lagi lebih tinggi pakian Ibu Mertuaku beberapa inci keatas dan segera aku melihat bahwa Ibu Mertuaku ternyata tidak mengenakan celana dalam. Vaginanya yang berwarna merah jambu terlihat jelas. Terdengarlah kembali decak kagum yang keluar dari mulut ku.
“Ooohh....gila...tercukur dengan rapih!!”. Terucap dari mulut ku kekaguman itu dan aku memutarkan telapak tanganku kebelakang Ibu Mertuaku dan meraih kedua pantatnya yang sangat gempal dan montok dengan kedua tanganku dan mendorong pantat itu tepat kedepan mukaku sambil meremas pantat Ibu Mertuaku. Tangan ku mulai bergerilya meremas dengan sedikit kasar mencari lubang anus Rini dan mulai menggosong lubang tersebut dan jari2ku juga dan juga menyeruak ke dalam bibir Vagina Ibu Mertuaku diantara kedua pahanya. Aku langsung memajukan kepalaku, dengan lidah aku mulai menjilati Vagina Ibu Mertuaku dengan sedikit menyentuh klitorisnya dengan sapuan2 lidahku. Dengan cepat Rini meraih belakang kepalaku dan menempelkan kuat2 kepalaku ke dalam Vaginanya, dan mulailah hisapan demi hisapan dan sapuan lidah ku ke dalam Vagina Ibu Mertuaku.
 “Ohh..ahhh..ya sayang, lebih dalam lagi jilat agak dalam...sshhhakkhhh”. Ibu Mertuaku meracau dan mendesah.
Ku hirup dalam2 aroma bau2an vagina Ibu Mertuaku ke dalam hidungku dan kurasakan rasa dari bibir Vaginanya. Bisa dibilang, seblumnya saya tidak pernah sama sekali untuk mengubungi no telp Dia (Ibu Mertuaku) untuk mewujudkan impianku/fantasiku terhadap wanita ini. Tetapi sekarang, dia Rini Ibu Mertuaku, dengan membuka mengangkangkan kaki nya selebar mungkin, dengan tangannya yang memegang kepalaku dan mendesah kepadaku untuk terus memberikannya kepuasan birahi kepadanya dengan terus menjilati Vagina nya yang tercukur dengan rapih.
Ku tekan dengan kuat kepalaku kea rah Vagina nya, lidahku terus menelusuri bibir Vaginanya, sambil kujilati dan ku goyangkan lidahku keluar dan masuk Vaginanya. Tanganku tidak berhenti bergerilya dari remasan di Pantatnya sampai dengan belaian dipahanya lalu kembali lagi meremas pantat Ibu Mertuaku itu, merasakan kepuasan dari rasa halusnya kulit Pantat Ibu Mertuaku yang berpadu dengan tekstur halusnya kain Nilon stokingnya.
 “Oooohhh sayang,ya ...terus sayang, hisap yang kuat, tunjukan kehebatanmu padaku sayang”. 
Kutekan lidahku kedalam vaginanya kujilat semampu lidahku menelusuri bibir Vaginanya, dan akhirnya Rini mulai terasa mengumpulkan untuk menahan klimaksnya.
 “Ooohhh...Ooohh..Ibu mau keluar nih, ssshhhhh akkhhhh...aduhhh... gak tahan lagi”.




Ibu Mertuaku merintih dan menjerit sangat keras, nafasnya terlihat tidak teratur menahan orgasme yang menyerangnya, Vaginanya terasa sangat basah dan siap menyemburkan cairan kewanitaan.
Ku jilati terus lidahku sedalam dalamnya ke dalam Vagina Ibu Mertuaku sambil sesekali menekan klitorisnya dengan ujung lidahku, sesekali dia kembali menjerit seperti dimabuk kepayang, aku dapat merasakan menggilnya tubuh Ibu Mertuaku dengan wajahku yang benar2 lekat pada Vaginanya. Dan aku juga bisa merasakan mengalirnya cairan kewanitaan yang tersembur dari Vaginanya mengalir ke bibir, mulut dan lidahku.
Kutarik mundur kepalaku dari Vagina Rini Sang Ibu Mertuaku, Vaginanya terlihat memerah sangat sexy, bersamaan itu pula Rini secara otomatis berlutut dilantai seperti kehilangan topangan.
 “Luar biasa sayang, enak banget. Kamu belum menyerah kan?”.
 “Belum donk Bu, tapi Maaf ya Bu, soalnya kita sebelumnya belum pernah berbuat sampai sejauh ini”. Kataku sambil tersenyumkearah Ibu Mertuaku sambil meremas halus salah satu payudaranya.
 “Bagus!! Oleh karena itu, sekarang Ibu Mau tau, apa yang bisa kamu lakukan ke Ibu?” Ibu mertuaku menyeringai genit kepadaku.
 “Hmmm....kira2 apa ya bu, klo menurut ibu ngapain lagi nih kita?” Aku gentian menggoda dirinya.
Rini Sang Ibu Mertuaku merogohkan tangannya ke buah Zakarku, dan dia juga meraba batang Penisku yang sudah tegak tercetak di celanaku.
 “Nah, ini dia, Ibu Mau tau kehebatan dari Penismu”. Sahut Ibu Mertuaku sambil meraba batang penisku.
 “Ohh...yang ini memang sangat bagus Bu. Yang pasti anak perempuan ibu gak pernah mengeluh atau complain sama yang satu ini”.
 “ Tapi kan aku bukan Nadya,lho.....Maksud Ibu, harapan ibu boleh dong lebih tinggi dari Nadya, Ibu mau yang lebih Dari kamu”
Rini berhenti bicara dan maju selangkah, untuk mulai melepaskan celanaku. Lalu Ibu mertuaku menyelipkan pinggulnya diantara kedua kakiku yang terbuka lebar, lalu dia memasukan tangannya kedalam celanaku untuk memegang dan merasakan ke-ereksian Penisku yang sudah sangat keras. Ketika aku rasakan genggaman tangannya pada batang penisku, kurasakan sensasi yang luar biasa, dan membuatku sedikit mengerang, ketika genggaman tangannya mulai mengocok penisku naik dan turun. Dan Ibu Mertuaku melihat kearah mataku, yang menyiratkan kepuasan sensasi bercinta dengan sang Ibu Mertua.
 “Sudah berapa kali kamu membayangkan bersetubuh dengan ku, sayang..?”. Dia berkata sambil terus mengocok penisku.
Aku naikan salah satu alis mataku sesekali sambil bertatapan dengan mata Ibu Mertuaku, dengan maksud memberikan padangan yang mengejutkan hatinya, sambil sedikit tersenyum simpul kepadanya.
 “Udah gak ke itung lagi Bu, sering banget”. Jawabku.
 “Klo Ibu tuh sebenernya, udah dari dulu pengen banget bersetubuh dengan kamu sayang. Sampai kadang Ibu berpikir bahwa Nadya Anak perempuanku itu, egois banget ya nyimpen kamu untuk dirinya sendiri”.
 “Lha bu, aku kan nikah sama dia Bu. BUkan sudah seharusnya begitu”. Jawabku sambil menahan nikmatanya kocokan demikocokan yang dilakukan oleh Ibu Mertuaku.
 “Hmmmm....!!Betul sayang, tapi gak ada salhnyakan kamu tau sedikit tentang Ibu dari Istrimu”. Rini kembali menyanggah pendapat ku, dengan tersenyum lebar dengan penuh kenakalan.
 “Ooohhh...sshhh....Akhhh...Apa tuh Bu, yang perlu aku tau tentang ibu?” Tanyaku sambil mendesah keenakan.
 “Disaat aku ingin sesuatu yang agak nakal, dan pasti aku Ibu Mertuamu bisa mendapakannya. Dan apa yang ku mau sekarang adalah disetubuhi oleh mu Sayang, disetubuhi oleh Menantuku sendiri!!” Matanya menatapku sangat nanar dan penuh nafsu birahi yang sangat tinggi, dia memandangiku sambil agak meremas batang penisku dengan sangat gemas.
 “Ibu..ya..ya..yakin Bbbu dengan kata2 Ibu, gak takut dddosa bu?”
 “Hahahaha...Sayang, Hidup ini sangat singkat lho,kenapa sih kita buang2 waktu, ayo Sayang, setebuhilah Ibu Mertuamu ini...!!”. Rini tertawa sambil menjawab pertanyaanku.
Aku melenguh panjang, merasakan antara kenakan dan mencoba berpikir kembali sebelum ini terjadi, bahwa kejadian ini terjadi begitu cepat. Tidak ada lagi yang bisa kupirkan. Sejauh ini yang bisa kupirkan hanyalah, sebuah fantasi terbesar dalam hidupku yang sedang terjadi.
Rini mulai menghentakan kocokannya dengan perlahan, saat kocokan keatas dia menghentakan keatas, saat kocokan kebabawah dihentakannya kebawah. Hentakan demi hentakan dari kocokannya membuatku seperti berada pada surga dunia yang sangat indah.
 “Sekarang, Ibu mau kasih tau kamu, klo Ibu Mertuamu ini sangat suka sekali disetubuhi dengan pelan, tapi dengan hentakan yang keras. Aku suka dengan gerakan yang sedikit agak kasar, setelah kita selesai bercinta nanti, Ibu mau merasakan bahwa Ibu benar2 terasa habis disetubuhi”.
 “Ibu juga suka kan ngomong agak kotor, iya kan?” Tanyaku, dan penisku sudah benar2 tegak dan sangat keras.
 “Nah itu dia Sayang, oleh karena itu Ibu bukan mau bercinta denganmu, tetapi Ibu hanya ingin bersetubuh denganmu, sayang. Ibu hanya ingin menyetebuhi menantu laki2 ibu!! Ya, selayaknya seperti binatang lah gitchu..., dan mungkin insting binatang telah merasuki kita sayang...hanya kepuasan..Lho. Kamu harus tau Sayang, binatang bersetubuh untuk berkembang biak, tapi masa2 reproduksi aku sudah berlalu lho..., tapi klo nafsu birahi Ibu Mertuamu ini akan tetap ada sampai kapan pun, Sayang”. 
Rini sang Ibu mertuaku berbicara seperti itu kepadaku dengan cara sedikit melakukan desisan dan desahan yang terlihat seperti memimpikan kepuasan sensai birahi yang sangat luar biasa sambil dia berjongkok diantara kedua paha ku yang terbuka lebar dengan meremas remas bantang penisku, yang semakin membuatku terdiam bingung ingin menjawab apa dan gusar tak tertahankan untuk merasakan liang sanggama di dalam Vagina Rini Ibu mertuaku itu.
 “Apa sayang, kamu mau apa sich?Gmn, kamu tertarik tak, untuk menyetubuh kelinci betina yang sekarang sedang menyiksamu ini?”.
Untuk sementara aku terdiam bingung amu menjawab apa. Tetapi sisi liar Ibu Mertuaku sangat membangkitkan gairah birahiku, apalagi perkataannya tentang sex yang sangat membuatku terangsang, dan aku belum pernah mengalami keterangsangan seperti ini, dengan Nadya sekalipun, sambil diiringi remasan2 yang sedikit agak kasar kepada Penisku dengan hentakan2 kopcokannya, yang makin membuatku tersiksa menahan gejolak nafsu birahi untuk menyetubuhinya yang sudah tidak mungkin aku bending lagi, memang penisku terasa gak sakit dengan kekasarannya tapi sensasinya membuat ku menikmati perlakuan dan gerakan tersebut.
 “Ooohhh....akkhhh, Ibu.....sshhhh... Aku akan bersetubuh dengan Kelinci Betina ini, kapanpun dia mau”. Aku menjawab pertanyaannya sambil menikmati siksaan birahi yang dilakukan terhadap penisku, dan Rinisambil tersenyum dan dia tau, akhirnya dia hampir sukses untuk menggoda ku.
 “BIlang dong sayang, bagaimana caranya rusa jantan muda ini menyetubuhi ku?Apa yang akan kamu lakukan dengan Penismu yang sudah berdiri tegak dank eras ini, terhadap Ibu Mertuamu ini?”.
Akhirnya aku tau sekarang, kapan aku harus melontarkan kata2 ini kepada Ibu Mertuaku yang aku hormati, segani, yang sekarang terlihat seperti pelacur, yang siap untuk disetubuhi oleh Suami dari anak kandunya sendiri.
 “Aku akan menyodok Vagina Ibu dengan menghantamkan penisku sedalam2nya, dan kamu akan menikmatinya Kelinci Betina Cabul!! Akan ku kocok penisku ini sedalam2nya di dalam Vaginamu, Pelacur..!!!”
 “Ooo yeah....Dasar kamu penis bajingan, kata2 kamu jadi bikin ibu Horny bgt deh...apakah cmn ini aja kata2 berengsek yang bisa keluar dari mulut kamu?”
 “Tunggu aja bu, dan lihat apa yang akan terjadi nanti”. Jawabku.
Sambil kukatakan itu, aku mendorong Ibu Mertuaku kelantai, hingga dia agak terduduk akibat doronganku, dan terlihat kakinya yang terbuka lebar, dan aku lagsung mencengkram kedua pahanya dan agak melbarkannya lebih lebar lagi, aku mendorong badannnya kedepan sampai aku rasakan pinggulku berada pada jarak terdekat dengan liang vaginanya, dan aku dapat merasakan kepala penisku menyentuh klitorisnya. Aku tahan batangpenisku agar tidak langsung masuk kedalam vaginanya, dan aku mulai memegang batang penisku ku kocok perlahan an aku gesek2an pada bibir vaginanya.
 “Vagina mu sdh siap belum untuk ku tusuk, perek..!!” Kutanya Ibu Mertuaku dengan kata yang agak kasar.
 “Aku udah pernah merasakan yang lebih besar dari ini, bajingan..!!” Katanya sambil sedikit mendesah dan memajukan pinggulnya.
 “Yeahhh...aku berani bertaruh, berarti udah banyak kan yang masukin Penisnya ke Vagina Ibu...hehehe”. Aku mencoba membalas pernyataannya.
 “Apa kamu bilang...?? Klo aku membuka pahaku untuk semua lelaki,katamu..?
 “Yup, benerkan bu.., kan Ibu tadi bilang pernah rasain yang lebih gede...hehe”.
 “Yeahhhh...,hehehe...tapi Ibu Yakin koq, pasti ada lelaki yang bisa melakukan ini lebih baik dari kamu,..hahahaha”. Ibu mertuaku tertawa, tetap dia terlihat selalu mengcilkan hatiku, atau dia berkeinginan besar akan kepuasan yang nanti akan kuberikan kepadanya.
Aku sudah tidak sabar lagi memposisikan penisku di depan gerbang kenikmatan itu, bibir vaginanya sduah terlihat sangat basah becek, dan siap menerima hujam2 hujaman dari penisku.
 “Aah..berisik banget sih Bu...dasar Ibu Mertua Pelacur....mending rasain ini...!!”
Aku katakan sambil mendorong maju pinggulku dengan sekali hentakan yang menyebabkan Penisku masuk sedalam 3 inci kedalam Vagina Ibu Mertuaku dan aku dapat merasakan bahwa ini belum masuk sepenuhnya, ku tarik lagi penisku secara pelahan dan ku hujamkan lagi kali ini penisku dengan hentakan yang lebih keras dari hentakan awal. Kurasakan vaginanya yang memang terasa masih sempit walau dengan hempasan keras penisku, aku masih merasa belum sepenuhnya masuk. Dengan hujaman penisku yang agak kasar, kulihat Ibu Mertuaku menjerit, entah kesakitan atau menikmati dan kulihat kuku jarinya mencakar dan mencengkram karpet yang menjadi alas persetubuhan kami di lantai, yang baru kusadari bahwa teriakannya adalah sebuah jeritan dari dampak kenimatan birahi sebuah sensasi benturan yang sangat kuat dari Penisku terhadapa liang Vaginanya yang sangat tiba2 dan terasa agak mendadak.
 “Akkhhhh......sshhhhh eemmpffff....yesss, iya sayang masukin penismu yg dalam ke Vagina Ibu, setubuhi aku...sayang...!! Berikanlah Ibu Mertuamu ini kepuasan yang terbaik!!” Keluarlah kata2 dan jeritan mendesah dari mulutnya, kutindih tubuhnya yang sangat sexy dan sangat menggiurkan itu.
Dengan menindih tubuh Ibu Mertuaku, aku memberikan respon atas perkataannya. Ku lanjutkan pompaan penetrasi pada Vagina Ibu Mertuaku yang makin basah berlendir dengan hujaman hujaman yang cukup keras dan bertenaga dengan sangat perlahan dan semakin dalam tiap hujamannya. Hentakan demi hentakan yang semakin dalam kuberikan dari penisku terhadap Vagina Ibu Mertuaku Rini, memberikan sensasi tersendiri yang sangat luar biasa yang dapat kurasakan, setiap hentakan membuat Rini Sang Ibu Mertuaku menjerit kesakitan, mendesah keenakan dimana rasa itu bercampur menjadi satu untuk dia rasakan, tubuhnya pasrah menerima hujaman dan tikaman dari Menantunya, wajahnya sedikit memerah menahan rasa sakit pada Vaginanya yang memang ku hantam sangat keras dengan penisku, siksaan demi siksaan birahi dari nafsu persetubuhan kami yang kami lakukan membawa kenikmatan tersendiri bagi dirinya dan kepuasan bagiku dengan melihat wajahnya yang sangat cantik sexy dan menawan akhirnya dapat kusetubuhi, anganku terwujud. Ibu Mertuaku seperti ketagihan akan rasa sakit dan nikmat yang dia rasakan sewaktu penisku keluar masuk di Vaginanya.
Dalam beberapa detik akhirnya Vagina Rini mulai agak melonggar dan terasa tidak terlalu sempit lagi, dan akhirnya bisa menerima penisku seutuhnya di dalam vaginanya. Tubuhnya mulai mengikuti irama hentakan penetrasiku maju dan mundur, tiap gerakan, kami nikmati dengan penuh konsentrasi dan tiap gerakan juga menciptakan bunyi seperti tepukan atara basahnya kulit yang beradu akibat benturan demi benturan yang tercipta, menambahkan sensasi persetubuhan tabu yang sangat terlarang ini makin nikmat dan tidak ternilai keindahannya, antara diriku dan Ibu Mertuaku.
Melihat kebawah, kearah Tubuh Ibu Mertuaku yang sangat menggoda, aku merasakan suatu nafsu dari gairah keintiman yang mendadak secara tiba2 muncul untuk mencium Ibu Mertuaku. Kumajukan sedikit wajahku kearah bawah searah dengan wajah Rini Sang Ibu Mertuaku, dengan posisi penisku tetap melakukan penetrasi pada vaginanya, kutatap matanya tanpa basa basi langsung kukecup bibirnya yang bergincu merah muda, kulumat bibinya dengan bibirku dengan sedotan2 penuh nafsu. Dengan hisapan bibirku terhadap bibirnya, Ibu Mertuaku bereaksi dengan melingkarkan kedua lengannya kepunggungku dan memeluku dengan sangat erat, Rini mendekapku sangat erat penuh dengan nafsu binatang, dia membalas tiap ciuman yang kulakukan dengan penuh kegilaan, persetubuhan ini telah dimulai, persetubuhan yang sangat erotis sensasional dan penuh dengan kenikmatan dosa yang sangat berbirahi tinggi, antara aku dengan Ibu Mertuaku.
Ku jejalkan lidahku kedalam mulutnya sampai dengan ketenggorokannya, Ibu Mertuaku membalas dengan menghisap lidahku dengan penuh nafsu, kulihat percumbuan kami, Mata Ibu Mertuaku terpejam menikmati digauli oleh menantunya, dan mungkin dia membayangkan bahwa lidahku adalah penis yang sedang merogoh masuk ke dalam mulutnya.
Kami mencium,menghisap, menjilat an menggoda satu sama lain, gairah dari nafsu birahi kami mulai memuncak, suara2 desahan, keanakan, dan jeritan kami memenuhi selurh ruangan tengah, dimana tempat kami sedang bergumul. Beberapa saat persetubuhan kami, aku merangkul erat tubuhnya dan memutar posisi kami tanpa melepaskan penetrasi antara penisku dan vaginanya, sekarang Rini Ibu Mertuaku berada diatasku dan aku bisa melihatnya lebih liar, seperti pelacur yang sedang beraksi.
Gairah persetubuhan terus berlanjut, Rini mulai merebahkan tubunya diatas tubuhku dan mukanya bertumpu pada pundakku yang dimana wajahnya menjadi tepat disebelah pipiku, dan dia memerintahkanku untuk mencium kembali bibirnya, perintahnya langsung kulakukan dengan mendekap erat tubuhnya.
Tiba2 Rini menarik bibirnya dari bibirku, dan kembali duduk diatasku bertumpu pada lututnya. Dia sedang merasakan kenikmantan dari kerasnya batang penisku yang seutuhnya ada didalam dirinya di dalam Vaginanya yang masuk sangat dalam, dan dapat kurasakan penisku menyentuh diding rahimnya, dimana tempat Istriku Nadya dikandungnya selama 9 bulan, tetapi karena sekarang Ibu Mertuaku berada diatasku sepertinya sekarang dia ingin mengendalikan sepenuhnya Persetubuhan ini. Dengan gayanya yang sudah pasti bagaikan pelacur tingkat tinggi, Ibu Mertuaku meremas remas kedua payudaranya dengan kedua tangannya sambil menaik turunkan badanya memompa vaginanya terhadap penisku, ketebalan penisku tengelam dilahap oleh Vagina Ibu Mertuaku, dan aku mulai merasakan cairan Vagina Ibu Mertuaku mulai mengalir keluar melalui sela2 antara batang penisku dan bibir Vaginanya.
Aku berbaring santai saati itu penuh dengan ke relaks-an, memandang keatas kearah Ibu Mertuaku, memuaskan birahiku dengan memandangi pemandangan yang sangat luar biasa yang baru kali ini aku alami seumur hidupku, sepasang payudara wanita berumur yang masih sanagt indah bergantung dan berggoyang naik turun yang terlihat dari dalam pakaiannya yang sangat halus menerawang. Payudaranya membuatku menjadi membayangkan sebuah gelombang, sebuah gelombang payudara yang cukup berisi dan padat yang siap timbul ke permukaan. Ku raih payudara Ibu Mertuaku itu, kuremas dengan telapak tangan ku satu demi satu. Ku nimtai sensasi itu, impianku selama ini yang akhirnya terwujud, payudara yang indah yang masih terlihat seperti wanita yang sedang menyusi, masing sangat montok sekali dan sangat natural.
 “Iya sayang, kaya gitu, pegang terus payudara Ibu, selagi aku menaiki kamu,...akkhhhh Sayang,....Ooh...aah....saaaayang...aku mau kamu sepenuhnya sayang,seutuhnyaaaa...,Ibu mau setiap inci-nya dari Penismu memenuhi Vaginaku....aaarrgghhhhh!!!”.
Ibu mertuaku terlihat seperti akan mencapai klimasknya, tubuhnya tegang dan makin liar seperti binatang, tubunh ibu mertuaku maju sedikit agak membungkuk dan memindakkan tangannya keatas dadaku dan mencengkram erat dadaku dengan cakarnya dan berpindah lagi ke lantai bersamaan dengan tubuhnya yang mulai menggerakan pinggulnya dengan cepat, sangat menggebu gebu agak kasar, nafasnya mulai tidak teratur sering dengang kocokan Vaginanya terhadap Penisku naik dan turun, yang memang rasanya sangat luar biasa.
 “Ooohhhh...sayang...aku sebentar lagi nih...hhhuuufffff....argghhhhhh...., sangat...sangat gak tahan nih Ibu Mertuamu...!! Buat aku puas sayang...buat aku klimaks..., setubuhilah Ibu Mertuamu yang sekarang menjadi Kelinci mu yang binal, dan puaskan pelacurmmuuuuu ini sssaaaayangg...!!”.
Ku raih lagi kedua payudaranya dengan kedua telapak tanganku, kujepit putingnya dengan jari2 ku sambil kuremas payudaranya, yang mengakibatkan Ibu Mertuaku menjerit nikmat.
 “Iya Bu...nikmatin Bu, semprotin Cairan klimaks Ibu ke Penisku, biar aku bisa rasakan vagina ibu lebih nikmat lagi!!”.
Beberapa kalimat yang terlontar dari mulut Ibu Mertuaku. Bola matanya terpejam di balik kelopak matanya, tubuhnya seperti menjadi kaku, Vaginanya mengjang sangat hebat, mulutnya terbuka menganga meracau tidak karuan dan beberapa detik kemudian Rini mendesah, mengerang hebat, tubuhnya bergetar, seperti anjing betina yang sedang melonglong disetubuhi pejantannya, dan aku langsung bisa merasakan hangatnya cairan Vagina Ibu Mertuaku yang sebenarnya Cairan surgawi Ibu Mertuaku yang mengalir menelusuri batang penisku yang masih tertancap di Vaginanya.
Akhirnya tubuh Ibu Mertuaku merosot tumbang ke dadaku, tubuhnya masih sedikit bergetar agak gemetaran efek dari klimaks yang baru dialaminya tadi, Ibu Mertuaku mendesah dengan sedikit mengerang halus ke kupingku sebagai tanda bahwa dia telah mencapai puncak kenikmatan klimaks dari persetubuhan yang kami lakukan.
 “Ohh Sayang, yampun...Itu tadi benar2 Surga, Ibu Merasa seperti di Surga”. Desahan yang keluar dari mulut Ibu Mertuaku.
Aku berpikir, bahwa urusanku belum selesai, jika dia sudah aku belum. Memang kurasakan tubuh Ibu Merutaku sudah sangat lemas lunglai dan merosot diatas tubuhku, tetapi Penisku masih berdiritegak dengan kerasnya di dalam Vaginanya, sudah sampai sejauh ini tindakan dari kami berdua dan aku juga harus mendapatkan kepuasan darinya, dan ini adalah penentuanku untuk segera mengisi penuh rahimnya dengan spermaku, sebelum dia tersadar dari kelemasannya.
Dengan mendekap erar kembali tubuhnya, dengan segala sisa keatanku kubalikan kembali posisiku seperti awal dengan posisi sekarang berada ku diatas Ibu Mertuaku. Hal ini ternyata tidak diperkirakan dan tidak seperti yang Ibu Mertuaku harapkan, dan sperti yang sudah terjadi dengan keadaannya di bawahku, Ibu Mertuaku mulai merasakan kembali serangangan dan hujaman secar penuh penisku kedalam Vaginanya.
 “Ya ampun Sayang, udah donk...jangan lagi...plisss!!”. Dia memohon kepadaku.
Aku sama sekali tidak mempedulikan perkataannya. Aku selipkan tanganku ke bawah masing2 pahanya dan secepat mungkin mengangkat pahanya keatas dan membuka lebar sampai dengakulnya hampir saja menyentuh payudaranya. Sesegera mungkin ku tancapkan dalam2 penisku kedalam vagina Ibu Mertuaku sampai kurasakan kembali dinding rahimnya yang menyentuh kepala penisku, dan aku kembali merasakan nikmatnya kelaur masuk penisku di Vaginanya yang masih terasa agak basah tetapi juga agak kesat, dan disitulah letak kenikmatannya.
 “Tidaaaakk....sayang, jangannn,Plis..!!”. Ibu mertuaku sudah kehabisan tenaga.
Tanpa mendengarkan perkataannya, tanpa ampun kuhentakan penisku yang masih teteap keras ke dalam Vaginanya secara kasar dan kali ini temponya sangat cepat, kumasukan lagi..lagi..dan lagi...tanpa menghiraukannya.
 “No...no...jangan...lagi..sayang...Oohhhh yeaahhhh akhhh yesss..”. Rini kembali mengerang keenakan seiring dengan dirinya mendekati klimas untuk yang kedua kalinya.
Ku tekan kebawah sekuat tenaga, tubuhku menindih paha Ibu Mertuaku yang sudah terbuka lebar hingga hampir menyentuh payudara Rini, dan posisi ini adalah posisi yang paling sempurna untuk melepaskan spermaku ke dalam Rahim Ibu Mertuaku.
 “Ooohh..yesss...bajingan kamu Nang,...yes..yes...yes...selesaikanlah cepat...”.
Rini mencoba mengangkat tubuhku dengan sekuat tenaganya, karena daya dorong tubuhku yang terlalu kuat, dan efek dari klimaksnya yang kedua yang kembali menyiksanya di dalam kenikmatan, semua syaraf seperti bersetruman satu sama lain, tetapi tubuhku tetap memompa dirinya, mungkin Ibu Mertuaku berpikir aku menggunakan Penisku dengan sangat kasar kepadanya dan mungkin dia menyukainya, kulakukan Penisku untuk menghujam Vaginanya seperti mau menombak lantai.
Akhirnya aku memuncratkan Cairan surgawi lelakiku ke dalam Rahim Ibu Mertuaku, dimana tempat Istriku Nadya dikandung dan dilahirkan, dan Ibu Mertuaku akhirnya bisa mendengar raungan hebat yang keluar dari mulutku, dan Rini mulai merasakan tubuhku mulai melemas, dan kupingnya bisa mendengar desahan kepuasan yang keluar dari mulutku dan aku sangat yakin nahwa Ibu Mertuaku dapat merasakan ledakan yang menyemprotkan benih kehidupan yaitu cairan putih kental yang membanjiri Rahimnya.
Ibu Mertua ku pun bisa merasakan tubuh menantunya seperti tumbang diatasnya dan mulai melemas, otot2 ku mulau relaks kembali, aku merosot merebah ketubuh Ibu Mertuaku, dan kejadian ini akhirnya berakhir.
Ku cabut Penisnku dari Vagina Ibu Mertuaku, dan aku pindah berbaring di sebelahnya dan sedikit melakukan percakapan selepas permaianan sex terlarang ini. Dengan sedikit percumbuan mesra yang kadang masih kami lakukan sesekali.
Ciuman ringan sesekali kukecupkan di bibir Ibu Mertuaku, dan juga bergantian. Pada akhirnya kami berdua menyadari bahwa di malam yang basah dan dingin ini, dengan semua kejadian yang telah terjadi merubah hubungan aku dan Ibu Mertuaku, antara Mertua dan Menantu, entah menjadi apa, yang pasti kami tau sama tau dan mau sama mau. Di lain waktu kadang kami lakukan kembali, jika memang keadaan sedang mendukung.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar