Mereka mulai memperlakukan Ani seperti Dina. Mulai
dengan Afung yang langsung menyodomi anus gadis berjilbab itu, setelah itu
memek Ani kembali dihajar oleh kemaluan milik Ujang, juga mulut Ani dipaksa mengulum
kontolnya Cecep dan setelah berejakulasi menelan spermanya, terakhir ketika Ani
telah kepayahan Asep kembali menyetubuhi Ani.
Tomi adalah
seorang mandor buruh sebuah pabrik Garment di kawasan Bandung. Dia bekerja
sebagai seorang pengawas buruh dibagian produksi. Perangainya cukup sangar
sikapnyapun tegas terhadap para buruh-buruh yang bekerja disitu. Dia tidak
pelit dengan kata-kata kasar dan caci maki terhadap para buruh yang melakukan
kesalahan. Bagi para buruh tidak ada pilihan lain selain bekerja dibawah
tekanan mandor Tomi karena memang mencari pekerjaan lain sangatlah sulit.
Tomi diangkat oleh perusahaan sebagai seorang mandor
karena dia memiliki latar belakang kehidupan yang keras, memang dia adalah
seorang preman disebuah kawasan yang rawan kriminal di Bandung. Dengan harapan
kedudukan Tomi sebagai mandor buruh, maka para buruh akan segan dan takut
terhadap perusahaan.
Saat ini ada seorang mahasiswi berjilbab yang
kebetulan sedang tugas magang di pabrik itu namanya Ani, usianya masih 19 tahun
dan dia adalah seorang mahasisiwi Fakultas Teknik Industri pada sebuah
perguruan tinggi negeri yang terkenal di kota Bandung. Untuk seorang gadis yang
berjilbab, Ani cukup lincah dalam bekerja. Gadis cantik itu pintar dan rajin
dalam melakukan tugas-tugasnya. Dia memiliki wajah yang imut-imut dan cantik
sekali seperti mojang-mojang Bandung umumnya yang memiliki kulit putih bersih.
Penampilan Ani memang lain dibandingkan dengan
gadis-gadis lainnya. Ani lebih senang menggunakan baju longgar, rok panjang dan
jilbab lebar dalam magangnya, sehingga kulitnya yang tampak semata-mata
hanyalah bagian wajah dan tangannya, karena bagian tubuh Ani lainnya tertutup
oleh jilbab longgar dan baju yang longgar pula. Selama bekerja magang di pabrik
itu, Tomi sering memperhatikan Ani. Pabrik yang mempunyai banyak jendela,
sehingga membuat sinar matahari banyak masuk, membuat baju longgar dan jilbab
milik Ani tidak dapat menutupi kemolekan tubuhnya. Sinar matahari membuat tubuh molek Ani tampak
samar dibalik baju yang ia kenakan. Potongan tubuhnya sintal padat proporsional
dengan tinggi tubuhnya yang sekitar 160-an membuat Tomi tertarik perhatiannya
kepada Ani. Apalagi karena baju longgar, rok panjang longar dan jilbab besar
yang ia kenakan selain tak mampu sempurna menutupi kemolekan tubuhnya justru
menambah ke-erotis-an fantasi Tomi. Hal itulah yang membuat para lelaki
dipabrik itu sering mencuri-curi pandang kearah kemolekan tubuh Ani. Begitu pun
dengan Tomi yang selalu haus melihat keindahan dan kemolekan tubuh Ani. Hal ini
tidak disadari oleh Ani karena dia lebih serius untuk menyelesaikan
tugas-tugasnya selama magang di pabrik itu.
Sesekali Tomi menyempatkan diri untuk memasang muka
ramah dan bercakap-cakap dengan Ani hanya sekedar menikmati kecantikan wajah
gadis berjilbab tersebut. Padahal dengan karyawati atau buruh wanita yang
lainnya boro-boro dia memasang muka ramah yang ada selalu tampang sangar yang
diperlihatkannya dan ucapan-ucapan yang jauh dari keramahan. Singkat kata Tomi
telah jatuh hati berat kepada Ani, mahasiswi cantik itu.
Pada suatu hari menjelang berakhirnya masa kerja
magang Ani di pabrik itu, Tomi memberanikan diri untuk mengutarakan isi
hatinya. Sore hari itu ditemuinya Ani disebuah kantin di pabrik itu, dengan
rasa percaya diri dan nekat dia utarakan keinginannya untk menjadi pacar serta
pendamping hidup Ani. Namun, pada akhirnya keadaan berubah dan merupakan titik
balik perasaan Tomi, dari rasa cintanya kepada Ani berubah 180 derajat menjadi
benci.
Cinta Tomi ditolak mentah-mentah oleh Ani. Dengan
alasan selain perbedaan agama, usia yang terpaut jauh dimana Tomi saat ini
telah berusia 38 tahun sedangkan Ani baru 19 tahun selain itu juga terdapat
beberapa sifat Tomi yang tidak cocok dengan Ani. Seperti diketahui latar
belakang Tomi adalah seorang preman, pemabok dan penjudi. Apalagi Ani juga
mengatakan bahwa ia tidak menyukai pacaran.
