Kamis, 03 Januari 2013

Akhwat Kampus_Aini dan Dina


Mereka mulai memperlakukan Ani seperti Dina. Mulai dengan Afung yang langsung menyodomi anus gadis berjilbab itu, setelah itu memek Ani kembali dihajar oleh kemaluan milik Ujang, juga mulut Ani dipaksa mengulum kontolnya Cecep dan setelah berejakulasi menelan spermanya, terakhir ketika Ani telah kepayahan Asep kembali menyetubuhi Ani.

 Tomi adalah seorang mandor buruh sebuah pabrik Garment di kawasan Bandung. Dia bekerja sebagai seorang pengawas buruh dibagian produksi. Perangainya cukup sangar sikapnyapun tegas terhadap para buruh-buruh yang bekerja disitu. Dia tidak pelit dengan kata-kata kasar dan caci maki terhadap para buruh yang melakukan kesalahan. Bagi para buruh tidak ada pilihan lain selain bekerja dibawah tekanan mandor Tomi karena memang mencari pekerjaan lain sangatlah sulit.

Tomi diangkat oleh perusahaan sebagai seorang mandor karena dia memiliki latar belakang kehidupan yang keras, memang dia adalah seorang preman disebuah kawasan yang rawan kriminal di Bandung. Dengan harapan kedudukan Tomi sebagai mandor buruh, maka para buruh akan segan dan takut terhadap perusahaan.

Saat ini ada seorang mahasiswi berjilbab yang kebetulan sedang tugas magang di pabrik itu namanya Ani, usianya masih 19 tahun dan dia adalah seorang mahasisiwi Fakultas Teknik Industri pada sebuah perguruan tinggi negeri yang terkenal di kota Bandung. Untuk seorang gadis yang berjilbab, Ani cukup lincah dalam bekerja. Gadis cantik itu pintar dan rajin dalam melakukan tugas-tugasnya. Dia memiliki wajah yang imut-imut dan cantik sekali seperti mojang-mojang Bandung umumnya yang memiliki kulit putih bersih.

Penampilan Ani memang lain dibandingkan dengan gadis-gadis lainnya. Ani lebih senang menggunakan baju longgar, rok panjang dan jilbab lebar dalam magangnya, sehingga kulitnya yang tampak semata-mata hanyalah bagian wajah dan tangannya, karena bagian tubuh Ani lainnya tertutup oleh jilbab longgar dan baju yang longgar pula. Selama bekerja magang di pabrik itu, Tomi sering memperhatikan Ani. Pabrik yang mempunyai banyak jendela, sehingga membuat sinar matahari banyak masuk, membuat baju longgar dan jilbab milik Ani tidak dapat menutupi kemolekan tubuhnya.  Sinar matahari membuat tubuh molek Ani tampak samar dibalik baju yang ia kenakan. Potongan tubuhnya sintal padat proporsional dengan tinggi tubuhnya yang sekitar 160-an membuat Tomi tertarik perhatiannya kepada Ani. Apalagi karena baju longgar, rok panjang longar dan jilbab besar yang ia kenakan selain tak mampu sempurna menutupi kemolekan tubuhnya justru menambah ke-erotis-an fantasi Tomi. Hal itulah yang membuat para lelaki dipabrik itu sering mencuri-curi pandang kearah kemolekan tubuh Ani. Begitu pun dengan Tomi yang selalu haus melihat keindahan dan kemolekan tubuh Ani. Hal ini tidak disadari oleh Ani karena dia lebih serius untuk menyelesaikan tugas-tugasnya selama magang di pabrik itu.

Sesekali Tomi menyempatkan diri untuk memasang muka ramah dan bercakap-cakap dengan Ani hanya sekedar menikmati kecantikan wajah gadis berjilbab tersebut. Padahal dengan karyawati atau buruh wanita yang lainnya boro-boro dia memasang muka ramah yang ada selalu tampang sangar yang diperlihatkannya dan ucapan-ucapan yang jauh dari keramahan. Singkat kata Tomi telah jatuh hati berat kepada Ani, mahasiswi cantik itu.

Pada suatu hari menjelang berakhirnya masa kerja magang Ani di pabrik itu, Tomi memberanikan diri untuk mengutarakan isi hatinya. Sore hari itu ditemuinya Ani disebuah kantin di pabrik itu, dengan rasa percaya diri dan nekat dia utarakan keinginannya untk menjadi pacar serta pendamping hidup Ani. Namun, pada akhirnya keadaan berubah dan merupakan titik balik perasaan Tomi, dari rasa cintanya kepada Ani berubah 180 derajat menjadi benci.

Cinta Tomi ditolak mentah-mentah oleh Ani. Dengan alasan selain perbedaan agama, usia yang terpaut jauh dimana Tomi saat ini telah berusia 38 tahun sedangkan Ani baru 19 tahun selain itu juga terdapat beberapa sifat Tomi yang tidak cocok dengan Ani. Seperti diketahui latar belakang Tomi adalah seorang preman, pemabok dan penjudi. Apalagi Ani juga mengatakan bahwa ia tidak menyukai pacaran.

Sejak itu hati Tomi menjadi panas, kesal dan marah atas jawaban dari Ani. Didalam hatinya tiba-tiba muncul rasa dendam terhadap Ani. Dan diapun merencanakan akan berbuat sesuatu terhadap Ani, “Hmmm… tunggu tanggal mainnya gadis sombong… puih !!!” batinnya.

Seminggu kemudian, pada sebuah Malam disebuah lorong yang gelap tampak sekelompok orang berjalan mengendap-endap. Mereka ada Tomi berserta beberapa anggota kelompok premannya. Mereka adalah Asep, Ujang, Cecep dan Afung, tampang-tampang mereka lusuh-lusuh dan kumal-kumal, tampang khas para preman. Mereka juga menyimpan dendam pada Ani, karena Ani selalu tidak menghiraukan godaan2 yang selalu dilancarkan preman2 yang mangkal didepan kantin pabrik itu. “Sstt… sebentar lagi dia lewat kesini”, bisik Tomi kepada kawan-kawannya. “Ok… kita tunggu aja boss…”, balas Ujang. “Boss… gue udah engga tahan nihh… udah pingin nyodok tuh cewek sombong…”, bisik Afung. “Sstt… sabar… boy… sabarr… semua pasti dapat tanda tangan… hehehe…”, balas Tomi. “Pokoknya gue duluan yang kasih pelajaran tuh cewek…”, lanjut Tomi. Malam itu mereka memang tengah menghadang Ani pada suatu tempat didekat tempat kost Ani. Tempat penghadangan itu memang sepi dan hanya terdapat beberapa rumah kosong saja dan sebuah lapangan luas yang mengelilingi rumah kost Ani. Sehingga Tomi dan kawan-kawannya merasa cocok dengan tempat itu sebagai lokasi penghadangan.

Ani memang lebih memilih untuk tinggal disebuah rumah kost yang sepi, agar supaya dia bisa lebih serius dalam belajar. Seminggu lamanya sejak Ani tidak lagi magang di pabrik itu, Tomi menyibukkan diri dengan mencari data-data diri Ani serta mengamati kegiatan-kegiatan Ani sehari-hari. Termasuk membuntutinya pulang-pergi dari kost-kostannya menuju kekampus sehingga dia tahu betul kegiatan serta route-route pulang-pergi Ani. Hingga akhirnya dipilihlah tempat itu sebagai tempat yang ideal dalam menghadang korbannya.

“Nah ini dia…”, ujar Tomi sambil menunjuk kesebuah bayangan yang mendekat kearah mereka berkumpul. “Tak salah lagi, tepat pukul 7 malam pasti tuh cewek lewat sini” lanjut Tomi sambil tersenyum melihat sasarannya mendekat. Tapi sejenak Tomi agak bimbang karena bayangan yang mendekat itu ternyata ada dua sosok. Tetapi setelah diamati secara mendalam ternyata kedua-duanya adalah sosok bayangan wanita dan diyakini salah satu bayangan itu adalah Ani dan satu lagi juga sosok wanita. Maka tanpa keraguan lagi dia pun mulai memutuskan untuk menjalankan operasi penyergapan itu. “Ah itu dia pengantin wanitaku…”, gumam Tomi. “Ok…jalan kan tugas masing-masing ! awas jangan sampai luput…”, perintah Tomi kepada teman-temannya. “Ada dua boss, yang satunya gimana nih ?”, tanya Asep. “Ah sikat aja…”, jawab Tomi. Tanpa dikomando lagi Asep, Cecep dan Afung bergerak menuju kearah gadis berjilbab itu berjalan. Merekapun menghadang Ani beserta temannya, Gadis berjilbab itu pun nampak kebingungan mendapati dirinya dihampiri oleh empat lelaki yang bertampang kumal itu. Tomi hanya mengamati dari jarak sekitar 10 meter, suasanya hening sejenak. Dari tempat Tomi berdiri sayup-sayup terdengan pembicaraan serius diantara Asep dan Ani.

Beberapa detik kemudian suasana berubah, secepat kilat Ani diringkus oleh Cecep dan Afung yang memiliki tubuh tegap. Sedangkan temannya diringkus oleh Asep dan Ujang. Ani serta temannya mencoba melawan dan meronta-ronta akan tetapi beberapa pukulan dilayangkan oleh Cecep dan Afung dan akhirnya Gadis berjilbab itu pun pingsan. Setelah itu tubuh tak berdaya itu dibopong oleh Cecep.

Sementara itu teman Ani yang juga meronta ronta dibekap dan dipukuli oleh Ujang hingga akhirnya tak sadarkan diri pula. Lantas tubuhnya digendong oleh Asep. “Beres semuanya boss…”, ujar Asep kepada Tomi yang kemudian keluar dari persembunyiannya. “bagus…, ayo lekas kita bawa ke rumah kosong itu”, perintah Tomi.

Penghadanganpun berjalan dengan sukses, sasaran telah dilumpuhkan dan kini siap “diproses”. Didalam rumah kosong itu tubuh Ani dan temannya dibaringkan disebuah dipan kayu. Kedua tangannya Ani diikat kebelakang. Setelah lampu diruangan itu dinyalakan, kelima orang yang telah dirasuki nafsu itupun menggunam terkagum-kagum melihat kecantikan wajah Ani yang tengah tergolek pingsan. Dia menggunakan baju lengan panjang longgar, rok hitam  panjang dan jilbab biru langit yang semakin menampakkan kecantikan wajah gadis berjilbab itu. Ternyata Tomi mengenali sosok wanita satunya yang juga ikut dilumpuhkan tadi. “Ah gue inget ini kan si Dina, temannya Ani… wah… wah… sial sekali nasibnya”, ujar Tomi. Dina memang teman akrab Ani, usianya lebih muda dari Ani yaitu 16 tahun, dan masih duduk dibangku kelas 2 SMU. Dina adalah keponakan dari pemilik kost dimana Ani tinggal.

Dina juga memiliki wajah yang manis, tubuhnya yang mungil namun padat juga tertutup jilbab, walaupun tidak selebar milik Ani. Ia masih memakai baju lengan panjang merah ketat, dan celana panjang jeans yang juga ketat.

“OK jatah gue si Ani… ini pengantin gue, yang satunya boleh elo sikat”, balas Tomi. “Ok sekarang elu-elu pada nyingkir deh, silahkan elo bikin pesta sendiri sama si Dina itu, dan jangan ganggu malam pengantin gue, OK!”, ujar Tomi kepada teman-temannya. “Sip boss… kita bikin pesta sendiri”, ujar Asep. Dan menyingkirlah ke-4 teman-teman Tomi sambil membopong Dina. “Hmmm… sayangku… mari kita nikmati malam pengantin kita sayang…”, bisik Tomi kepada Ani yang tengah pingsan.

Dengan senyum kemenangan Tomi memandangi gadis berjilbab itu yang tengah tergeletak di sebuah dipan kayu. “Akhirnya aku dapatkan kau…” ujarnya dalam hati. Kedua tangannya bergerak meraba Payudara gadis berjilbab itu dari luar jilbabnya. Mulanya pelan-pelan hingga lama kelamaan semakin keras, bahkan kini kedua tangannya dengan ganas meremas-remas payudara Ani yang kalau terlentang terlihat membukit.

Setelah puas meremas-remas payudara gadis berjilbab itu, kini Tomi mengeluarkan pisau lipatnya yang memang selalu dibawanya kemana-mana sebagai senjata. Tomi menyingkapkan jilbab lebar Ani lalu mempreteli kancing baju lengan panjang Ani dan membukanya dengan kasar, hingga akhirnya tinggal bh putihnya saja yang menutupi kedua payudaranya. Namun akhirnya diputuskannya tali bh itu dan dicampakannya bh itu kelantai sehingga kini terlihatlah kedua gundukan indah payudara gadis berjilbab itu, yang putih bersih menantang. Setelah itu serta merta dengan bernafsu dikulumnya dan dijilat-jilatnya kedua payudara itu dengan sesekali digigit-gigitnya kedua puting payudara itu. Puas dengan bagian payudara kini Tomi mempreteli kancing rok panjang Ani dan langsung melepasnya, sreett… sekali tarik terlihatlah bagian bawah dari Ani dengan celana dalamnya yang berwarna putih berenda. Kedua mata Tomi kembali terbelalak melihat pemandangan indah itu, diusap-usapnya kedua paha putih Ani juga gundukan dipangkal pahanya itu.

Sedang asyik asyiknya mengusap-usap gundukan kemaluan gadis berjilbab itu, tiba-tiba terdengar suara kegaduhan dari ruang sebelah. Tomipun menghentikan aktifitasnya lalu bangkit seraya berlari mendekati arah suara itu. Sesampainya disuatu ruangan asal muasal suara itu, matanya kembali terbelalak melihat pemandangan erotis yang tengah terjadi diruangan itu. Jantungnya berdetak keras, birahinya memuncak melihat pemandangan diruangan itu. Diruangan itulah Tomi melihat Dina yang rupanya telah sadar tengah “dibantai” oleh Asep, Ujang, Afung dan Cecep.

Tubuh Dina yang dengan posisi merangkak nampak tengah disodomi dari belakang oleh Asep yang memiliki badan yang jauh lebih besar daripada Dina. Kaos lengan panjang dan celana jeanss ketat Dina sudah nampak teronggok jauh di sudut ruangan, dan Dina kini tinggal memakai jilbabnya yang diasampirkan ke pundaknya oleh para pemerkosanya. Memang dengan begitu, Dina yang sedang diperkosa nampak lebih erotis dan menggairahkan. Mungkin itu juga yang mengakibatkan Asep sangat keras dan kasarnya mengocok-ngocok kontolnya didalam lobang anus Dina. Mula-mula Dina meraung-raung minta ampun karena kesakitan, namun teriakan-teriakannya tidak berlangsung lama karena kemudian kepala Dina lyang masih terbungkus jilbab langsung dicengkeram oleh Ujang, yang langsung mengarahkan kontolnya ke mulut Dina. Ujang memposisikan dirinya didepan Dina, lalu menggosok-gosokkan kontolnya ke wajah Dina yang masih terus menangis dan memaksa Dina untuk menjilati kontolnya, baru kemudian menyumpalkan kontolnna ke mulut Dina. Setelah berhasil menyumpalkan kontolnya didalam mulut Dina, kemudian dengan tangan kirinya yang memegang kepala Dina yang masih terbungkus jilbab, dia paksa kepala Dina untuk bergerak maju mundur.

Ujang dan Asep nampak sangat menikmati keadaan itu, mereka mendesah-desah merasakan nikmatnya bagin-bagian tubuh Dina itu. Dari mulut Dina nampak air liur Dina mengalir deras keluar. Tak berapa lama kemudian merekapun berejakulasi. Asep berteriak tertahan sambil menyemburkan spermanya didalam lubang anus Dina dan sejenak kemudian Ujang memuntahkan cairan spermanya didalam mulut Dina. Nampak Dina sembari masih menangis megap-megap dibuatnya di saat harus menelan cairan sperma Ujang yang cukup banyak.

Setelah itu kedua orang tadi menyingkir dan posisinya digantikan oleh Cecep. Cecep ini baru berusia 23 tahun, namun perawakannya besar dan tinggi, kontolnyapun nampak telah mengacung membesar dan siap menelan mangsa. Kini Cecep bersiap-siap menyetubuhi Dina yang masih lemas. direntangkannya tubuh Dina yang kepayahan itu dan langsung ditindihnya. “Oouugghhh…”, Dina melengking disaat kemaluan Cecep yang besar itu melesak kedalam liang memeknya. Pemandangan ini sudah cukup untuk membangkitkan birahi Tomi diapun berjalan meninggalkan ruangan pembantaian Dina itu dan kembali menghampiri Ani pasangannya.

Tiba-tiba gadis berjilbab itu terbangun dan membuka mata. Ani kaget mendapati kedua tangannya terikat dan keadaan tubuhnya hanya tinggal jilbab yang sudah tersingkap dan celana dalam. Dan lebih kaget lagi ketika dihadapannya melihat Tomi tertawa terkekeh-kekeh menyaksikan dirinya yang tak berdaya. “Rasain deh lu, makanya jadi cewek jangan sombong. Jadi terpaksa elu gua kerjain deh?” Tomi berbicara. “Kepaksa, malam ini elo harus bisa memuaskan gue, kekasih elo” lanjutnya. gadis berjilbab itu semakin takut karena dia tahu apa yang akan terjadi pada dirinya, badannya mulai gentar, mukanya memucat. Air matanya mulai meleleh seiring dengan kata-kata ampunan yang keluar dari bibirnya. “Pak Tomi… ampun pak… jangan sakiti saya…”, pintanya sambil terisak-isak. Permohonannya ini nampaknya semakin membuat Tomi terangsang.

Satu persatu dilepaskannya baju dan celananya hingga akhirnya telanjang bulat. Badan Tomi nampak gemuk dengan perut yang membuncit, beberapa gambar tatto nampak menghiasi tubuhnya.

Kemaluannya nampak telah menegang keras, ukuran juga besar dengan ujungnya yang telah basah. Ani yang baru kali ini melihat langsung kontol laki-laki, langsung shock, dan semakin merintih-rintih ketakutan. Dia pejamkan matanya sambil terus menangis. Dia sadar akan diperkosa. Tomi yang melihat didepannya ada gadis cantik jelita yang hanya tinggal memakai jilbab dan menangis merintih-rintih mohon belas kasihan, malah semakin terangsang. Ia kemudian bergerak mendekati Ani dan meraih kepala Ani yang masih terbungkus jilbab. Belum sempat berteriak, mulut gadis berjilbab itu tiba-tiba dijejali dengan kontolnya yang sudah menegang dan membuat gadis berjilbab itu tersedak.

Ani berusaha terus menutup mulutnya namun setelah jempol dan jari telunjuk Tomi menutup lobang hidung Ani, gadis berjilbab itu pun membuka mulutnya sebagai reaksi karena kekurangan oksigen. Langsung mendapat kesempatan itu dihujamkannya kontolnya kedalam mulut Ani. Dia tak bisa berbuat apa-apa karena Tomi memegang kepala gadis berjilbab itu. Rasa mual membuat Ani hampir muntah dan berusaha melepaskan kemaluan Tomi di mulutnya. Tomi gerak-gerakkan batang kemluannya di mulut Ani, maju-mundur dan diputar-putar didalam rongga mulut gadis berjilbab itu. Selama sepuluh menit Tomi menjejali mulut Ani  dengan kontolnya. Air liur gadis berjilbab itu mengalir deras keluar dari mulutnya.

###############################################

Puas dengan itu kemudian Tomi mengeluarkan kemaluannya dari mulut gadis berjilbab itu. Ani langsung mencoba berteriak tapi Tomi cepat-cepat membekap mulutnya dan berkata, “Diem lu, jangan berteriak atau gue bunuh kamu?”, sambil menempelkan pisau lipatnya. Ani terdiam karena takut ancaman itu. Dan hanya bisa menangis sampai gadis berjilbab itu kelelahan dan lemas. Setelah sejenak menikmati wajah Ani, kini Tomi menurunkan celana dalam putih Ani dan melemparkannya ke lantai, gadis berjilbab itu pun hanya bisa pasrah tanpa perlawanan.

“Gile, memek elo bagus banget… waw indah sekali…?” bisik Tomi kepada Ani. Memang gadis seusia Ani memiliki kemaluan yang indah, masih perawan, bulu-bulunya pun tipis dan halus-halus tumbuh rapih berjajar disekitar lobang memeknya. Apalagi Ani sangat menjaga memeknya, demi suaminya kelak. Kedua tangan Tomi kembali meremas-remas payudara gadis berjilbab itu. Ani menjerit-jerit ketika Tomi memijat-mijat putting susunya. Kembali Ani berteriak lagi, kembali pula Tomi ancam Ani “Lu bisa diem ngga…!?”. “Sekarang, Lu harus nyobain kontol gue ini…pasti nikmat.?” Tomi berkata.

“Kita jadikan malam ini sebagai malam pengantin kita, hahaha…”, sambungnya. “Jangaaan pak… oouuhh… jangaaan, …ampuunn pakk… ? Ani memelas. Tapi Tomi tak peduli dengan ucapan gadis berjilbab itu. Diapun jongkok didepan Ani, dia angkat paha gadis berjilbab itu dan melebarkannya. Kepala Tomi menunduk memperhatikan kemaluan Ani yang ditumbuhi bulu-bulu tipis. Kepalanya bergerak dan mulutnya mulai menjilati kemaluan gadis berjilbab itu.

Mendapatkan perlakuan itu badan Ani langsung menggeliat-geliat suaranya terengah-engah merasakan kemaluannya kegelian karena dijilati. Hanya suara erangan gadis berjilbab itu saja yang terdengar, “Ehhmmhh… engghh… ouuhhh… oohh… dst”. Sementara mulut Tomi terus menjilati kemaluan Ani, tangannya bergerak ke atas dan memijat-mijat payudara Ani serta mempermainkan putting susu gadis berjilbab itu.. Ani menggeliat antara sakit, geli dan takut. Tiba-tiba Ani mengangkat pinggulnya dan mendesah lemah. Rupanya Gadis berjilbab itu telah orgasme. Dari memek gadis berjilbab itu keluar cairan dengan derasnya. Ketika melihat bibir memek gadis berjilbab itu telah basah, sambil menyeringai penuh kemenangan, cepat-cepat Tomi mengarahkan kontolnya yang sudah menegang dan mendekatkannya ke bibir memek gadis berjilbab itu. Sambil memegang pinggul gadis berjilbab itu, Tomi melesakkan kontolnya, dan berkata penuh penghinaan, “daar lu!! Perek munafik!! Lagaknya saja alim, ternyata doyan ngentot juga lu!! Nih, gua kasih!!” kata Tomi. Ani yang mendengar hinaan itu pucat pasi. Ia ingin menolaknya, tapi tidak bisa. Namun belum selesai ia menyesali diri, ia telah merasakan kontol Tomi memasuki lubang memeknya.

Dan…”Aahhh… sssakittt… oouughhh… a.. ammpunn… pak.. oouhhh…”, Ani merintih tajam. tubuhnya yang putih bersih menegang kaku menahan rasa sakit dipangkal pahanya. Jilbabnya yang tersingkap sudah mulai kusut. Walaupun dengan susah payah, akhirnya Tomi berhasil menanamkan kontolnya masuk amblas ke dalam lubang kemaluan Ani. Ani menjerit kesakitan, badannya meregang kesakitan. Sejenak Tomi merasakan kenikmatan hangatnya lobang kemaluan Ani dan merasakan denyut-denyut dinding kemaluan Ani serasa memijat-mijat kontolnya.

Akhirnya Tomipun mulai mengerakkan kemaluannya maju mundur. Tangannya memegang pundak gadis berjilbab itu sedang mulutnya menciumi bibir dan pipi Gadis berjilbab itu. Ani mulai mendesah-desah dan mengerang-erang membuat Tomi semakin bergairah dan mempercepat gerakan memaju-mundurkan kemaluannya itu. “Oohh… oouufffh… ooouuh… aahh… dst”, Ani mendesah dan mengerang-ngerang. Tubuh keduanya telah dibanjiri oleh peluh seolah-olah mereka sedang mandi. Dan tiba-tiba, gadis berjilbab itu merasakan kedatangan gelombang tadi. Ia ingin menahannya, namun gelombang itu terlalu kuat untuknya, akhirnya, kembali gadis berjilbab itu memekik tertahan, susah payah menahan agar dirinya tidak berteriak sambik mengatupkan gigi-giginya kuat-kuat, “heeeehkkkkkhhhh……” ia orgasme untuk kedua kalinya. Ternyata pemerkosaan yang dialaminya justru membuat gadis berjilbab itu sangat terangsang.

“dasar perek, lu!! Sambil memunculkan seringai yang penuh kemenangan, Tomi mencabut kemaluannya dan membalikkan tubuh Ani, dan memposisikan tubuh telanjang gadis berjilbab itu seperti Anjing. Dari arah belakang kembali Tomi menghujamkan kontolnya yang kini ke dalam liang dubur gadis berjilbab itu. “Aaakhhh…!!!”, Ani kembali memekik kesakitan, badannya yang lemas akibat dua kali orgasme kembali mengejang keras menahan sakit yang teramat sangat ketika liang anusnya dibobol oleh kemaluan Tomi.

Setelah tertanam, Tomi kembali memompa dengan gerakan yang semakin cepat. Kedua tangan Tomi yang besar semakin kasar meremas-remas susu gadis berjilbab itu. Ani semakin mengerang-ngerang kesakitan. Tapi Tomi tak peduli. Terus saja Tomi maju mundurkan pinggulnya dengan cepat. Sadar dirinya akan mencapai klimaks, Tomi mencabut kontolnya dari lobang dubur Ani. Setelah itu dihempaskannya tubuh Ani hingga kembali terlentang. Kembali Tomi menancapkan kontolnya didalam liang memek Ani yang telah dibasahi oleh cairan kewanitaannya yang bercampur darah perawannya.

Bless…kontol Tomi menghujam masuk tanpa kesulitan, kembali digenjotnya tubuh Ani dengan cepat dan kasar, sampai-sampai dada Tomi menghantam-hantam wajah Ani yang meringis-ringis kesakitan, namun kembali mendesah dan mengerang-erang. Kini Tomi menggoyang tubuh Ani dengan hebat hingga tubuh Ani terbanting-banting disodok oleh Tomi. Sampai akhirnya saat yang ditunggu-tunggu oleh Tomi, kini tubuh Tomi mengejang, wajahnya menyeringai menengadah keatas, otot-ototnya mengeras dan akhirnya dia menyemprotkan spermanya di memek gadis berjilbab itu, Croottt… crrottt… crrottt… jumlahnya banyak sekali.

“Oogghhh… ahh…”, Tomi memekik puas sambil terus menyemprotkan spermanya memenuhi rongga memek Ani sambil kedua tangannya mencengkram erat pinggul Ani. Gadis berjilbab itu pun tiba-tiba kembali mendesah panjang… “oooooooouuuuuuuuuhhgggggggg…”, sambil menerima tumpahan sperma Tomi yang melimpah ruah itu hingga meluber keluar dari sisi-sisi rongga kemaluannya badannyapun mengejang dan bergetar, sepertinya diapun mengalami orgasmenya yang ketiga.

Beberapa detik kemudian setelah sama-sama mengalami orgasme tubuh kedua insan itupun melemas, tubuh Tomi jatuh menindih tubuh Ani. Kini hanya suara nafas kedua insan itu yang saling memburu menghiasi akhir dari pergumulan itu. Setelah diam selama 15 menit, Tomi kemudian bangkit dari atas tubuh Ani serta melepaskan kontolnya, “Ooohhh…”, Ani mendesah panjang disaat Tomi mencabut kontolnya yang beberapa menit lamanya mengisi rongga kemaluannya. “Sayang… gimana rasanya ? enak kan ?”, tanya Tomi kepada Ani.

Gadis berjilbab itu pun pucat pasi lalu diam seribu bahasa dan memalingkan wajahnya dari pandangan Tomi. “Ayo sini sayang ada lagi tugas buat kamu…”, ujar Tomi serta meraih dan mengangkat kepala gadis berjilbab itu untuk kemudian memaksa Ani menjilati kontol Tomi yang masih basah oleh sperma dan darah. Anehnya Ani hanya pasrah dan menuruti saja perintah Tomi tadi secara perlahan-lahan diraihnya kontol Tomi yang kembali menegang itu dan kemudian dijilat-jilat serta dikulumnya kontol Tomi bak makan permen sampai bersih.

Setelah selesai dan merasa puas, Tomi bangkit dan membiarkan tubuh Ani yang telanjang itu terjatuh lemas. Tomi bergerak mendekati Ani yang masih lemah dan membisikkan kata-kata mesra di telinganya ” Kamu hebat sayang… aku cinta sama kamu”. Karena dilihat Ani terkulai lemas dan sepertinya tertidur karena kecapaian, maka Tomi memutuskan untuk meninggalkannya dulu. Tomi ingin melihat kegiatan di ruangan lain dimana tadi terjadi pembantaian itu.

Sesampainya dirungan yang ditujunya mata Tomi terbelalak ketika melihat pemandangan yang ada diruangan itu. Teman-temannya nampak tidur tiduran sambil melepas lelah setelah membantai Dina yang tubuh telanjang Dina nampak tergeletak dengan posisi telentang dilantai, kedua kakinya mengangkang lebar dengan lutut tertekuk. Jilbab yang masih ia kenakan nampak kusut. Setelah diamati dari dekat oleh Tomi ternyata kondisi Dina sangat mengenaskan. Dia telah diperkosa secara brutal oleh teman-temannya, mulutnya dipenuhi oleh cairan sperma yang mengental sampai meluber disekitar mulut dan pipinya, sampai membasahi jilbabnya. Rupanya oleh teman-teman Tomi, Dina dipaksa melakukan oral sex dan mereka telah menumpahkan spermanya didalam mulut Dina.

Matanya nampak sayu serta nafasnya terdengar pelan terengah-engah. Tomi menurunkan tatapan matanya keseputar payudara gadis berjilbab itu yang berukuran tidak begitu besar, disitu terdapat banyak bekas-bekas gigitan dan salah satu putingnya nampak berdarah, disitu juga terdapat tumpahan sperma yang telah mengering. Dan akhirnya kutatap kemaluan gadis berjilbab itu, kondisinya rusak parah, kemaluannya sudah memerah dan membengkak, banyak ceceran darah dan sperma didaerah itu. Tomi menggeleng-gelangkan kepalanya melihat kondisi Dina.

Tiba-tiba Asep bangkit dia menyalakan rokoknya dan kemudian menyelipkannya dibibir kemaluan Dina. Tomi dan Aseppun tertawa terbahak-bahak, “Kasihan dia sudah bekerja keras memuasin kita-kita orang ini, aku kasih dia rokoklah”, ujar Asep. “tapi emang memeknya cewek berjilbab itu lebih enak ya bang.” Katanya pada Tomi. “lebih sempit. Apalagi kalo ngentotnya gak usah buka jilbabnya. Wuih!! Tambah merangsang!! Tapi kok mereka tetep suka, ya? Tadi aja si Dina ini ngecrot berkali-kali, bang!!” ujarnya sambil terkekeh. Tomi ikut tertawa.

“Eh sebentar gwe mau kencing dulu”, ujar Asep berjalan meninggalkan ruangan pembantaian Dina sambil mengakhiri tawanya.

Diruangan itu pula Tomi bergerak kearah tumpukan pakaian Dina yang berserakan dilantai, dia rupanya tertarik dengan tas punggung Dina. Dengan rasa penasaran dia buka-buka isi tas Dina, membaca buku hariannya, membuka-buka dompet Dina, memeriksa ponsel milik Dina, kurang lebih 5 menit lamanya dia buka-buka itu semua. Sedang asyik-asyiknya dia membuka-buka buku Dina, tiba-tiba dia dikejutkan dengan teriakan diruangan samping. Serta merta dia berlari menuju kearah situ.

Kembali mata Tomi terbelalak serta menggeleng-gelengkan kepalanya tatkala melihat Asep ternyata tengah asyik menyetubuhi Ani. “Sss… sorry.. b.. boss.. gwe kagak tahan… lihat cewek cantik ini..apalagi dia tadi masih pakek jilbab, trus tidur nungging…. Tambah terangsang, bosss….”, ujar Asep sambil terus memompakan kemaluannya didalam kemaluan Ani. “Oouuhhh… aaahhh… jj… jangann… kasar… kassarr… oohh… oohh..pelann….pelannn…aahhh…ahhh….”, Ani kembali merintih-rintih sambil tubuhnya terhempas-hempas sebagai akibat sodokan-sodokan keras Asep.

“D.. diem… luh… rasain… aja.. kontol gue… inii… aakkhh… akhh.. fuck ! ohh… fuck…!!”, ujar Asep sambil terus menggenjot tubuh Ani. “Akhh… oouhhh… oh… a.. ampunn… oohh…”, Ani merintih-rintih dengan tubuh yang terhempas-hempas wajahnya meringis menahan rasa ngilu diselangkangannya. Sepuluh menit lamanya tubuh Ani disetubuhi oleh Asep, hingga akhirnya Asep memuntahkan spermanya di lubang kemaluan Ani. Anipun mengejang lagi, dan cairan kewanitaannya kembali meluber keluar. Tomi pun segera menghina gadis berjilbab itu lagi.

Asep terlihat sangat puas sekali dan diapun kemudian menjatuhkan dirinya disisi Ani yang kembali tubuhnya melemas. Waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam saat mereka tersadar akan waktu yang semakin mepet, tidak terasa sekian lamanya mereka mengerjai kedua gadis berjilbab itu serasa waktu berlalu cepat.

Tiba-tiba birahi Tomi bangkit kembali, didekatinya kembali tubuh Ani yang tertidur kerena kecapaian itu dan dibangunkannya Ani dari tidurnya. “Hoeii bangunnn…”, bentak Tomi kepada Ani. “Oohhh…”, Gadis berjilbab itu pun terbangun. “Sayangku… layanin aku lagi ya…”, bisik Tomi dengan tersenyum. “Pedangku udah bangkit lagi nih…gara-gara kamu sih yang menggairahkan sekali…”, lanjutnya. Mimik wajah Gadis berjilbab itu pun berubah menjadi cemas, matanya mulai berkaca-kaca.

“Pak.. Tomi… Ani udah engga kuat pak… rasanya sakittt… sekali… jangann… pak.. tolong…”, ujar Ani dengan suara yang lirih. “Peduli setan. Kamu juga munafik. Apanya yang sakit semua. Kamu juga menikmati, khan??”, balas Tomi seraya memposisikan dirinya diatas tubuh Ani. “ooohhh… oohh…”, Ani mendesah panjang tatkala Tomi menanamkan kembali kemaluannya didalam lobang kemaluannya. Kembali tubuh Ani digenjot, disetubuhi secara kasar oleh Tomi.

Ani hanya bisa pasrah, air matanya berlinangan, tubuhnya lemah hanya mengikuti irama gerakan dari Tomi yang tengah menyodok-nyodokkan kemaluannya. Dan setelah beberapa menit lamanya Tomi kembali berejakulasi dilobang kemaluan Ani cairan hangatnya menyembur membasahi rahim Ani, bertemu dengan cairan kewanitaan Ani yang juga turut keluar. Ternyata memang tubuh Ani tidak mampu berbohong. Rasa puas nampak di raut wajah Tomi, “Hahaha…akhirnya aku berhasil mendapatkanmu gadis cantik”. “Gue mau tanya ke elu yang terakhir kalinya, mau engga elu jadi istri gue hah ?”

Ani hanya diam membisu sambil menangis. “Kalo elu engga mau, gue suruh temen-temen gue perkosa elu sampai mati !”, ancam Tomi. “Inget memek elu udah gue siram ama peju gue, dan sebentar lagi elu hamil”, ujar Tomi. Kurang lebih setengah jam lamanya Tomi “merayu” Ani, kadang terdengar bentakan-bentakan, kadang Tomi menampar wajah Ani, kadang dengan kata-kata halus, yang jelas Tomi terus meneror hati Ani.

Rupanya bujuk rayu dari Tomi tak membuahkan hasil sementara waktu sudah menunjukkan pukul 2 dinihari. Akhirnya Tomi mempersilahkan teman-temannya untuk “mencicipi” tubuh Ani. “Rasain tuh kontol-kontolnya temen-temen gue biar mampus elu, cewek sombong !”, ujar Tomi dengan mencibir. Tanpa membuang waktu lagi keempat teman Tomi mulai menjamah tubuh Ani.

Mereka mulai memperlakukan Ani seperti Dina. Mulai dengan Afung yang langsung menyodomi anus gadis berjilbab itu, setelah itu memek Ani kembali dihajar oleh kemaluan milik Ujang, juga mulut Ani dipaksa mengulum kontolnya Cecep dan setelah berejakulasi menelan spermanya, terakhir ketika Ani telah kepayahan Asep kembali menyetubuhi Ani. Kini keadaan Ani tidak jauh beda dengan Dina, seluruh wajah badan dan kemaluannya yang telah membengkak penuh dengan cairan sperma. Cairan sperma itu bercampur dengan cairan kewanitaan Ani yang keluar dengan deras, dan kotoran ani yang ikut keluar saat mereka menyodomi anusnya. Semuanya meluner keluar, sampai membasahi dipan kayu dimana gadis berjilbab itu diperkosa secara brutal.

Kini waktu telah menunjukkan pukul 4 pagi, seluruh pemerkosa tadi telah berpakaian lengkap dan rapi. Sebelum mereka pergi, mereka menggotong tubuh Ani untuk disatukan dengan Dina. Kedua tubuh yang tak berdaya itu kini tergolek lemah, keduanya diposisikan terlentang sejajar dengan kondisi tubuh mereka yang telanjang bulat, hanya tinggal menggunakan jilbab yang sudah kusut dan penuh noda sperma. Sebelum pergi Tomi mengecup kening Ani dan Asep kembali menyelipkan sebatang rokok yang menyala dikemaluan Ani juga Dina. Dengan diiringi tawa serta canda kelima pemerkosa itu pergi meninggalkan rumah kosong tempat dimana tubuh Ani dan Dina tergolek pingsan..



Tidak ada komentar:

Posting Komentar