Sejak itu hati Tomi menjadi panas, kesal dan marah
atas jawaban dari Ani. Didalam hatinya tiba-tiba muncul rasa dendam terhadap
Ani. Dan diapun merencanakan akan berbuat sesuatu terhadap Ani, “Hmmm… tunggu
tanggal mainnya gadis sombong… puih !!!” batinnya.
Seminggu kemudian, pada sebuah Malam disebuah lorong
yang gelap tampak sekelompok orang berjalan mengendap-endap. Mereka ada Tomi
berserta beberapa anggota kelompok premannya. Mereka adalah Asep, Ujang, Cecep
dan Afung, tampang-tampang mereka lusuh-lusuh dan kumal-kumal, tampang khas
para preman. Mereka juga menyimpan dendam pada Ani, karena Ani selalu tidak
menghiraukan godaan2 yang selalu dilancarkan preman2 yang mangkal didepan
kantin pabrik itu. “Sstt… sebentar lagi dia lewat kesini”, bisik Tomi kepada
kawan-kawannya. “Ok… kita tunggu aja boss…”, balas Ujang. “Boss… gue udah engga
tahan nihh… udah pingin nyodok tuh cewek sombong…”, bisik Afung. “Sstt… sabar…
boy… sabarr… semua pasti dapat tanda tangan… hehehe…”, balas Tomi. “Pokoknya
gue duluan yang kasih pelajaran tuh cewek…”, lanjut Tomi. Malam itu mereka
memang tengah menghadang Ani pada suatu tempat didekat tempat kost Ani. Tempat
penghadangan itu memang sepi dan hanya terdapat beberapa rumah kosong saja dan
sebuah lapangan luas yang mengelilingi rumah kost Ani. Sehingga Tomi dan
kawan-kawannya merasa cocok dengan tempat itu sebagai lokasi penghadangan.
Ani memang lebih memilih untuk tinggal disebuah rumah
kost yang sepi, agar supaya dia bisa lebih serius dalam belajar. Seminggu
lamanya sejak Ani tidak lagi magang di pabrik itu, Tomi menyibukkan diri dengan
mencari data-data diri Ani serta mengamati kegiatan-kegiatan Ani sehari-hari.
Termasuk membuntutinya pulang-pergi dari kost-kostannya menuju kekampus
sehingga dia tahu betul kegiatan serta route-route pulang-pergi Ani. Hingga
akhirnya dipilihlah tempat itu sebagai tempat yang ideal dalam menghadang
korbannya.
“Nah ini dia…”, ujar Tomi sambil menunjuk kesebuah
bayangan yang mendekat kearah mereka berkumpul. “Tak salah lagi, tepat pukul 7
malam pasti tuh cewek lewat sini” lanjut Tomi sambil tersenyum melihat
sasarannya mendekat. Tapi sejenak Tomi agak bimbang karena bayangan yang
mendekat itu ternyata ada dua sosok. Tetapi setelah diamati secara mendalam
ternyata kedua-duanya adalah sosok bayangan wanita dan diyakini salah satu
bayangan itu adalah Ani dan satu lagi juga sosok wanita. Maka tanpa keraguan
lagi dia pun mulai memutuskan untuk menjalankan operasi penyergapan itu. “Ah
itu dia pengantin wanitaku…”, gumam Tomi. “Ok…jalan kan tugas masing-masing !
awas jangan sampai luput…”, perintah Tomi kepada teman-temannya. “Ada dua boss,
yang satunya gimana nih ?”, tanya Asep. “Ah sikat aja…”, jawab Tomi. Tanpa dikomando
lagi Asep, Cecep dan Afung bergerak menuju kearah gadis berjilbab itu berjalan.
Merekapun menghadang Ani beserta temannya, Gadis berjilbab itu pun nampak
kebingungan mendapati dirinya dihampiri oleh empat lelaki yang bertampang kumal
itu. Tomi hanya mengamati dari jarak sekitar 10 meter, suasanya hening sejenak.
Dari tempat Tomi berdiri sayup-sayup terdengan pembicaraan serius diantara Asep
dan Ani.
Beberapa detik kemudian suasana berubah, secepat kilat
Ani diringkus oleh Cecep dan Afung yang memiliki tubuh tegap. Sedangkan
temannya diringkus oleh Asep dan Ujang. Ani serta temannya mencoba melawan dan
meronta-ronta akan tetapi beberapa pukulan dilayangkan oleh Cecep dan Afung dan
akhirnya Gadis berjilbab itu pun pingsan. Setelah itu tubuh tak berdaya itu
dibopong oleh Cecep.
Sementara itu teman Ani yang juga meronta ronta
dibekap dan dipukuli oleh Ujang hingga akhirnya tak sadarkan diri pula. Lantas
tubuhnya digendong oleh Asep. “Beres semuanya boss…”, ujar Asep kepada Tomi
yang kemudian keluar dari persembunyiannya. “bagus…, ayo lekas kita bawa ke
rumah kosong itu”, perintah Tomi.
Penghadanganpun berjalan dengan sukses, sasaran telah
dilumpuhkan dan kini siap “diproses”. Didalam rumah kosong itu tubuh Ani dan
temannya dibaringkan disebuah dipan kayu. Kedua tangannya Ani diikat
kebelakang. Setelah lampu diruangan itu dinyalakan, kelima orang yang telah
dirasuki nafsu itupun menggunam terkagum-kagum melihat kecantikan wajah Ani
yang tengah tergolek pingsan. Dia menggunakan baju lengan panjang longgar, rok
hitam panjang dan jilbab biru langit
yang semakin menampakkan kecantikan wajah gadis berjilbab itu. Ternyata Tomi
mengenali sosok wanita satunya yang juga ikut dilumpuhkan tadi. “Ah gue inget
ini kan si Dina, temannya Ani… wah… wah… sial sekali nasibnya”, ujar Tomi. Dina
memang teman akrab Ani, usianya lebih muda dari Ani yaitu 16 tahun, dan masih
duduk dibangku kelas 2 SMU. Dina adalah keponakan dari pemilik kost dimana Ani
tinggal.
Dina juga memiliki wajah yang manis, tubuhnya yang
mungil namun padat juga tertutup jilbab, walaupun tidak selebar milik Ani. Ia
masih memakai baju lengan panjang merah ketat, dan celana panjang jeans yang
juga ketat.
“OK jatah gue si Ani… ini pengantin gue, yang satunya
boleh elo sikat”, balas Tomi. “Ok sekarang elu-elu pada nyingkir deh, silahkan
elo bikin pesta sendiri sama si Dina itu, dan jangan ganggu malam pengantin
gue, OK!”, ujar Tomi kepada teman-temannya. “Sip boss… kita bikin pesta
sendiri”, ujar Asep. Dan menyingkirlah ke-4 teman-teman Tomi sambil membopong
Dina. “Hmmm… sayangku… mari kita nikmati malam pengantin kita sayang…”, bisik
Tomi kepada Ani yang tengah pingsan.
Dengan senyum kemenangan Tomi memandangi gadis
berjilbab itu yang tengah tergeletak di sebuah dipan kayu. “Akhirnya aku
dapatkan kau…” ujarnya dalam hati. Kedua tangannya bergerak meraba Payudara
gadis berjilbab itu dari luar jilbabnya. Mulanya pelan-pelan hingga lama
kelamaan semakin keras, bahkan kini kedua tangannya dengan ganas meremas-remas
payudara Ani yang kalau terlentang terlihat membukit.
Setelah puas meremas-remas payudara gadis berjilbab
itu, kini Tomi mengeluarkan pisau lipatnya yang memang selalu dibawanya
kemana-mana sebagai senjata. Tomi menyingkapkan jilbab lebar Ani lalu
mempreteli kancing baju lengan panjang Ani dan membukanya dengan kasar, hingga
akhirnya tinggal bh putihnya saja yang menutupi kedua payudaranya. Namun
akhirnya diputuskannya tali bh itu dan dicampakannya bh itu kelantai sehingga
kini terlihatlah kedua gundukan indah payudara gadis berjilbab itu, yang putih
bersih menantang. Setelah itu serta merta dengan bernafsu dikulumnya dan
dijilat-jilatnya kedua payudara itu dengan sesekali digigit-gigitnya kedua
puting payudara itu. Puas dengan bagian payudara kini Tomi mempreteli kancing
rok panjang Ani dan langsung melepasnya, sreett… sekali tarik terlihatlah
bagian bawah dari Ani dengan celana dalamnya yang berwarna putih berenda. Kedua
mata Tomi kembali terbelalak melihat pemandangan indah itu, diusap-usapnya
kedua paha putih Ani juga gundukan dipangkal pahanya itu.
Sedang asyik asyiknya mengusap-usap gundukan kemaluan
gadis berjilbab itu, tiba-tiba terdengar suara kegaduhan dari ruang sebelah.
Tomipun menghentikan aktifitasnya lalu bangkit seraya berlari mendekati arah
suara itu. Sesampainya disuatu ruangan asal muasal suara itu, matanya kembali
terbelalak melihat pemandangan erotis yang tengah terjadi diruangan itu.
Jantungnya berdetak keras, birahinya memuncak melihat pemandangan diruangan
itu. Diruangan itulah Tomi melihat Dina yang rupanya telah sadar tengah
“dibantai” oleh Asep, Ujang, Afung dan Cecep.
Tubuh Dina yang dengan posisi merangkak nampak tengah
disodomi dari belakang oleh Asep yang memiliki badan yang jauh lebih besar
daripada Dina. Kaos lengan panjang dan celana jeanss ketat Dina sudah nampak
teronggok jauh di sudut ruangan, dan Dina kini tinggal memakai jilbabnya yang
diasampirkan ke pundaknya oleh para pemerkosanya. Memang dengan begitu, Dina
yang sedang diperkosa nampak lebih erotis dan menggairahkan. Mungkin itu juga
yang mengakibatkan Asep sangat keras dan kasarnya mengocok-ngocok kontolnya
didalam lobang anus Dina. Mula-mula Dina meraung-raung minta ampun karena
kesakitan, namun teriakan-teriakannya tidak berlangsung lama karena kemudian
kepala Dina lyang masih terbungkus jilbab langsung dicengkeram oleh Ujang, yang
langsung mengarahkan kontolnya ke mulut Dina. Ujang memposisikan dirinya
didepan Dina, lalu menggosok-gosokkan kontolnya ke wajah Dina yang masih terus
menangis dan memaksa Dina untuk menjilati kontolnya, baru kemudian menyumpalkan
kontolnna ke mulut Dina. Setelah berhasil menyumpalkan kontolnya didalam mulut
Dina, kemudian dengan tangan kirinya yang memegang kepala Dina yang masih
terbungkus jilbab, dia paksa kepala Dina untuk bergerak maju mundur.
Ujang dan Asep nampak sangat menikmati keadaan itu,
mereka mendesah-desah merasakan nikmatnya bagin-bagian tubuh Dina itu. Dari
mulut Dina nampak air liur Dina mengalir deras keluar. Tak berapa lama kemudian
merekapun berejakulasi. Asep berteriak tertahan sambil menyemburkan spermanya
didalam lubang anus Dina dan sejenak kemudian Ujang memuntahkan cairan
spermanya didalam mulut Dina. Nampak Dina sembari masih menangis megap-megap
dibuatnya di saat harus menelan cairan sperma Ujang yang cukup banyak.
Setelah itu kedua orang tadi menyingkir dan posisinya
digantikan oleh Cecep. Cecep ini baru berusia 23 tahun, namun perawakannya
besar dan tinggi, kontolnyapun nampak telah mengacung membesar dan siap menelan
mangsa. Kini Cecep bersiap-siap menyetubuhi Dina yang masih lemas.
direntangkannya tubuh Dina yang kepayahan itu dan langsung ditindihnya.
“Oouugghhh…”, Dina melengking disaat kemaluan Cecep yang besar itu melesak
kedalam liang memeknya. Pemandangan ini sudah cukup untuk membangkitkan birahi
Tomi diapun berjalan meninggalkan ruangan pembantaian Dina itu dan kembali
menghampiri Ani pasangannya.
Tiba-tiba gadis berjilbab itu terbangun dan membuka
mata. Ani kaget mendapati kedua tangannya terikat dan keadaan tubuhnya hanya
tinggal jilbab yang sudah tersingkap dan celana dalam. Dan lebih kaget lagi
ketika dihadapannya melihat Tomi tertawa terkekeh-kekeh menyaksikan dirinya
yang tak berdaya. “Rasain deh lu, makanya jadi cewek jangan sombong. Jadi
terpaksa elu gua kerjain deh?” Tomi berbicara. “Kepaksa, malam ini elo harus
bisa memuaskan gue, kekasih elo” lanjutnya. gadis berjilbab itu semakin takut
karena dia tahu apa yang akan terjadi pada dirinya, badannya mulai gentar,
mukanya memucat. Air matanya mulai meleleh seiring dengan kata-kata ampunan
yang keluar dari bibirnya. “Pak Tomi… ampun pak… jangan sakiti saya…”, pintanya
sambil terisak-isak. Permohonannya ini nampaknya semakin membuat Tomi
terangsang.
Satu persatu dilepaskannya baju dan celananya hingga
akhirnya telanjang bulat. Badan Tomi nampak gemuk dengan perut yang membuncit,
beberapa gambar tatto nampak menghiasi tubuhnya.
Kemaluannya nampak telah menegang keras, ukuran juga
besar dengan ujungnya yang telah basah. Ani yang baru kali ini melihat langsung
kontol laki-laki, langsung shock, dan semakin merintih-rintih ketakutan. Dia
pejamkan matanya sambil terus menangis. Dia sadar akan diperkosa. Tomi yang
melihat didepannya ada gadis cantik jelita yang hanya tinggal memakai jilbab
dan menangis merintih-rintih mohon belas kasihan, malah semakin terangsang. Ia
kemudian bergerak mendekati Ani dan meraih kepala Ani yang masih terbungkus
jilbab. Belum sempat berteriak, mulut gadis berjilbab itu tiba-tiba dijejali
dengan kontolnya yang sudah menegang dan membuat gadis berjilbab itu tersedak.
Ani berusaha terus menutup mulutnya namun setelah
jempol dan jari telunjuk Tomi menutup lobang hidung Ani, gadis berjilbab itu
pun membuka mulutnya sebagai reaksi karena kekurangan oksigen. Langsung
mendapat kesempatan itu dihujamkannya kontolnya kedalam mulut Ani. Dia tak bisa
berbuat apa-apa karena Tomi memegang kepala gadis berjilbab itu. Rasa mual
membuat Ani hampir muntah dan berusaha melepaskan kemaluan Tomi di mulutnya.
Tomi gerak-gerakkan batang kemluannya di mulut Ani, maju-mundur dan
diputar-putar didalam rongga mulut gadis berjilbab itu. Selama sepuluh menit Tomi
menjejali mulut Ani dengan kontolnya.
Air liur gadis berjilbab itu mengalir deras keluar dari mulutnya.
###############################################
Puas dengan itu kemudian Tomi mengeluarkan kemaluannya
dari mulut gadis berjilbab itu. Ani langsung mencoba berteriak tapi Tomi
cepat-cepat membekap mulutnya dan berkata, “Diem lu, jangan berteriak atau gue
bunuh kamu?”, sambil menempelkan pisau lipatnya. Ani terdiam karena takut
ancaman itu. Dan hanya bisa menangis sampai gadis berjilbab itu kelelahan dan
lemas. Setelah sejenak menikmati wajah Ani, kini Tomi menurunkan celana dalam
putih Ani dan melemparkannya ke lantai, gadis berjilbab itu pun hanya bisa
pasrah tanpa perlawanan.
“Gile, memek elo bagus banget… waw indah sekali…?”
bisik Tomi kepada Ani. Memang gadis seusia Ani memiliki kemaluan yang indah,
masih perawan, bulu-bulunya pun tipis dan halus-halus tumbuh rapih berjajar
disekitar lobang memeknya. Apalagi Ani sangat menjaga memeknya, demi suaminya
kelak. Kedua tangan Tomi kembali meremas-remas payudara gadis berjilbab itu.
Ani menjerit-jerit ketika Tomi memijat-mijat putting susunya. Kembali Ani
berteriak lagi, kembali pula Tomi ancam Ani “Lu bisa diem ngga…!?”. “Sekarang,
Lu harus nyobain kontol gue ini…pasti nikmat.?” Tomi berkata.
“Kita jadikan malam ini sebagai malam pengantin kita,
hahaha…”, sambungnya. “Jangaaan pak… oouuhh… jangaaan, …ampuunn pakk… ? Ani
memelas. Tapi Tomi tak peduli dengan ucapan gadis berjilbab itu. Diapun jongkok
didepan Ani, dia angkat paha gadis berjilbab itu dan melebarkannya. Kepala Tomi
menunduk memperhatikan kemaluan Ani yang ditumbuhi bulu-bulu tipis. Kepalanya
bergerak dan mulutnya mulai menjilati kemaluan gadis berjilbab itu.
Mendapatkan perlakuan itu badan Ani langsung
menggeliat-geliat suaranya terengah-engah merasakan kemaluannya kegelian karena
dijilati. Hanya suara erangan gadis berjilbab itu saja yang terdengar,
“Ehhmmhh… engghh… ouuhhh… oohh… dst”. Sementara mulut Tomi terus menjilati
kemaluan Ani, tangannya bergerak ke atas dan memijat-mijat payudara Ani serta
mempermainkan putting susu gadis berjilbab itu.. Ani menggeliat antara sakit,
geli dan takut. Tiba-tiba Ani mengangkat pinggulnya dan mendesah lemah. Rupanya
Gadis berjilbab itu telah orgasme. Dari memek gadis berjilbab itu keluar cairan
dengan derasnya. Ketika melihat bibir memek gadis berjilbab itu telah basah,
sambil menyeringai penuh kemenangan, cepat-cepat Tomi mengarahkan kontolnya
yang sudah menegang dan mendekatkannya ke bibir memek gadis berjilbab itu.
Sambil memegang pinggul gadis berjilbab itu, Tomi melesakkan kontolnya, dan
berkata penuh penghinaan, “daar lu!! Perek munafik!! Lagaknya saja alim,
ternyata doyan ngentot juga lu!! Nih, gua kasih!!” kata Tomi. Ani yang
mendengar hinaan itu pucat pasi. Ia ingin menolaknya, tapi tidak bisa. Namun
belum selesai ia menyesali diri, ia telah merasakan kontol Tomi memasuki lubang
memeknya.
Dan…”Aahhh… sssakittt… oouughhh… a.. ammpunn… pak..
oouhhh…”, Ani merintih tajam. tubuhnya yang putih bersih menegang kaku menahan
rasa sakit dipangkal pahanya. Jilbabnya yang tersingkap sudah mulai kusut.
Walaupun dengan susah payah, akhirnya Tomi berhasil menanamkan kontolnya masuk
amblas ke dalam lubang kemaluan Ani. Ani menjerit kesakitan, badannya meregang
kesakitan. Sejenak Tomi merasakan kenikmatan hangatnya lobang kemaluan Ani dan
merasakan denyut-denyut dinding kemaluan Ani serasa memijat-mijat kontolnya.
Akhirnya Tomipun mulai mengerakkan kemaluannya maju
mundur. Tangannya memegang pundak gadis berjilbab itu sedang mulutnya menciumi
bibir dan pipi Gadis berjilbab itu. Ani mulai mendesah-desah dan
mengerang-erang membuat Tomi semakin bergairah dan mempercepat gerakan
memaju-mundurkan kemaluannya itu. “Oohh… oouufffh… ooouuh… aahh… dst”, Ani
mendesah dan mengerang-ngerang. Tubuh keduanya telah dibanjiri oleh peluh
seolah-olah mereka sedang mandi. Dan tiba-tiba, gadis berjilbab itu merasakan
kedatangan gelombang tadi. Ia ingin menahannya, namun gelombang itu terlalu
kuat untuknya, akhirnya, kembali gadis berjilbab itu memekik tertahan, susah
payah menahan agar dirinya tidak berteriak sambik mengatupkan gigi-giginya
kuat-kuat, “heeeehkkkkkhhhh……” ia orgasme untuk kedua kalinya. Ternyata
pemerkosaan yang dialaminya justru membuat gadis berjilbab itu sangat
terangsang.
“dasar perek, lu!! Sambil memunculkan seringai yang
penuh kemenangan, Tomi mencabut kemaluannya dan membalikkan tubuh Ani, dan
memposisikan tubuh telanjang gadis berjilbab itu seperti Anjing. Dari arah
belakang kembali Tomi menghujamkan kontolnya yang kini ke dalam liang dubur
gadis berjilbab itu. “Aaakhhh…!!!”, Ani kembali memekik kesakitan, badannya
yang lemas akibat dua kali orgasme kembali mengejang keras menahan sakit yang
teramat sangat ketika liang anusnya dibobol oleh kemaluan Tomi.
Setelah tertanam, Tomi kembali memompa dengan gerakan
yang semakin cepat. Kedua tangan Tomi yang besar semakin kasar meremas-remas
susu gadis berjilbab itu. Ani semakin mengerang-ngerang kesakitan. Tapi Tomi tak
peduli. Terus saja Tomi maju mundurkan pinggulnya dengan cepat. Sadar dirinya
akan mencapai klimaks, Tomi mencabut kontolnya dari lobang dubur Ani. Setelah
itu dihempaskannya tubuh Ani hingga kembali terlentang. Kembali Tomi
menancapkan kontolnya didalam liang memek Ani yang telah dibasahi oleh cairan
kewanitaannya yang bercampur darah perawannya.
Bless…kontol Tomi menghujam masuk tanpa kesulitan,
kembali digenjotnya tubuh Ani dengan cepat dan kasar, sampai-sampai dada Tomi
menghantam-hantam wajah Ani yang meringis-ringis kesakitan, namun kembali
mendesah dan mengerang-erang. Kini Tomi menggoyang tubuh Ani dengan hebat
hingga tubuh Ani terbanting-banting disodok oleh Tomi. Sampai akhirnya saat
yang ditunggu-tunggu oleh Tomi, kini tubuh Tomi mengejang, wajahnya menyeringai
menengadah keatas, otot-ototnya mengeras dan akhirnya dia menyemprotkan
spermanya di memek gadis berjilbab itu, Croottt… crrottt… crrottt… jumlahnya
banyak sekali.
“Oogghhh… ahh…”, Tomi memekik puas sambil terus
menyemprotkan spermanya memenuhi rongga memek Ani sambil kedua tangannya
mencengkram erat pinggul Ani. Gadis berjilbab itu pun tiba-tiba kembali
mendesah panjang… “oooooooouuuuuuuuuhhgggggggg…”, sambil menerima tumpahan
sperma Tomi yang melimpah ruah itu hingga meluber keluar dari sisi-sisi rongga
kemaluannya badannyapun mengejang dan bergetar, sepertinya diapun mengalami
orgasmenya yang ketiga.
Beberapa detik kemudian setelah sama-sama mengalami
orgasme tubuh kedua insan itupun melemas, tubuh Tomi jatuh menindih tubuh Ani.
Kini hanya suara nafas kedua insan itu yang saling memburu menghiasi akhir dari
pergumulan itu. Setelah diam selama 15 menit, Tomi kemudian bangkit dari atas
tubuh Ani serta melepaskan kontolnya, “Ooohhh…”, Ani mendesah panjang disaat
Tomi mencabut kontolnya yang beberapa menit lamanya mengisi rongga kemaluannya.
“Sayang… gimana rasanya ? enak kan ?”, tanya Tomi kepada Ani.
Gadis berjilbab itu pun pucat pasi lalu diam seribu
bahasa dan memalingkan wajahnya dari pandangan Tomi. “Ayo sini sayang ada lagi
tugas buat kamu…”, ujar Tomi serta meraih dan mengangkat kepala gadis berjilbab
itu untuk kemudian memaksa Ani menjilati kontol Tomi yang masih basah oleh
sperma dan darah. Anehnya Ani hanya pasrah dan menuruti saja perintah Tomi tadi
secara perlahan-lahan diraihnya kontol Tomi yang kembali menegang itu dan
kemudian dijilat-jilat serta dikulumnya kontol Tomi bak makan permen sampai
bersih.
Setelah selesai dan merasa puas, Tomi bangkit dan
membiarkan tubuh Ani yang telanjang itu terjatuh lemas. Tomi bergerak mendekati
Ani yang masih lemah dan membisikkan kata-kata mesra di telinganya ” Kamu hebat
sayang… aku cinta sama kamu”. Karena dilihat Ani terkulai lemas dan sepertinya
tertidur karena kecapaian, maka Tomi memutuskan untuk meninggalkannya dulu.
Tomi ingin melihat kegiatan di ruangan lain dimana tadi terjadi pembantaian
itu.
Sesampainya dirungan yang ditujunya mata Tomi
terbelalak ketika melihat pemandangan yang ada diruangan itu. Teman-temannya
nampak tidur tiduran sambil melepas lelah setelah membantai Dina yang tubuh
telanjang Dina nampak tergeletak dengan posisi telentang dilantai, kedua
kakinya mengangkang lebar dengan lutut tertekuk. Jilbab yang masih ia kenakan
nampak kusut. Setelah diamati dari dekat oleh Tomi ternyata kondisi Dina sangat
mengenaskan. Dia telah diperkosa secara brutal oleh teman-temannya, mulutnya
dipenuhi oleh cairan sperma yang mengental sampai meluber disekitar mulut dan
pipinya, sampai membasahi jilbabnya. Rupanya oleh teman-teman Tomi, Dina
dipaksa melakukan oral sex dan mereka telah menumpahkan spermanya didalam mulut
Dina.
Matanya nampak sayu serta nafasnya terdengar pelan
terengah-engah. Tomi menurunkan tatapan matanya keseputar payudara gadis
berjilbab itu yang berukuran tidak begitu besar, disitu terdapat banyak
bekas-bekas gigitan dan salah satu putingnya nampak berdarah, disitu juga
terdapat tumpahan sperma yang telah mengering. Dan akhirnya kutatap kemaluan
gadis berjilbab itu, kondisinya rusak parah, kemaluannya sudah memerah dan
membengkak, banyak ceceran darah dan sperma didaerah itu. Tomi
menggeleng-gelangkan kepalanya melihat kondisi Dina.
Tiba-tiba Asep bangkit dia menyalakan rokoknya dan
kemudian menyelipkannya dibibir kemaluan Dina. Tomi dan Aseppun tertawa
terbahak-bahak, “Kasihan dia sudah bekerja keras memuasin kita-kita orang ini,
aku kasih dia rokoklah”, ujar Asep. “tapi emang memeknya cewek berjilbab itu
lebih enak ya bang.” Katanya pada Tomi. “lebih sempit. Apalagi kalo ngentotnya
gak usah buka jilbabnya. Wuih!! Tambah merangsang!! Tapi kok mereka tetep suka,
ya? Tadi aja si Dina ini ngecrot berkali-kali, bang!!” ujarnya sambil terkekeh.
Tomi ikut tertawa.
“Eh sebentar gwe mau kencing dulu”, ujar Asep berjalan
meninggalkan ruangan pembantaian Dina sambil mengakhiri tawanya.
Diruangan itu pula Tomi bergerak kearah tumpukan
pakaian Dina yang berserakan dilantai, dia rupanya tertarik dengan tas punggung
Dina. Dengan rasa penasaran dia buka-buka isi tas Dina, membaca buku hariannya,
membuka-buka dompet Dina, memeriksa ponsel milik Dina, kurang lebih 5 menit
lamanya dia buka-buka itu semua. Sedang asyik-asyiknya dia membuka-buka buku
Dina, tiba-tiba dia dikejutkan dengan teriakan diruangan samping. Serta merta
dia berlari menuju kearah situ.
Kembali mata Tomi terbelalak serta
menggeleng-gelengkan kepalanya tatkala melihat Asep ternyata tengah asyik
menyetubuhi Ani. “Sss… sorry.. b.. boss.. gwe kagak tahan… lihat cewek cantik
ini..apalagi dia tadi masih pakek jilbab, trus tidur nungging…. Tambah
terangsang, bosss….”, ujar Asep sambil terus memompakan kemaluannya didalam kemaluan
Ani. “Oouuhhh… aaahhh… jj… jangann… kasar… kassarr… oohh…
oohh..pelann….pelannn…aahhh…ahhh….”, Ani kembali merintih-rintih sambil
tubuhnya terhempas-hempas sebagai akibat sodokan-sodokan keras Asep.
“D.. diem… luh… rasain… aja.. kontol gue… inii…
aakkhh… akhh.. fuck ! ohh… fuck…!!”, ujar Asep sambil terus menggenjot tubuh
Ani. “Akhh… oouhhh… oh… a.. ampunn… oohh…”, Ani merintih-rintih dengan tubuh
yang terhempas-hempas wajahnya meringis menahan rasa ngilu diselangkangannya.
Sepuluh menit lamanya tubuh Ani disetubuhi oleh Asep, hingga akhirnya Asep
memuntahkan spermanya di lubang kemaluan Ani. Anipun mengejang lagi, dan cairan
kewanitaannya kembali meluber keluar. Tomi pun segera menghina gadis berjilbab
itu lagi.
Asep terlihat sangat puas sekali dan diapun kemudian
menjatuhkan dirinya disisi Ani yang kembali tubuhnya melemas. Waktu sudah
menunjukkan pukul 12 malam saat mereka tersadar akan waktu yang semakin mepet,
tidak terasa sekian lamanya mereka mengerjai kedua gadis berjilbab itu serasa
waktu berlalu cepat.
Tiba-tiba birahi Tomi bangkit kembali, didekatinya
kembali tubuh Ani yang tertidur kerena kecapaian itu dan dibangunkannya Ani
dari tidurnya. “Hoeii bangunnn…”, bentak Tomi kepada Ani. “Oohhh…”, Gadis
berjilbab itu pun terbangun. “Sayangku… layanin aku lagi ya…”, bisik Tomi
dengan tersenyum. “Pedangku udah bangkit lagi nih…gara-gara kamu sih yang
menggairahkan sekali…”, lanjutnya. Mimik wajah Gadis berjilbab itu pun berubah
menjadi cemas, matanya mulai berkaca-kaca.
“Pak.. Tomi… Ani udah engga kuat pak… rasanya sakittt…
sekali… jangann… pak.. tolong…”, ujar Ani dengan suara yang lirih. “Peduli
setan. Kamu juga munafik. Apanya yang sakit semua. Kamu juga menikmati,
khan??”, balas Tomi seraya memposisikan dirinya diatas tubuh Ani. “ooohhh… oohh…”,
Ani mendesah panjang tatkala Tomi menanamkan kembali kemaluannya didalam lobang
kemaluannya. Kembali tubuh Ani digenjot, disetubuhi secara kasar oleh Tomi.
Ani hanya bisa pasrah, air matanya berlinangan,
tubuhnya lemah hanya mengikuti irama gerakan dari Tomi yang tengah
menyodok-nyodokkan kemaluannya. Dan setelah beberapa menit lamanya Tomi kembali
berejakulasi dilobang kemaluan Ani cairan hangatnya menyembur membasahi rahim
Ani, bertemu dengan cairan kewanitaan Ani yang juga turut keluar. Ternyata memang
tubuh Ani tidak mampu berbohong. Rasa puas nampak di raut wajah Tomi,
“Hahaha…akhirnya aku berhasil mendapatkanmu gadis cantik”. “Gue mau tanya ke
elu yang terakhir kalinya, mau engga elu jadi istri gue hah ?”
Ani hanya diam membisu sambil menangis. “Kalo elu
engga mau, gue suruh temen-temen gue perkosa elu sampai mati !”, ancam Tomi.
“Inget memek elu udah gue siram ama peju gue, dan sebentar lagi elu hamil”,
ujar Tomi. Kurang lebih setengah jam lamanya Tomi “merayu” Ani, kadang
terdengar bentakan-bentakan, kadang Tomi menampar wajah Ani, kadang dengan
kata-kata halus, yang jelas Tomi terus meneror hati Ani.
Rupanya bujuk rayu dari Tomi tak membuahkan hasil
sementara waktu sudah menunjukkan pukul 2 dinihari. Akhirnya Tomi
mempersilahkan teman-temannya untuk “mencicipi” tubuh Ani. “Rasain tuh
kontol-kontolnya temen-temen gue biar mampus elu, cewek sombong !”, ujar Tomi
dengan mencibir. Tanpa membuang waktu lagi keempat teman Tomi mulai menjamah
tubuh Ani.
Mereka mulai memperlakukan Ani seperti Dina. Mulai
dengan Afung yang langsung menyodomi anus gadis berjilbab itu, setelah itu
memek Ani kembali dihajar oleh kemaluan milik Ujang, juga mulut Ani dipaksa
mengulum kontolnya Cecep dan setelah berejakulasi menelan spermanya, terakhir
ketika Ani telah kepayahan Asep kembali menyetubuhi Ani. Kini keadaan Ani tidak
jauh beda dengan Dina, seluruh wajah badan dan kemaluannya yang telah
membengkak penuh dengan cairan sperma. Cairan sperma itu bercampur dengan
cairan kewanitaan Ani yang keluar dengan deras, dan kotoran ani yang ikut
keluar saat mereka menyodomi anusnya. Semuanya meluner keluar, sampai membasahi
dipan kayu dimana gadis berjilbab itu diperkosa secara brutal.
Kini waktu telah menunjukkan pukul 4 pagi, seluruh
pemerkosa tadi telah berpakaian lengkap dan rapi. Sebelum mereka pergi, mereka
menggotong tubuh Ani untuk disatukan dengan Dina. Kedua tubuh yang tak berdaya
itu kini tergolek lemah, keduanya diposisikan terlentang sejajar dengan kondisi
tubuh mereka yang telanjang bulat, hanya tinggal menggunakan jilbab yang sudah
kusut dan penuh noda sperma. Sebelum pergi Tomi mengecup kening Ani dan Asep
kembali menyelipkan sebatang rokok yang menyala dikemaluan Ani juga Dina.
Dengan diiringi tawa serta canda kelima pemerkosa itu pergi meninggalkan rumah
kosong tempat dimana tubuh Ani dan Dina tergolek pingsan..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar