Kamis, 03 Januari 2013

Akhwat Kampus_Ningsih


Kini Ningsih tinggal memakai jilbab yang telah disampirkan ke lehernya, dan kaus kaki putih yang membuat kakinya semakin seksi dan menggairahkan. Ningsih dengan tubuh berkeringat dan sperma yang menempel di wajahnya tersadar apa yang akan dilakukan Si gemuk pada dirinya, ketika dirasanya batang kemaluan Si gemuk mulai menempel di lubang anusnya. “Jangan Pak, jangan! Ampun Pak, ampun, jangan…” “Aaahkk! Jangaaan!”


Dari sebuah pengajian, seorang dara cantik yang alim, Ningsih, mengendarai motornya pulang ke kostnya. Jam ditangannya menunjukkan pukul 20.30. untung malam minggu, jadi kostnya yang berjarak 30menit itu tidak akan dikunci, karena di malam minggu, jam malam di rumah kostnya adalah jam 22.00. wajahnya yang cantik dan putih terasa sangat kusam karena polusi yang biarpun malam tetap tinggi. Tubuhnya yang montok terasa lengket. Baju terusan biru tua dan jilbab lebarnya terasa menyatu di badannya dikarenakan keringat karena memang ia belum mandi sejak tadi pagi. Gadim alim ayu itu ingin segera pulang, mandi dan tidur.

Di sebuah perempatan yang sepi, lampu lalulintas terlihat berwarna merah. Melihat kekanan kiri, merasa jalanan sepi, Ningsih memutuskan untuk menerobosnya. Ia ingin segera pulang, den juga agak takut berada di perempatan sendirian. Tiba2 belum ada 200meter, a merasakan motornya goyah. Segera ia meminggirkan motornya, dan melihat ban belakang motornya. Yang ia takutkan terbukti. Ban belakang motornya bocor!! Terpaksa ia menuntun motornya ke tukang tambal ban terdekat. Belum ada 10 meter ia menuntun, tiba2 sari belakang datang mobil pick up polisi yang memepetnya. “maaf mbak! Saya tadi lihat anda menerobos lampu merah! Anda harus ikut kami ke kantor polisi!” kata polisi yang keluar dari mobil kepada Ningsih. Gadis berjilbab itu terpaksa menuruti perintahnya.

Dibantu oleh polisi tadi, ia menaikkan motornya ke bak belakang pick up, dan duduk di kursi samping sopir, ikut ke kantor polisi. “cantik2, berjilbab lagi, kokj malam2 masih di jalan, mbak? Nggak takut diperkosa?” tanya sang polisi. Nampak pandangannya menelusuri setiap lekuk tubuh Ningsih yang kemontokannya terlihat samar dan justru semakin menggairahkan dibalik baju terusan panjang dan jilbab lebarnya. Ningsih yang agak risih oleh pandangan polisi itu agak memutar duduknya agak membelakangi sang sopir, sambil berpura-pura memandang lewat jendela samping kiri mobil. Justru sang polisi semakin terangsang disodori pantat montok dan bahenol Ningsih, yang semakin menggairahkan tertutup baju terusannya. “dari pengajian pak…” kata ningsih pelan. Suaranya yang lembut dan terdengar pasrah semakin membuat kontol polisi itu berontak. “pengajian apa pengajian….” Kata polisi itu. Ningsih merasa tersinggung dengan perkataan melecehkan polisi itu, namun tidak berani berbuat apa2.

Waktu itu sudah lewat pukul 9 malam saat mereka berdua sampai di sebuah kantor polisi kecil yang sepi, dan dalam kantor polisi itu tidak terdapat siapa pun kecuali seorang Sersan yang bertugas jaga dan Polantas yang membawa Ningsih. Ketika Ningsih masuk, Sersan itu memandangi tubuh Ningsih dari bawah hingga ke atas, kelihatan sekali ia menyukai Ningsih. Baju terusan dan jilbab lebar yang dipakai ningsih semakin membuat birahinya meninggi. Sungguh ia ingin merasakan kelegitan memek seorang gadis alim berjilbab.

“maaf, mbak, bisa minta surat kendaraannya?”tanya sang polantas. Ningsih kebingungan, karena memang motornya adalah motor “bodong” yang tidak mempunyai surat. “ketinggaan pak…” katanya lirih, lembut, dan terdengar pasrah. Polantas dan sersan tadi memperhatikannya. Wajahnya yang putih dan cantik, bibir yang tipis dan terlihat lembut, semakin membuat mereka konak. “wah, kami nggak bisa ambli resiko mbak. Bisa jadi mbak itu komplotan maling motor. Mbak bisa masuk ke sel. Hanya sampai kami mengecek kebenaran tentang motor itu. ” ningsih terkesiap. “Hanya beberapa jam mbak…” kata polantas itu. Matanya masih terus jelalatan menjelajahi tubuh Ningsih. Ningsih yang sudah panik terpaksa pasrah dan menurut saat sersan tadi membawanya kedalam sel yang kotor dibagian belakang kantor polisi. Lalu ditinggal sendirian.

Sepuluh menit kemudian, seorang polisi yang berumur sekitar 40-an dan berbadan gemuk dan Seorang lagi berpakaian preman yang tinggi besar berbadan hitam, botak, dan umurnya kira-kira 45 tahun masuk ke ruang tahanan. Polisi tadi berkata, “wah, ada gadis cantik nih!! Wajahnya polos banget!! Menggairahkan!!” si botak menimpali, “pakek jilbab yah? Aku dari dulu pingin banget ngerasain memeknya cewek berjilbab kayak gini. Katanya legit banget!!” Ningsih sangat takut mendengar nada bicara mereka, apalagi terus-menerus ditatap oleh mereka berdua.

Si botak keluar, lalu tak berapa lama lagi masuk sambil membawa kunci sel Ningsih, lalu membuka sel Ningsih dan masuk ke dalam. Ningsih yang ketakutan segera merapatkan tubuhnya ketembok, seolah berusaha menembus tembok itu dan melarikan diri dari dua olisi bejat itu. Kepalanya menggeleng2 menolak, dan airmatanya mulai menetes turun ke pipinya yang putih. “Sekarang denger gadis manis, kalau kamu berkelakuan baik, kami nggak akan nyakitin kamu. Mengerti!” si gemuk langsung memegangi kedua tangan Ningsih. sementara Si botak mendekap erat Ningsih dari belakang, menggosok-gosokkan selangkangannya ke pantat Ningsih yang montok yang mesih terbalut baju terusan. “huuu…huuu… jangaaaan paaaakk…” tangis Ningsih pecah. Ia berusaha berontak.

Ningsih terus meronta-ronta tanpa hasil, sementara Si gemuk yang tampaknya sudah bosan dengan perlawanan Ningsih, melemparkan tubuh bahenol yang mesih terbalut baju terusan itu hingga jatuh telentang ke atas ranjang besi yang ada di sel Ningsih. Dan dengan cepat diambilnya borgol dan diborgolnya tangan Ningsih ke rangka di atas kepala Ningsih. Secepat kilat si botak menyibakkan jilbab lebar ningsih dan menyampirkannya menyilang mengelilingi leher Ningsih, lalu membuka kancing baju terusan Ningsih dari dada atas sampai ke perut, dan merenggut lepas BH yang dipakai Ningsih. Kini Ningsih menangis sesenggukan sambil terus memohon untuk dilepaskan. Bagian dada dan perutnya sudah terbuka lebar, memperlihatkan buah dada besar yang sangat putih, dengan perut yang juga putih menggairahkan. Perlawanannya tak berarti karena terus dipegangi oleh Si gemuk. “Wow, lihat dadanya.”

Kemudian mereka dengan leluasa menggerayangi tubuh Ningsih. Mereka meremas-remas dan menarik buah dada gadis alim berjilbab itu, kemudian memilin-milin puting susunya sehingga sekarang buah dada Ningsih mengeras dan puting susunya mengacung ke atas, terlihat memerah. Kadang mereka mengigit puting susu Ningsih, sedangkan Ningsih hanya bisa meronta dan menjerit tak berdaya. Bahkan sesaat terlihat Ningsih menggelinjang, saat lidah kasar si botak menyapu putingnya. “eeenngghhh……” terdengar lenguhan dari mulutnya. Sungguh ia belum pernah diperlakukan seperti ini, sehingga tapa sada, birahinya tersulut.

Sebuah pemandangan yang erotis, ironis, namun sangat menggairahkan. Seorang gadis cantik yang alim, berjilbab lebar dan berbaju longgar yang ia gunakan untuk melindungi dirinya dari pikiran kotor para lelaki bejat, kini terbaring tak berdaya dengan jilbab tersingkap dan buah dada serta perut yang terbuka lebar, penuh liur dari dua orang polisi yang memperkosanya. Dari mulutnya terdengar lenguhan dan desahan birahi yang terdengar semakin meninggi, disela jeritan dan kata2 penolakan yang seperti dikatakan hanya untuk menjaga kehormatannya.

Kedua polisi itu lalu melepaskan pakaian mereka dan terlihat jelas kedua batang kemaluan mereka sudah keras dan tegang dan siap untuk memperkosa Ningsih. Si botak mempunyai batang kemaluan paling tidak sekitar 25 senti, dan Si gemuk mempunyai batang kemaluan yang lebih besar dan panjang. Ningsih menjerit-jerit minta agar mereka berhenti, tapi kedua polisi itu tetap mendekatinya. Sungguh gadis cantik berjilbab itu takut, karena selama ini ia tidak pernah melihat kontol pria sebelumnya, dan saat ia melihat kontol yang sebesar itu, ia takut membayangkan seperti apa rasa sakit yang akan dideritanya.

“Lebih baik kamu tutup mulut kamu atau kita berdua bisa bikin ini lebih menyakitkan daripada yang kamu kira.” kata Si botak. “Sekarang mendingan kamu siap-siap buat muasin kita dengan badan kamu yang bagus itu!” “Dia pasti sempit sekali. Biasanya masih perawan, kalo cewek berjilbab lebar tuh!”, kata Si gemuk sambil memasukan jari-jarinya ke lubang kemaluan Ningsih. Ia menggerakkan jarinya keluar masuk, membuat Ningsih menggelinjang kesakitan dan berusaha melepaskan diri. “Betul kan, masih sempit sekali.”

SEMUA KARYA CIPTAAN INI HANYALAH FIKSI, DAN EDITAN DARI SEBUAH KARYA YANG BERJUDUL SAMA. TIDAK BERMAKSUD MENYUDUTKAN GOLONGAN TERTENTU, SEMATA-MATA HANYA ISENG DAN KARENA MENYUKAI SEMUA JENIS GADIS, JUGA YANG BERJILBAB. (PEN.)

Kemudian Si botak tadi naik ke atas ranjang di antara kedua kaki Ningsih. Baju terusan Ningsih yang panjang disingkapkan sampai ke perut dengan mudah. Celana dalamnya langsung melorot dan terbang ke sudut sel dengan cepat. Ningsih semakin takut. Jeritan dan isak tangisnya semakin keras. Rontaannya semakin intens, namun tak ada apa-apanya dibanding kekuatan duaorang polisi itu. Kemudian mereka membuka kaki Ningsih lebar-lebar dan Si botak memasukkan batang kemaluannya ke dalam lubang senggama gadis berjilbab yang masih perawan itu. Ningsih mengeluarkan jeritan yang keras sekali, ketika perlahan batang kemaluan Si botak membuka bibir kemaluan, dan masuk senti demi senti tanpa berhenti. Kadang ia menarik sedikit batang kemaluannya untuk kemudian didorongnya lebih dalam lagi ke lubang kemaluan Ningsih. Tiba2 ia menghentakkan kontolnya dengan keras, dan Ningsih melolong merasakan ada yang robek didalam lubang kemaluannya. Terlihat darah segar mengalir sedikit keluar. Si botak menyeringai. “ternyata beruntung sekali kita kali ini. Dapat perawan, peret, hangat lagi, memeknya!!”

Sementara itu, Si gemuk naik dan mendekati wajah Ningsih, mengelus-elus wajah cantik gadis berjilbab itu dengan batang kemaluannya. Mulai dari dahi, pipi kemudian turun ke bibir. Ningsih menggeleng-gelengkan kepalanya agar tidak bersentuhan dengan batang kemaluan Si gemuk yang hitam, sambil masih terhentak-hentak karena genjotan kontol si botak di memeknya. “Ayo dong manis, buka mulut kamu”, kata Si gemuk sambil meletakkan batang kemaluannya di bibir indah Ningsih. “Kamu belum pernah ngerasain kontol kan? Enak kok…” Ningsih tak bergeming. “Buka!” bentak Si gemuk. “Buka mulut kamu, brengsek!” sambil menampar pipi putih gadis berjilbab itu. Perlahan mulut Ningsih terbuka sedikit, dan Si gemuk langsung memasukkan batang kemaluannya ke dalam mulut gadis cantik berjilbab itu.

Mulut Ningsih terbuka hingga sekitar 6 senti agar semua batang kemaluan Si gemuk bisa masuk ke dalam mulutnya. Batang kemaluan Si gemuk mulai bergerak keluar masuk di mulut gadis berjilbab itu, terlihat tidak semua batang kemaluan Si gemuk dapat masuk ke mulut Ningsih, batang kemaluan Si gemuk terlalu panjang dan besar untuk bisa masuk seluruhnya dalam mulut Ningsih. Ketika Si gemuk menarik batang kemaluannya terlihat ada cairan yang keluar dari batang kemaluannya. Julurin lidah kamu!” Ningsih, masih terisak dan terus terhentak-hentak karena sodokan kontok si botak, membuka mulutnya dan mengeluarkan lidahnya. Si gemuk kemudian memegang batang kemaluannya dan mengusapkan kepala batang kemaluannya ke lidah Ningsih, membuat cairan kental yang keluar tadi menempel ke lidah Ningsih.

“San, dia nggak mungkin bisa masukin punya kamu ke mulutnya, biar saya coba. Gantian!” Mereka kemudian bertukar tempat, Si gemuk sekarang ada di antara kaki Ningsih dan Si botak berjongkok di dekat wajah Ningsih. Si gemuk mulai mendorong batang kemaluannya masuk ke liang senggama Ningsih. “eenggghhhh……mmmhhh…..!!” Ningsih mengerang lemah. Terlihat tubuhnya menggelinjang. Rupanya napsu birahi sudah mulai mendominasai tubuh gadis alim itu. Jeritannya sudah tidak terdengar lagi, tinggal isak tangis yang tertahan. Terlihat sekali dengan susah payah batang kemaluan Si gemuk yang besar itu membuka bibir kemaluan Ningsih yang masih sempit. Si botak, mengacungkan batang kemaluannya ke mulut Ningsih. “Kamu mungkin nggak bisa masukin punya Si gemuk ke mulut kamu, tapi kamu musti ngerasain punya saya ini, seluruhnya.” Dengan kasar ia mendorong batang kemaluannya masuk ke mulut Ningsih, sampai akhirnya batang kemaluan itu masuk seluruhnya hingga sekarang testis Si botak berada di wajah gadis berjilbab itu. Ia kemudian menarik batang kemaluannya sebentar untuk kemudian didorongnya kembali masuk ke tenggorokan Ningsih. Setelah lima kali, keluar masuk, Si botak sudah tidak bisa lagi menahan orgasmenya.

“Saya keluuarrhh. Aaahhh!” Ia tidak menarik batang kemaluannya keluar dari mulut Ningsih, batang kemaluannya tampak bergetar berejakulasi di tenggorokan Ningsih, menyemprotkan sperma masuk ke tenggorokannya. Gadis berjilbab itu berusaha menjerit, ketika sperma Si gemuk mengalir masuk ke perutnya. Terlihat sekali Si gemuk yang sedang mencapai puncak kenikmatan tidak menyadari Ningsih meronta-ronta berusaha mencari udara.

“Iyya… yaah! Telleeen semuaa! Aaahhh… aahhh… nikhmaattt!” Ketika selesai ia menarik keluar batang kemaluannya dan Ningsih langsung megap-megap menghirup udara, dan terbatuk-batuk mengeluarkan sperma yang lengket dan berwarna putih. Ningsih berusaha meludahkan sperma yang masih ada di mulutnya. Si botak tertawa melihat gadis manis itu terbatuk-batuk, “Kenapa? Nggak suka rasanya? Tenang aja, besok pagi, kamu pasti sudah terbiasa sama itu!”

Sementara Si gemuk yang masih mengerjai kemaluan Ningsih sekarang malah memegang pinggul Ningsih dan membalik tubuh Ningsih. Dengan cepat ia melolosi baju terusan Ningsih tanpa ada perlawanan dari Ningsh yang sudah lemas. Kini Ningsih tinggal memakai jilbab yang telah disampirkan ke lehernya, dan kaus kaki putih yang membuat kakinya semakin seksi dan menggairahkan. Ningsih dengan tubuh berkeringat dan sperma yang menempel di wajahnya tersadar apa yang akan dilakukan Si gemuk pada dirinya, ketika dirasanya batang kemaluan Si gemuk mulai menempel di lubang anusnya. “Jangan Pak, jangan! Ampun Pak, ampun, jangan…” “Aaahkk! Jangaaan!” gadis berjilbab itu kembali menjerit-jerit ketika kepala batang kemaluan Si gemuk berhasil memaksa masuk ke liang anusnya. Wajah Ningsih pucat merasakan sakit yang amat sangat ketika batang kemaluan Si gemuk mendorong masuk ke liang anusnya yang kecil. Si gemuk mendengus-dengus berusaha memasukkan batang kemaluannya ke dalam anus Ningsih. Perlahan, senti demi senti batang kemaluan itu tenggelam masuk ke anus Ningsih. Ningsih terus menjerit-jerit minta ampun ketika perlahan batang kemaluan Si gemuk masuk seluruhnya ke anusnya. Akhirnya ketika seluruh batang kemaluan Si gemuk masuk, gadis berjilbab itu hanya bisa merintih dan mengerang kesakitan merasakan benda besar yang sekarang masuk ke dalam anusnya.

Si gemuk beristirahat sejenak, sebelum mulai bergerak keluar masuk. Kembali Ningsih menjerit-jerit. Si gemuk terus bergerak tanpa belas kasihan. Batang kemaluannya bergerak keluar masuk dengan cepat, membuat testisnya menampar-nampar pantat Ningsih. Si gemuk tidak peduli mendengar Ningsih berteriak kesakitan dan menjerit minta ampun ketika sodomi itu berlangsung. Terlihat berulang kali batang kemaluan Si gemuk keluar masuk anus Ningsih tanpa henti. Akhirnya Si gemuk mencapai orgasme ia menarik batang kemaluannya dan sperma menyemprot keluar menyembur ke punggung Ningsih, kemudian menyembur ke pantat Ningsih dan mengalir turun ke pahanya, dan terakhir Si gemuk kembali memasukkan batang kemaluannya ke anus Ningsih lagi dan menyemprotkan sisa-sisa spermanya ke dalam anus Ningsih. Si gemuk kemudian melepaskan pegangannya dari pinggul Ningsih dan berdua dengan Si botak mereka keluar dari sel dan menguncinya. Saya masih dapat mendengar Si gemuk berkata pada Si botak, “Pantat paling hebat yang pernah ada. Dia bener-bener sempit!”

Dini hari, ketika Ningsih kelelahan menangis dan merintih, mereka berdua dengan langkah sempoyongan dan dengan botol bir di tangan masuk kembali ke dalam sel Ningsih. Mereka menendang tubuh Ningsih agar terbangun dan mereka mulai memperkosanya lagi. Sekarang Si botak menyodomi gadis berjilbab yang sudah kelelahan itu sementara Si gemuk berbaring di bawah Ningsih dan memasukkan batang kemaluannya ke dalam kemaluan gadis alim itu. Kemudian mereka berganti posisi. Mereka juga menyiksa Ningsih dengan memasukkan botol bir ke dalam liang kemaluan dan anusnya sementara batang kemaluan mereka dimasukkan ke mulut Ningsih. Mereka terus berganti posisi dan Ningsih terus menerus menjerit dan menjerit hingga akhirnya ia kelelahan dan tak sadarkan diri. Melihat itu polisi-polisi tersebut hanya tertawa terbahak-bahak meninggalkan tubuh Ningsih yang memar-memar dan belepotan sperma dan bir.

Keesokan paginya, Si gemuk masuk dan membuka sel Ningsih. “Kamu boleh pergi.” Gadis berjilbab itu segera mengenakan pakaiannya. Tubuhnya lemah lunglai berbau bir dan sperma-sperma kering masih menempel di tubuhnya. Ningsih pergi dari kantor polisi itu dan akhirnya sampai ke rumah kost ningsih dan kembali menangis sejadi2nya.

######################################

ketika puncak birahinya datang, si Abang ini naik merangsek dan menindih kembali tubuh Ningsih. Ningsih rasakan kontolnya mulai menggosok-gosok paha dan selangkangan Ningsih. Ningsih sudah benar-benar terbius. Dorongan nafsu birahi Ningsih sudah berada di ambangnya. Ningsih sudah tak mampu lagi menahannya. Kini desah, rintih, jerit tertahan keluar dari mulut Ningsih dan memenuhi kamar kost sempit gadis berjilbab itu.


Sore hari, Ningsih terbangun dari tidurnya. Tubuhnya masih terasa lemas setelah diperkosa para polisi bejat dari malam sampai pagi harinya. Saat ia merasakan selangkangannya sakit, ningsih kembali menangis. Ia menangis bukan hanya karena rasa sakit dan marah terhadap para pemerkosanya, tapi juga marah pada dirinya sendiri, mengapa juga turut menikmati perkosaan itu. Segera ia keluar kamar dan bergegas mandi. Ia berusaha membasuh perasaan kotor yang ia rasakan. Semua noda sperma terasa masih lengket pada tubuhnya.

Setelah mandi, Ningsih bergegas berpakaian. Perasaan capek yang ia rasakan sudah sedikit berkurang. Ia memakai baju panjang coklat muda dan rok yang juga sama, dengan jilbab putih lebar yang manis. Wajahnya yang putih mulus berhidung mancung terlihat semakin cantik. Rautnya yang lesu karena masih terbayang perkosaan semalam tidak menghilangkan kecantikan wajahnya.

Sore itu rumah kostnya sepi. Tidak ada penghuni kost yang lain, karena sore itu kebanyakan semua penghuni kost sedang kuliah, atau ngaji atau pergi cari makan sore. Ningsih yang sendirian tidak mengatakan apa yang terjadi pada mereka. Ia merasa sangat malu.

Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu depan rumah kost itu. Ningsih terkejut. Trauma perkosaan yang ia alami membuatnya paranoid. Namun segera ia berpikir, tak mungkin para polisi bajingan pemerkosa itu berani datang kekostnya. Segera Ningsih beranjak bangun dari tempat tidurnya, menghapus butiran air mata yang tergenang di matanya dan bergegas beranjak membuka pintu depan.

Seorang laki-laki separuh baya berdiri didepan pintu. I amenyeringai lebar. Dilihat dari tubuhnya yang kekar dan celana cekak yang ia pakai serta tubuhnya yang hitam, sepertinya orang tua itu adalah seorang tukang becak.

“boleh saya masuk, neng? Tanya tukang becak itu. Tanpa menunggu jawaban, sang tukang becak itu langsung masuk kedalam rumah kost Ningsih, dan menutup pintu depan. N ingsih yang etrkejut tak mampu berbuat apa-apa.

“mau apa, Bang?” tanya Ningsih gelagapan. Melihat orang tua yang kekar dan hitam itu, trauma Ningsih kembali membayanginya.

“mau ngembalikan ini, neng, dua polisi ngasih ke saya. Katanya saya suruh minta upah sama eneng…” kata pak becak itu, masih dengan menyeringai, sambil mengulurkan sebuah dompet. Ningsih segera mengebnalinya. It udompetnya yang tertinggal di kantor poisi, ketika para polisi bajingan itu menikmati tubuh sintalnya.

“terima kasih bang…” jawab Ningsih sembari mengulurkan tangan, hendak mengambil dompet yang diulurkan sang tukang becak tadi. Tapi serta merta sang tukang becak menyambar dan menggenggam erat tangan putih halus gadis manis berjilbab itu sambil masih menyeringai. Ningsih semakin ketakutan.

“eneng cantik banget neng… bahenol pula neng… pake baju longgar ma jilbab kayak gni juga tetep keliatan cantik dan bahenol neng… pantes polisi2 tadi ketagihan neng… abang juga mau neng… kata polisi2 tadi minta upahnya jangan pake uang, tapi pake memek aja neng…” kata tukang becak tadi, bagaikan petir menyambar di siang jari di benak Ningsih. Segera ia berusaha melepas tangannya. Namun cengkeraman sang tukang becak terlampau kencang.

“jangan baaang….ntar saya kasih uang, baaaang…” kata ningsih memelas. Sang tukang becak malah semakin erat menggenggam tangan Ningsih dan dengan tangan yang lain, ia memelorotkan celana cekaknya, memperlihatkan kontol yang besar dan hitam, sudah mengacung tegak berkilat.

“ayo neeng… katanya polisi2 tadi eneng seneng… abang pingin dielus pake tangan mulus eneng.. kontol abang pengen digesekkan ke pipi putih eneng… abang pengen nggenjot memek eneng… kontol abang pengen ngerasain memeknya cewek yang pakek jilbab gedhe kaak eneng.. ayo neeeeng…” kata pak becak itu, membuat Ningsih semakin syok. Ia tak mampu berkata apa2. Ketakutannya membuatnya tak mampu bergerak dan berkata-kata. Selain itu ia juga kaget, bagaimana mungkin apra polisi yang memperkosanya tadi malam tau kalo Ningsih juga terhanyut dan menikmati iperkosaan atas dirinya. gadis manis

“Nggak, Bang.. Cukup. Jangaaan… Sudah tinggalkan saya.. Tinggalkan rumah ini,” kata Ningsih panik, cemas, takut dan rasanya pengin nangis atau minta tolong tetangga.

Tetapi semuanya itu langsung musnah ketika tanpa terasa tangan Ningsih yang telah berada dalam genggaman tukang becak itu ditarik dan disentuhkan dan digenggamkan ke batang kemaluannya yang kini telah bangkit membusung, dengan sepenuh liku ototnya, dengan semengkilat bening kepalanya, dengan searoma lelaki yang menerpa dan menusuk sanubari Ningsih.

“Lihat dulu, neng.. Jangan takut.. Aku nggak akan merugikan eneng, koq. Eneng ntar pasti keenakan deh neeng…” ucap bisik getar-nya begitu terdengar penuh pengalaman dan sangat menyihir. Dan Ningsih benar-benar menjadi korban tangkapan yang bak rusa kecil dalam terkaman singa pemangsanya. Terasa desiran birahi didalam benak gadis berjilbab itu.

“Lihat dulu neng…” sekali lagi diucapkannya.

Kali ini dengan tangannya sambil meraih kemudian menekan bahu Ningsih yang tertutup jilbab untuk bergerak merunduk atau jongkok. Tanpa perlawanan berarti dari Ningsih, gadis berjilbab itu berjongkok. Dan langsung didepan wajah gadis alim berjilbab itu telah terlihat mengacung kontol besar dan hitam milik pak tukang becak.

Ini bukan saja pesona. Ini merupakan sensasi bagi Ningsih, seorang gadis alim santun yang berjilbab itu. Kini Ningsih bergetar. Dengan jantung Ningsih yang berdegup-degup memukul-mukul dada mata Ningsih nanar menatap kemaluan tukang becak itu. Kesakitan namun juga kenikmatan yang ia rasakan tadi malam terbersit lagi didalam pikiran sang gadis alim. Gelora orgasme yang berkali2 ia capai juga kembali terbayang. apalagi dengan kemaluan besar hitam keras nampak sangat ‘ngaceng’ bak laras meriam yang lobangnya mengarah ke wajah Ningsih. Ningsih langsung lumpuh dan luluh, karena syok, namun juga karena gelora birahi yang kembali membuncah. Demikianlah pula saat Ningsih saksikan ujung meriam itu mendekat, mendekat, mendekat hingga menyentuh pipi Ningsih , hidung Ningsih dan bibir Ningsih. Sang tukang becak memegangi belakang kepala ningsih yang tertutup jilbab dengan satu tangan, dan menggesek-gesekkan kontolnya ke wajah ningsih yang putih mulus dengan tangan yang lain. Gadis berjilbab itu mulai mendesah-desah. Matanya mulai sayu. Tidak terdengar lagi katak2 penolakan. Kontol hitam sang tukang becak terus dielus-eluskan ke pipi, bibir, dan hidung Ningsih yang putih.

“Jilat, neng, isep. Isep kontol saya , neng. saya ingin merasakan bibir neng jilbab yang sangat cantik ini. saya ingin merasakan isepan mulut neng” kata-kata kotor pak tukang becak seperti bensin yang semakin membakar birahi ningsih. Pelan-pelan pak becak itu menggesek-gesekkan kontolnya ke mulut tipis sang gadis berjilbab itu.

Tangan kanannya menekan kepala Ningsih dan tangan kirinya pelan-elan memasukkan kontolnya ke mulut Ningsih. Bagaimana Ningsih mampu mengelak sementara Ningsih sendiri serasa lumpuh. Gads sopang yang berjilbab lebar itu merasakan ada asin-asin di lidahnya. Ningsih tersadar. Ningsih jadi sepenuhnya sadar namun segalanya tengah berlangsung. Ningsih tak mampu menghindar, baik dari kekuatan fisik Ningsih maupun dari tekad yang dikuasai rasa bimbang. Ningsih ingin meronta, namun ketakutan dan syok mengalahkannya. Birahi juga. Nampak pemandangan yang menggairahkan, dmania seorang gadis cantik berjilbab lebar berjongkok sambil mengulum kontol hitam seorang tukang becak.

Tidak lama. Mungkin baru berlangsung sekitar 1 atau 2 menit saat kontol itu terasa semakin mengeras dan memanas. Mulut Ningsih penuh dijejali bongkol kepalanya yang menebar rasa asin itu. Sambil berdiri mengangkangi Ningsih yang jongkok di depannya si Abang dengan sangat kuat mencegkeram kepala gadis berjilbab itu dan menggoyangkan pinggulnya mendorong dan menarik kontolnya ke mulut Ningsih. Lagi, lagi, lagi. Hal itu membuat gadis berjilbab itu tersedak-sedak. Rasanya ujung kontol itu telah merangsek maju mundur ke gerbang tenggorokan Ningsih.

Kedutan-kedutan besar yang disertai semprotan-semprotan lendir kental yang hangat penuh muncrat ke haribaan mulut Ningsih. Gadis berjilbab itu tahu persis, sama seperti tadi malam, si Abang telah menumpahkan air maninya ke mulut Ningsih. Dan kemudian yang tak Ningsih duga sebelumnya adalah saat dia memencet hidung Ningsih hingga dengan ngap-ngapan gadis berjilbab itu terpaksa menelan tuntas seluruh cairan kentalnya dan membasahi tenggorokan Ningsih.

Sepertinya Ningsih minum dan makan kelapa muda yang sangat muda. Lendirnya itu demikian lembut memenuhi mulut untuk Ningsih kunyahi dan terpaksa menelannya. Gadis berjilbab itu semakin syok, dan sudah tak mampu berbuat apa-apa. Ia hendak muntah, namun sang tukang becak mencengkeram mulutnya dan menariknya keatas, sehingga ia tak bisa muntah.

Gadis berjilbab yang cantik dan bahenol itu masih tertegun dan setengah bengong oleh rasa yang memenuhi rongga mulutnya saat sang tukang becak menggelandang ke kamar tidur Ningsih yang pintunya terbuka. Dengan tenaga kelelakiannya dia angkat dan baringkan tubuh Ningsih ke ranjang. Entah kekuatan apa, Ningsih tak mampu mengelakkan apa yang si Abang ini perbuat pada Ningsih. Dia lepasi rok panjang Ningsih. Dia tarik hingga robek baju Ningsih.

Dia renggut BH- Ningsih seketika hingga Ningsih juga yakin kancing-kancingnya lepas. Dan tak ayal pula di renggut celana dalam Ningsih. Dia ciumi celana itu sambil menebar senyuman birahi dari gelora syahwatnya yang sedang terbakar berkobar. Kemudian rebah menindih tubuh telanjang gadis berjilbab itu yang sangat bahenol dan menggairahkan.

“Neng, biar abang buat neng ketagihan yaa.. Nikmati kontolku neng. Enak lhooo. Para lonte yang kukencani saja pada ketagihan…” begitu suara orang yang dilanda prahara birahi sambil tangannya meremasi pinggul kemudian bokong Ningsih yang montok sementara bibirnya yang demikian tak terawat nyosor untuk melumat bibir Ningsih. Gadis berjilbab itu berusaha menolaknya. Rasa jijik dan enggan menderanya.

Namun sasaran berikutnya benar-benar membuat Ningsih menyerah. Dia ‘kemot-kemot’ pentil susu Ningsih. Dia gigiti dagingnya. Entah berapa lama dia isepin dan tinggalkan cupang-cupang kotor pada seluru bidang dada Ningsih , leher Ningsih , bahu Ningsih , ketiak Ningsih. Kemudian juga turun keperut, ke selangkangan, ke paha Ningsih. Semua itu membuat gadis berjilbab itu merem melek keenakan. Ia menyadari bahwa saat itu ia sedang diperkosa, namun ia tak mampu menolak rasa nikmat yang idarasakan.

Dan ketika puncak birahinya datang, si Abang ini naik merangsek dan menindih kembali tubuh Ningsih. Ningsih rasakan kontolnya mulai menggosok-gosok paha dan selangkangan Ningsih. Ningsih sudah benar-benar terbius. Dorongan nafsu birahi Ningsih sudah berada di ambangnya. Ningsih sudah tak mampu lagi menahannya. Kini desah, rintih, jerit tertahan keluar dari mulut Ningsih dan memenuhi kamar kost sempit gadis berjilbab itu.

“Tolonng baang.. Ayoo, Bang.. Aku sudah nggak tahaann.. Toloong.. Enak bangeett baang.. Ningsih mau kontol abaang.. Biar Ningsih kulum lagi nanti yaa…” kata2 kotor yang keluar dari bibir seorang gadis berjilbab itu membuat sang tukang becak semakin terbakar nafsunya. Segera ia menuntun kontol besarnya untuik menembusi kemaluan Ningsih yang sudah sangat menantinya.

Masih dalam upaya penetrasi, dimana ujung kontol dahsyat itu sedang menerpa-terpa bibir kemaluan Ningsih ketika gadis berjilbab itu meraih orgasme pertamanya. Ningsih menjerit dan mendesah tertahan. Gadis berjilbab itu sudah dikuasai nafsu syahwat. Ningsih rajam pundak si Abang dengan cakar Ningsih. Ningsih hunjamkan kuku Ningsih ke dagingnya. Rasanya kemaluan Ningsih demikian mencengkeram untuk mempersempit kepala kemaluan itu menembusinya. Namun rasa gatal ini sangat dahsyat. Si Abang cepat menerkam bibir Ningsih sambil mendesakkan kontolnya dengan kuat ke lubang sempit gadis berjilbab itu.

Begitu blezz.. Ningsih langsung diterpa orgasme kedua Ningsih, Hanya selang 10 detik gadfis berjilbab itu mendapatkan kembali orgasmenya.

Ternyata memang inilah. Dalam hujan keringat yang menderas dari tubuh Ningsih dan tubuhnya selama 2 jam hingga jam 6 sore, gadis berjilbab itu mendapatkan orgasme beruntun Ningsih hingga sekitar 10 atau 12 kali. Ningsih tak mungkin melupakan kenikmatan macam ini. Kenikmatan ketika memeknya digenjot sebuah kontol besar dan hitam milik pak tukang becak. Saat semuanya berakhir, dan sang tukang becak menumpahkan tets maninya yang terakhir didalam memek Ningsih, ningsih tertidur lelap, dengan perasaan yang campur aduk antara marah, benci, menyesal, namun juga puas yang teramat sangat.

#########################################

… Lalu pelan tukang becak itu mulai mengocok kontolnya pelan. Tubuh mereka bergoyang-goyang, juga meja. Keringat muai membasahi tubuh sintal ningsih yang alim. Sambil menggoyang, tukang becak itu memegang paha Ningsih dan sambil menjilati payudaranya yang terguncang-guncang. Tangan Ningsih menumpu ke belakang. Tubuhnnya terguncang-guncang oleh goyangan pantat tukang becak itu di selangkangannya. Gadis alim itu mendesah-desah …


Bangun dari tidurnya pukul sepuluh malam, Ningsih sudah tidak melihat keberadaan tukang becak bajingan itu dikamarnya. Dengan isak tangis yang amsih tersisa, gadis berjilbab itu memakai daster longgar dan jilbabnya,  melangkah gontai keluar dari kamar, menuju kamar mandi. Suasana di rumah kostnya telah sepi, menunjukkan semuanya sudah tidur. Masuk di kamar mandi, kembali Ningsih menangis, gadis aim yang cantik berjilbab lebar itu tidak menegrti, mengapa ia menjadi obyek perkosaan para lelaki bejat. Saat ia masih terus meratapi nasibnya, tiba tiba ada tangan yang merengkuhnya dari belakang. Ternyata gadis berjilbab itu lupa menutup pintu kamar mandi, dan tukang becak bajingan itu belum pergi. Ningsih kembali terisak dan berusaha meronta, namun rontaannya yang telah lemah sudah tidak mampu menandingi gairah tukang becak itu yang kembali terbakar. tukang becak itu menciumi tengkuk Ningsih dan tangannya memeluk dan sepertinya meremas payudara Ningsih dari luar bajunya. Ningsih hanya kembali bisa pasrah dan menangis.

Tukang becak it umenyibakkan jilbab ningsih kepundak, dan langsung merenggut lepas kancing2 daster ningsih, lalu menurunkan daster ningsih hingga pundak dan tengkuk putih bersih gadis cantik berjilbab itu terlihat, dan mulai menciuminya. terdengar suara kecupan-kecupan tukang becak itu di leher dan tengkuk Ningsih. Lalu tukang becak itu membalik Ningsih dan menciumi bibir gadis alim itu dengan liar. Gadis alim itu tak bisa melakukan apa2 dan hanya bisa pasrah. Bahkan birahinya kembali tersulut, dan tanpa sada, gadis berjilbab itu membalas ciuman tukang becak jahanam itu. Tangan tukang becak itu meremas kedua belah payudara Ningsih yang hanya memakai daster. Desahan nikmat gadis berjilbab itu mulai terdengar.

Mereka terus berciuman, tukang becak itu menciumi pangkal leher Ningsih sambil tangannya masuk ke selangkangan Ningsih yang dasternya diangkat keatas. Lalu tukang becak itu menarik daster Ningsih ke bawah hingga nampak payudara putih gadis alim itu menggantung dan langsung dilahap tukang becak itu. Putingnya dijilat dan dihisap membuat Ningsih menggelinjang kegelian. Mulutnya mendesah-desah semakin keras sementara tangannya refleks meremas rambut tukang becak itu yang semkain ganas manciumi perut Ningsih dan terus turun ke selangkangannya. Tukang becak itu melahap memek gadis berjilbab yang alim itu sambil tangannya meremas payudaranya. Ningsih mulai mengerang-erang penuh kenikmatan.

Tukang becak itu menarik semua daster dari tubuh Ningsih sehingga ningsih yang pasrah itu kini hanya memakai jilbab putih kausnya yang tersingkap. Tukang becak itu lalu membimbing Ningsih keluar dari kamar mandi menuju dapur didekatnya. Tukang becak itu menaikkan tubuh gadis berjilbab yang sudah pasrah itu ke meja dapur, lalu mengangkangkan kaki ningsih yang putih bersih. Ia sendiri kembali membuka celana yang dipakainya, menunjukkan kontolnya yang hitam besar. Ningsih menggingit bibir dan memegang pundak tukang becak itu waktu tukang becak itu mendekat dan mencoba menusukkan kontolnya ke memek Ningsih yang kakinya mengangkang. Gadis berjilbab itu masih merasa takut walau juga ingin kembali menikmati kenikmatan yang sudah ia dapatkan sebelumnya.

Lalu pelan tukang becak itu mulai mengocok kontolnya pelan. Tubuh mereka bergoyang-goyang, juga meja. Keringat muai membasahi tubuh sintal ningsih yang alim. Sambil menggoyang, tukang becak itu memegang paha Ningsih dan sambil menjilati payudaranya yang terguncang-guncang. Tangan Ningsih menumpu ke belakang. Tubuhnnya terguncang-guncang oleh goyangan pantat tukang becak itu di selangkangannya. Gadis alim itu mendesah-desah.

Lalu tiba-tiba kaki Ningsih memeluk tubuh tukang becak itu yang terus menggoyang-goyang, Ningsih memeluk tukang becak itu dan tukang becak itu sepertinya tahu kalau Ningsih mau orgasme, lalu dia menghentikan kocokannya dan menciumi bibir gadis alim itu pelan. Lalu tukang becak itu menggendong tubuh Ningsih dan membawanya ke ruang tamu.

Tukang becak itu lalu duduk di sofa dan menaruh Ningsih dipangkuannya.Gadis alim itu kembali mendesah keras waktu kontol tukang becak itu masuk ke memek Ningsih. Gadis berjilbab I tu sudah benar-benar pasrah sehingga ia sudah tidak memberontak lagi.

Dengan posisi saling berhadap-hadapan, pak becak itu mulai menggoyang2kan pantat Ningsih maju mundur, lalu setelab beberapa lama, Ningsih mulai menggoyangkan pantatnya sendiri. Sang tukang becak itu menambahinya dengan menjilati payudara ningsih yang putih bersih dan montok. Tangan Ningsih menumpu pada pegangan sofa, tukang becak itu memegani punggung Ningsih dan mengusap-usapnya. Gadis berjilbab itu terus mengocok memeknya di kontol tukang becak itu sambil melenguh dan mengerang. Goyangan Ningsih semakin kecang dan membuat tukang becak itu melenguh keras dan menggigit payudara putih gadis berjilbab itu yang tepat dihadapannya. Sang gadil alim yang biasanya santun dan menjaga kehormatannya kini terlarut dalam gairah birahi bersama seorang tukang becak dengan kontol hitam.

Lalu tubuh Ningsih mengejang dan dia menjerit tertahan, terhentak2 beberapa kali, lalu kocokannya berhenti. Ternyata dia sudah orgasme. Tapi tukang becak itu belum. Tukang becak itu lalu mengangkat tubuh Ningsih dan mendudukkan sang gadis alim yang sudah pasrah itu disampingnya. Tukang becak itu mendorong kepala Ningsih dan memaksanya mengulum kontol tukang becak itu yang masih tegak. Tukang becak itu mengangkangkan kakinya.

Awalnya agak canggung, namun karena birahi, Ningsih mulai menjilati kontol tukang becak itu yang masih menjulang. Lidah Ningsih terlihat menjilati buah peler tukang becak itu dan menghisap-hisapnya, tangan kanannya meraba-raba buah pelir tukang becak itu yang mengerang erang dengan mata terpejam. Pelan Ningsih terus menjilati kepala kontol tukang becak itu, lalu memasukkannya ke mulut pelan, dihisap lalu dikocok-kocok dengan mulutnya. Tukang becak itu meracau tak karuan dan mendesis-desis.

Belum sampai keluar, tukang becak itu mengendong tubuh Ningsih yang sudah lunglai dan membawanya ke kamar mandi sambil terus mengemot-emot payudara putih gadis berjilbab lebar itu. Di kamar mandi, dibawah guyuran shower, kembali sang tukang becak memperkosa Ningsih dengan berdiri. Kocokan2 kontol besar di memek gadis alim itu membuatnya mengerang2 hebat dan orgasme berkali2, sebelum kemudian sang tukang becak menyemprotkan air maninya ke memek Ningsih, dan meninggalkannya terlentang pasrah di lantai kamar mandi yang dingin.

########################################

… Sesampainya di depan mobil, ia menidurkan Ningsih diatas kap mobil, kemudian mengangkat kedua kaki putih Ningsih ke pundaknya dan merapatkan paha putih gadis berjilbab itu. Tempatnya yang sepi namun terbuka menimbulkan sensasi tersendiri bagi mereka berdua.

“Ahh.. aauuughhh…paaakkghhh.. Ennakk.. mmmhhh.. HH..”…


Sudah dua hari sejak Ningsih diperkosa oleh tukang becak dekat rumah itu. Tidak ada gelagat tukang becak itu akan kembali. Tukang becak itu, yang ternyata bernama Marno, kabarnya pulang ke kampung haaman karena anaknya dihamili orang. Ningsih lega, karena tidak perlu takut diperkosa lagi, namun diam-ddiam ia juga mulai merindukan kontol laki-laki. Setelah perkosaan berturutan yang ia rasakan, gadis alim berjilbab yang cantik itu ternyata kini mulai ketagihan digauli.

Ketika Ningsih sedang kuliah, gairah itu datang lagi. Ningsih minta ijin untuk ke toilet. Di toilet, gadis alim itu segera menarik keatas baju terusan biru langitnya dan menyampirkan kepundak jilbab putihnya. Segera ia jongkok dan mulai mengelus-elus memeknya sendiri. Desahan-desahannya mulai terdengar. Gadis alim itu terus bermasturbasi memuaskan gairahnya yang menggebu-gebu. Ia merasa bersalah, namun tidak bisa menahan gairahnya. Tangannya bergerak semakin cepat, dan diakhiri oleh erangan tertahan dan goncangan hebat tubuh sintalnya. Cairan cintanya menyembur keluar, menyemprot membasahi lantai kamar mandi kampus. Orgasme yang ia rasakan begitu kuat, sehingga gadis berjilbab itu tidak menyadari ada dua pasang mata yang mendengar desahan dan erangannya dan mengintip perbuatannya. Bahkan salah satunya mengeluarkan HP berkamera dan mengambil gambar gadis berjilbab yang sedang orgasme itu. Setelah selelsai bermasturbasi, sambil terengah-engah Ningsih merapikan bajunya dan bergegas kembali ke kelas.

Saat kelas bubar, tiba-tiba ia mendapat telepon di Hnya. Ia angkat, dan terdengar suara yang pernah ia dengar, namun ia lupa. “ningsih ya?” tanya suara itu. “iya. Siapa ini?” tanya ningsih. “kamu sudah lupa aku? Heheheh… yang pernah memberimu kenikmatan di kantor polisi itu?” kata suara itu, seolah petir di siang bolong bagi ningsih. “Kmu mau apa?!” tanya ningsih. Dia sudah mulai ketakutan, manun juga merasakan birahinya naik. “jangan banyak tanya. Nanti ada mobil sedan starlet hitam mmenunggumu di luar kampus. Kamu masuk, ikut bersama kami, bersenang-senang. Hehehehe… jangan melawan, kami punya foto0fotomu yang lagi main sama kami. Heheheh…” lalu telepon itu diputus. Ningsih semakin takut, namun apa daya, ia juga takut jika bajingan2 itu menyebarkan foto2nya.

sore itu, Ningsih keluar kampus. Terlihat di seberang jalan didepan kampusnya, sudah ada mobil sedan starlet hitam. Ningsih segera menghampirinya. Pintu samping supir terbuka, dan terlihat polisi botak yang dulu memperkosanya. “mau apa?” tanya Ningsih. “aku rindu memekmu, nona manis berjilbab… hueheheheh… ayo naik, kita akan bersenang-senang.” Ningsih tidak mempunyai pilihan lain selain masuk dan meletakkan badan Ningsih dijok mobil sedan starlet hitam si botak yang empuk. Sebelum berangkat, si botak sempat mengulurkan tangan. “dulu kita belum berkenalan, bukan?” katanya sambil menyeringai. “heru.” Katanya lagi. Ningsih tidak menyambut, namun malah melengos. “dengar. Kalau kamu tidak patuh, aku tidak segan menembakmu, dan lagi, foto-fotomu akan kami sebarkan.” Kata Heru, polisi botak itu seram. Ningsih ketakutan dan pelan menyambut tangan Heru, bersalaman. Heru tiba-tiba menarik tangan Ningsih. “aku rindu bibirmu, nona cantik…” dan langsung menciumi bibir Ningsih. Gadis alim itu hanya diam pasrah saat Heru mencengkeram kepala Ningsih yang tertutup ji lbab, lalu menciumi bibir, pipinya yang putih, dan bahkan menjilatnya. Setelah puas menikmati bibir ningsih, sambil menyeringai Heru kemudian menginjak gas, dan berangkatlah mereka.

Dalam perjalanan, sebentar-sebentar tangan kiri Heru mengusap paha Ningsih, kadang ke dada Ningsih, dan mengusap tetek Ningsih yang berukuran 36B, hingga puting Ningsih mengeras. Ningsih hany abisa pasrah dan mulai mendesah-desah. Gairahnya sudah mulai terbakar. Gadis alim berjilbab lebar itu sudah mulai terangsang. “naikkan jubahmu sampai pinggang lalu agak hadap kesini!” Perintah Heru. Ningsih awalnya hendak menolak, namun melihat wajah sangar polisi bejat itu, Ningsih dengan berat hati menurutinya. Ningsih menarik eatas jubahnya dan menggeser badannya menghadap Heru, memperlihatkan celah memek Ningsih yang hanya ditutupi celana dalam tipis berenda yang sudah mulai basah. “heheheh…kok udah basah? Cewek berjilbab lebar kayak mbak bisa terangsang juga yaaa…” kata heru, membuat wajah putih N ingsih semakin memerah. Jari Heru pun menggeser celana dalam Ningsih kesamping, kemudian memainkan jarinya di memek Ningsih, membuat memek gadis berjilbab itu semakin basah. Ningsih tidak mampu menahan geli, dan menggigit bibirnya. Mata gadis berjilbab yang alim itu terlihat semakin sayu. Jari heru yang mengorek-ngorek ke dalam memek Ningsih, seakan berusaha menarik clitoris Ningsih keluar membuat gadis berjilbab itu merasa melayang2.

“Ssh.. Aah.. Shh.. Ah..” desah Ningsih mendesah-desah sambil mengeliat. Heru kemudian menyampirkan jilbab Ningsih ke pundak, lalu menuntun tangan Ningsih memilin-milin putingnya sendiri. Desahan gadis berjilbab itu semakin keras. Wajahnya merah pertanda malu, namun juga terangsang. Terbukti Ningsih tidak melepaskan tangannya dari merangsang payudaranya sendiri, dan terus merangsang payudaranya sendiri.

Ditengah jalanan yang macet antara puncak dan jakarta, didalam mobil sedan starlet nya yang berkaca hitam, Heru membuka resleting celananya, mengeluarkan kontol besarnya, lalu menarik kepala Ningsih menunduk. “ayo kulum!” bentak Heru. Ningsih mulai mengulum kontol Heru yang sudah mulai mengeras. Batang kontol sepanjang 20 cm itu dikulum masuk ke dalam mulut gadis berjilbab itu. Karena tidak dapat semuanya masuk, Ningsih memegang sisa batangnya dengan tangan kanan putih mulusnya dan mulai mengocok kontol yang besar dan panjang itu. Dioral oleh seorang gadis cantik yang alim berjilbab besar yang sedang terangsang merupakan sensasi tersendiri yangs emakin membangkitkan nafsu Heru.

“Aaakhh.. Mbaaakkkhh.. Enak.. Pinter banget sih..” sambil tangannya sebentar sebentar menekan kepala Ningsih.

Ningsih menjilati batang kontol polisi bejat itu, mengemput buah zakarnya. Ningsih menyedot sedot kepala kontolnya, dan memainkan lidahnya berputar putar diatas helemnya saat kontol Heru masih dalam mulut Ningsih, hingga kontolnya yang besar itu seperti berputar putar di mulut Ningsih yang sempit. Tiba tiba Heru menekan kepala Ningsih hingga kontolnya terasa penuh dalam mulut Ningsih dan ia mengeluarkan pejunya ke dalam mulut gadis alim berjilbab itu yang terpaksa menelan habis pejunya.

“Ssshh.. Ahh.. mbak, makin mahir aja kamu nyedotnya.. Ada yang ngajarin ya?” ujar Heru sambil tersenyum dan melirik Ningsih nakal. Ningsih yang syok kembali ke posisinya bersandar pada sandaran kursi. Ia mulai menangis.

Heru yang melihat gadis berjilbab itu menangis justru semakin ingin mempermainkannya. “naikkan kakimu yang kiri, lalu main sendiri pake’ dildo di dashbord!” kata Heru. Nigsih dengan tangan bergetar mengambil dildo yang bentuknya panjang berduri dan mulai memasukkan barang itu pelan ke memeknya.

“Sshh..” gadis alim itu mendesis merasakan ada barang yang masuk dalam memeknya. Sungguh ia belum pernah merasakan hal yangs eperti ini sebelumnya.

Belum sampai mentok NIngsih mendorongnya, tiba-tiba Heru menariknya cepat dan membuat duri-duri yang tadinya tidur, tiba tiba berdiri dan menggaruk dinding memek gadis berjilbab itu yangs emakin becek.

“Aaahh.. Auuugghhh..paaakkhh..” jerit Ningsih kaget, gadis alim berjilbab itu tidak mengira akan seenak itu.

Dengan pintu sebagai topangan badan Ningsih, gadis alim itu mulai sedikit menggoyang pinggulnya mengikuti irama keluar masuk dildo dalam memeknya. “sshhh…auughh…” gadis alim itu terus mendesis dan mendesah. Birahinya sudah tak tertahankan. “nih, main sendiri!” kata heru. Ningsih mengambilnya dan mengendalikannya sendiri.

“Aaahh.. Aahh.. Paaakkk..” desah Ningsih setiap kali dildo itu Ningsih tarik keluar. Gadis berjilbab itu telah lalrut dalam lautan gairah yang tak bertepi.

Belum Ningsih mencapai klimaks, ternyata mobil telah berhenti di pinggir sebuah jalan desa yang sepi. Tiba-tiba Heru membuka pintu yang Ningsih sandari, hingga Ningsih hampir terjatuh, tapi ia menahan gadis berjilbab itu dari belakang. Kemudian ia mengambil alih dildo yang ada dalam memek Ningsih dan ia mengocoknya cepat.

“Ssshha aahh.. Aaahh.. Aaahh.. paaakkhh.. Auugghh.. jaannggaaaannhhh.. aauughh..hmmhhh…ennnaaakkk…” gadis berjilbab yang selama ini alim dan sangat menjaga dirinya itu mulai meracau kesetanan akibat rangsangan yang ia terima di memeknya.

Mendengar rintihan Ningsih, Heru polisi bejat langsung membalik badan Ningsih dan mengarahkan kontolnya yang telah berdiri tegak ke lubang memek gadis alim berjilbab itu. Ningsih yang tau apa yang hendak dilakukan heru hanya bisa terpejam dan menggigit bibir merahnya. Tubuh gadis berjilbab lebar itu  sudah tidak sabar untuk menerima kontol besar Heru. Sekalipun sudah basah, tapi tetap saja, kontol Heru yang berdiameter 5 cm itu tidak dapat masuk dengan mudah. Setelah beberapa kali kepala kontolnya mengorek lubang memek Ningsih, akhirnya dapat juga masuk.

“Sshh aaaaaahh..” jerit Ningsih ketika Heru menusukkan kontolnya dalam sekalipun masih tersisa 4 cm diluar memek gadis alim itu.

Heru mengikatkan kaki Ningsih ke pinggulnya dan ia menarik Ningsih keluar dari mobil, hingga gadis alim itu digendongnya dengan kontol sudah ada didalam memeknya. Jilbab putih yang gadis itu kenakan menjuntai kebelakang. Heru membawa Ningsih kebagian depan mobil. Gadis alim berjilbab yang cantik itu sudah mulai mengejang karena terasa sangat mengganjal dengan 4 cm kontolnya yang seperti menusuk-nusuk berusaha mendobrak lobang peranakannya. Dan kaki Ningsih semakin kuat menjepit pinggulnya.

Sesampainya di depan mobil, ia menidurkan Ningsih diatas kap mobil, kemudian mengangkat kedua kaki putih Ningsih ke pundaknya dan merapatkan paha putih gadis berjilbab itu. Tempatnya yang sepi namun terbuka menimbulkan sensasi tersendiri bagi mereka berdua.

“Ahh.. aauuughhh…paaakkghhh.. Ennakk.. mmmhhh.. HH..”

Memek gadis alim itu terasa sangat sempit, dan Heru, polisi bejat itu mengocok kontolnya dan memaksakan kontolnya yang tersisa diluar untuk masuk lebih dalam. Namun tetap tidak bisa. Ia segera membalikkan badan Ningsih, hingga dalam posisi doggy dengan kaki gadis berjilbab itu ikut mrnnumpu di tanah dan badannya telungkup di kap mobil. Badan Ningsih sudah mulai bergetar keras karena nikmatnya, Heru tetap menusukkan kontolnya dengan membabi buta ke dalam memek Ningsih, sementara tangannya memeras-meras tetek gadis alim itu dengan keras hingga meninggalkan bekas merah. Jilbab putihnya basah oleh keringatnya yang membanjir.

“Aaahh.. ppaaakkkgghh.. SsSSHH..mmmhhh.. Ningsih mau pipiiiisshhh… paakkkhhh.. gatteeeel paaaakkkkkhhhh….!!.” racau Ningsih dengan nafsu yang sudah hampir tidak dapat ditahan lagi. “Samaa ssayy.. keeluaariin didalam yaaa….” tanya Heru dengan semakin cepat ia mengocok kontolnya. “mmmhh…. Teerrseraaahhhh…Aaahh.. Ssshh.. Aaahh..” jawab Ningsih kacau. Gadis berjilbab itu ternyata sudah ketagihan disemprot memeknya memakai peju laki2. “Baarreengngg ssaayy.. Dikkitt llaggii.. Aahh..”

Bersamaan dengan keluarnya pejunya dalam memek Ningsih dan rongga memek gadis alim itu yang berkedut keras. Entah berapa kali Heru semprotkan pejunya, karena cukup banyak, sampai meleleh keluar memek Ningsih bercampur dengan cairan cinta dari dalam memek gadis berjilbab itu.

“Makasih sayang… enak kan, kalo dinikmati? Heheheh…” ujar Heru sambil mengecup kening Ningsih. “hhhmmhhh…!” gadis berjilbab itu tidak menjawab. Ia tidak mungkin berbohong, karena cairan cintanya sudah berbicara.

Terlihat dari langit yang mulai gelap, hari sudah senja. Ningsih dan Heru kemudian merapikan baju merek amasing2 dan masuk ke mobil, dimana Heru membawa N ingsih itu pulang ke kostnya. Diperjalanan, gadis alim itu dipaksa kembali mengulum kontol Heru dan menelan air mani Heru.

##########################################

..Ningsih mulai menangis juga merintih. Namun remasan sang satpam selain membawa rasa sakit, juga membawa rasa nikmat di buah dadanya. Tanpa sadar gadis alim yang biasanya santun itu mendesah nikmat. Si satpam yang mengetahui hal itu semakin bernafsu meremasi dada montok gadis alim itu. Tangisan takut namun juga desahan nikmat Ningsih semakin keras, memenuhi angkot yang berhenti di dalam hutan itu..

setelah kejadian pemerkosaan yang terakhir menimpanya, ningsih memutuskan untuk pindah kost. ia tak mau kenangan buruk yang pernah menimpanya terulang, dan tempat kostnya yang sebelumnya mengingatkannya pada kenangan buruknya.

Suatu hari, ningsih berada di rumah temannya, Rika sampai larut malam. Saat hendak pulang ia baru menyadari bahwa ban motornya bocor. Temannya menyarankan ningsih untuk menginap dirumahnya, namun karena sang gada alim itu mempunyai tugas menumpuk yang harus dikerjakan, ia memaksakan diri untuk pulang dengan harapan masih ada kendaraan umum yang lewat di jam segitu. selarut itu semua tambal ban didekat rumah Rika sudah tutup, sehingga Ningsih menitipkan motornya dirumah Rika.

Menunggu di pinggir jalan bersama Rika. Dua orang gadis alim yang sama cantiknya, memakai jilbab lebar, hanya berdua malam2 di pinggir jalan, sangatlah mencolok mata. Rika memaksa untuk menemani Ningsih agar tidak kesepian saat menunggu kendaraan. Sudah beberapa saat menunggu, tidak terlihat kendaraan umum yang muncul. “kita kerumahku aja yuk mbak, ntar Rika anterin pagi2…” kata Rika sambil menangkupkan kedua tangannya di kedua pipinya yang putih mulus tanpa cacat. Malam itu memang sangat dingin, dan kedua dara cantik yang alim itupun merasakannya. Ningsih melipat tangannya didepan dada, membuat dadanya yang montok semakin jelas terlihat montok. “nggak ah dik, aku harus pulang, kerjaan dari kampus numpuk…” katanya. Tak lama setelah itu, terlihat mobil angkot yang mendekat, menembus malam yang dingin. Setelah mengucapkan salam pada Rika, Ningsihpun melambaikan tangan memanggil angkot itu dan langsung naik.

Didalam angkot itu hanya ada tiga orang pria. Si sopir, kondektur, dan seorang laki2 berpakaian satpam. Nampaknya pulang kerja. Ningsih duduk di tengah berhadap-hadapan dengan Si satpam sedangkan Si Kondektur duduk di depan. Selama perjalanan Si satpam tidak henti-hentinya memperhatikan diri ningsih. Mata si satpam yang jelalatan itu seolah melahap ningsih dari ujung jilbab sampai ke ujung kakinya. dada Ningsih yang montok yang terlihat samar dibalik jilbab coklat tua dan baju lebar coklat muda yang ia kenakan semakin membuat mata si satpam melotot.

Gadis alim itu sebenarnya jengah dan tidak enak dengan pandangan buas si satpam, namun apa daya, ia takut tidak dapat angkot karena malam sudah semakin larut. Ia hanya bisa berharap, semoga tidak terjadi apa2. Peristiwa perkosaan yang ia alami kembali terulang di pikirannya. Muncul perasaan agak takut, namun selain itu juga membuatnya merasa panas dingin. Ternyata peristiwa perkosaan2 yang pernah ia alami membuat gadis berjilbab yang montok itu menjadi secara tak sadar ketagihan disetubuhi secara kasar oleh orang2 yang tidak ia kenal. Namun tetap saja Ningsih yang cantik itu berusaha menepis pikiran itu, walaupun pikiran itu lama2 membuat memeknya menjadi mulai basah.

“kenapa malem2 masih jalan, bang?” tanya Ningsih pada si kondektur, berusaha agar tatapan si satpam menjauhinya. “kan bisa ketemu non jilbab.” Kata kondektur kurang ajar sambil membalikkan wajah, menatap Ningsih sambil tersenyum. Ningsih yang semakin takut hanya bisa tersenyum hambar, seraya berharap semoga tatapan kondektur yang tak kalah ganas dengan si satpam tak berarti apa2. “kok baru pulang non? Gak takut diperkosa dijalan?” tanya si kondektur, sambil masih etrsenyum penuh makna. Ningsih terkejut setengah mati mendengar perkataan sang kondektur. Bayangan perkosaan yang pernah ia alami kembali terbersit di pikirannya. Ia semakin takut, namun memeknya terasa semakin basah. “eee…. Kenapa abang tanya gitu? Mana ada cewek berjilbab lebar kayak saya dperkosa bang…” kata Ningsih sambil menundukkan wajahnya. Sungguh tatapan sang kondektur seolah melahapnya. Apalagi si satpam kebali menatapnya.

Si Kondektur semakin melotot melihat Ningsih, soalnya waktu itu Ningsih terlihat sangat cantik. Wajahnya yang sayu didalam mobil angkot itu terlihat sangat pasrah, bersama tiga orang yang sebenarnya sangat bernafsu padanya. “ah, non ini gak tau yah? Kan sekarang ada angkot yang suka menculik cewek2 jilbab besar kayak non, trus diperkosa non… soalnya, katanya memek cewek berjilbab lebih legit dan keset!” katanya, diikuti oleh gelak tawa dari si sopir dan s satpam. Kata2 si kodektur yang kurang ajar itu semakin membuat Ningsih pucat pasi, tapi juga memeknya semakin basah.

Si satpam secara tiba2 mengangkat tubuhnya berdiri, dan mengambil tempat di samping tubuh Ningsih, membuat ningsih terpojok diantara bagian belakang bangku sopir dan tubuh si satpam. “dan kebanyakan setelah dipake, mereka malah nagih lalu pingin lagi non…” kata si satpam sambil menyeringai buas. ‘buktinya kebanyakan kembali nunggu angkot malem2…non gak usah khawatir non, ntar pasti non juga ikutan keenakan…” kata si satpam itu lagi.

Tangan si satpam mulai bergerilya, meraba2 tubuh Ningsih yang montok itu. Gadis berjilbab itu berusaha berontak, namun ketakutannya membuatnya seolah tidak berdaya. Gadis itu hanya menggeliat2 ketika tangan nista si satpam mengelus lengan, perut dan seluruh bagian tubuhnya dari luar baju lebar sang gadis alim itu. Si satpam juga semakin merapatkan tubuhnya ke tubuh ningsih yang montok, membuat ningsih semakin pana dingin. Si Sopir bukannya mengantarkan Ningsih pulang tapi malah ke tempat lain yang daerahnya agak asing bagi Ningsih. Sebuah jalan sepi yang kiri kanannya hanya ada sawah dan hutan. Kemudian si sopir membelokkan angkot itu masuk ke sebuah jalan kecil berbatu memasuki hutan, lalu menepikan angkot itu dan mematikan mesin. “gak usah tegang neng, disini gak akan ada yang ganggu kita…” kata si sopir sambil membalikkan badan, melihat Ningsih yang manis yang tidak berdaya diraba2 oleh si satpam durjana.

Si satpam ternyata semakin berani untuk mulai menyusupkan tangannya kedalam jilbab ningsih, lalu meremas dada Ningsih yang montok. Langsung Ningsih memekik dan menepis tangan sang satpam itu. “jangan paakk… tolong… jangan lagi…” kata ningsih. Air mata gadis alim itu sudah mulai mengambang di pelupuk matanya yang indah. “o0oh, jadi non dah pernah diperkosa yah?” kata si kondektur sambil menyeringai semakin lebar. “santai saja non, kami akan buat non melayang2 ke udara! Kontol kami besar2 kok!” katanya lalu tertawa keras yang mengerikan. Sementara itu, Si satpam mengulangi lagi perbuatannya, malah Si satpam mulai berani meremasnya dengan kedua tangannya. Ningsih mulai menangis tersedu-sedu. “jangaaan paaak… sakit paaak…. Eeehhhmmm….” Ningsih mulai menangis juga merintih. Namun remasan sang satpam selain membawa rasa sakit, juga membawa rasa nikmat di buah dadanya. Tanpa sadar gadis alim yang biasanya santun itu mendesah nikmat. Si satpam yang mengetahui hal itu semakin bernafsu meremasi dada montok gadis alim itu. Tangisan takut namun juga desahan nikmat Ningsih semakin keras, memenuhi angkot yang berhenti di dalam hutan itu.

Si satpam smakin berani meremas dada Ningsih dan mulai menyibakkan jilbab lebar Ningsih, dan melilitkannya di leher jenjang ningsih. Satpam itu kemudian membuka baju Ningsih dengan paksa, membuat kancing2 baju ningsih dari leher sampai perut ningsih terlepas, membuat buah dada montok gadis berjilbab itu terlihat jelas, menantang dibalik Bhnya yang tampak kekecilan. sedangkan Si kondektur turun dari mobil dan membuka bagasi belakang, mengambil sesuatu. Ningsih disuruh turun dari mobil dengan hanya mengenakan baju yang tersibak dan BH yang terlihat. Si satpam tidak menyia-nyiakan hal itu, memepet tubuh lemas gadis alim itu di badan angkot dan melanjutkan rangsangannya. Tangis gadis alim itu semakin terdengar, bersamaan dengan desahannya. Sang sopir hanya melihat sambil menikmati rokoknya, tapi tangan kanannya memijit2 kontolnya dari luar celana jeansnya.

Si kondektur ternyata mengambil sebuah matras tipis di bagasi belakang, dan mulai menggelarnya di bagian dalam angkot, setelah sebelumnya melipat kursi2 penumpang angkot agar ruangannya semakin luas. Setelah siap, Ningsih kembali dipaksa masuk mobil, gadis alim itu menangis ketakutan, namun dengan tak berdaya karena birahi yang semakin membara, didalam mobil angkot bersama Si kondektur juga Si satpam.

Gadis alim itu semakin ketakutan saat dipaksa terlentang. Saat ia berontak, tangan si satpam melayang ke pipinya yang putih, membuatnya semakin tak berdaya dan menuruti para bajingan yang ingin memperkosanya. “gak usah takut, non, ntar pasti non ketagihan deh…” kata si satpam. “kontol gue bakalan mbahagiain non kok.” Kata si kondektur menyambung. Si satpam langsung menarik BH Ningsih hingga sobek dan Si kondektur menyingkap rok panjang hitam Ningsih sampai perut gadis berjilbab itu, lalu menarik lepas celana dalam Ningsih yang bermodel renda-renda. Si satpam melotot kagum saat melihat buah dada ningsih yang putih mulus tanpa cacat,  sama seperti si kondektur saat melihat memek gadis berjilbab itu yang merah muda segar merekah indah, dan basah.

“memek si non ini sudah basah, rupanya!” kata si kondektur ini sambil terkekeh. “ternyata si non ini juga pingin dientot! Enak yah neng, dientot? Dah berapa kali dientot, neng jilbab?” tanya si kondektur dengan kata2 kotor penuh penghinaan pada ningsih. Ningsih hanya bisa terdiam, wajahnya merah padam menahan malu. Namun tak lama kemudian ia kembali memekik dan mendesah disamping tangisannya yang semakin lirih, saat Si kondektur menjilati bibir memek Ningsih dan menusuk-nusuknya dengan jari. Si satpam membuka celana panjangnya dan CD-nya kemudian langsung keluar kontol Si satpam yang besar dan berurat. Langsung saja Si satpam memasukkan kontolnya ke mulut Ningsih. Saking besarnya masuknya saja agak kesulitan, tidak bisa semuanya masuk ke dalam mulut indah Ningsih. Gadis berjilbab itu kini dipaksa mengulum dan menjilati kontol besar bau milik sang satpam. Airmatanya terus meleleh.

Sementara itu, Si kondektur menghentikan hisapannya dan mulai membuka celana panjangnya sekaligus CD-nya. Keluarlah kontol yang labih besar dari kontol milik Si satpam. Si kondektur mulai merenggangkan kaki Ningsih dan membuka memek gadis berjilab yang sudah basah itu dengan tangannya untuk memasukkan kontolnya, ternyata tidak bisa masuk ke memek Ningsih tapi Si kondektur terus memaksanya untuk memasukkannya. “gila! Sempit dan keset banget memekmu non! Memek cewek jilbab gedeh emang bomor satu! Mana wajahnya cantik, lagi…” kata si kondektur sambil terus memaksakan kontolnya masuk ke memek Ningsih. Si satpam ternyata sudah mau keluar dan dalam hitungan tiga keluarlah sperma Si satpam ke mulut Ningsih, banyaknya bukan main sampai gadis berjilbab itu terbatuk-batuk. Ia terpaksa menelan sebagian sperma si satpam,sementara sebagian yang lain meleleh keluar membasahi pipi dan jilbabnya.

Si kondektur ternyata mulai bisa memasukkan kontolnya ke memek Ningsih. Dia dengan paksa langsung menindih badan Ningsih dengan begitu masuklah kontolnya ke memek Ningsih. Ningsih langsung menjerit kesakitan  dan memek Ningsih langsung terasa berdenyut-denyut. Si kondektur memaju-mundurkan kontolnya sambil terus mendesah dan meracau. “eeehh… enak banget memek mu nooon… besok lagi yah noon… cewek berjilbab emang oke banget memeknyaaahh…” terus si kondektur meracau mengatakan kata2 kotor, sambil terus menngenjot Ningsih yang juga terus menangis. Namun tak lama rasa sakit yang ningsih rasakan mulai berubah menjadi kenikmatan sehingga tangis ningsih mulai berupah pelan2 menjadi desahan dan rintihan kenikmatan. Tiba2 ningsih merasa sangat nikmat. Gadis berjilbab itu merintih panjang. Tubuhnya tertekuk keatas. Ternyata gadis alim itu mengalaim orgasme pertamanya. Orgasme yang tidak ia inginkan, karena terjadi saat ia diperkosa. Sang kondektur yang menyadarinya menyeringai dan tertawa. “enak yah, non jilbab? Emang cewek jilbab kayak elu tuh munafik! Katanya gak mau tapi nikmatin juga!” kata si kondektur sambil terus memompa ningsih. Cairan cinta ningsih semakin banyak, membanjir keluar dari memek gadis alim itu. Ia merasa malu karena tak mampu menahan nafsunya, dan merasa dikalahkan oleh sang kondektur jahanam.

Si satpam keluar dari mobil lalu ebristirahat di luar, dan kini Si sopir yang masuk menggantikan Si satpam. Si sopir langsung membuka celananya dan terlihat kontolnya yang juga besar langsung berdiri tegak melihat ningsih. Terlihat Ningsih terlentang, digenjot oleh si kondektur. Gadis berjilbab itu sudah tidak bisa berhenti mendesah karena merasakan nikmat bercampur sakit, walaupun airmatanya masih terus mengalir. Bajunya sudah awut2an, dan buah dadanya yang putih mencuat keluar tanpa penutup. Kakinya tertekuk menempel ke perutnya. memeknya terus dipompa dengan kasar oleh si kondektur. Si sopir langsung menghisap payudara Ningsih sambil tangannya mengusap-ngusap puting Ningsih, itu membuat Ningsih semakin tidak bisa berhenti mendesah.

Si kondektur ternyata sudah mau keluar, desahan si kondektur semakin keras. Nafasnya semakin memburu, “Ayo goyangin lagi, neeengghh…biar neg juga ikut keluaaarhh…”, dan “Croot…, croot..”, terasa semburan spermanya di dalam memek Ningsih. Ternyata gadis berjilbab itu juga kembali orgasme. Tubuh putihnya melonjak2 tak terkendali. Si kondektur kembali menyeringai. Si kondektur langsung keluar dan Si sopir menggantikan posisi Si kondektur, siap untuk menyetubuhi Ningsih. Ternyata Si sopir mengambil tissu untuk membersihkan memek Ningsih. “neng dah gak perawan yah?” tanya si sopir. Ningsih diam saja. “ternyata cewek berjilbab gede kayak eneng suka ngentot juga yah. Enak gak tadi? JAWAB!” bentak si sopir. Ningsih menganggukkan kepalanya. Ia sadar, tubuhnya yang sudah lemas karena sudah dua kali orgasme akan kembali jadi bulan-bulanan si sopir. “lu nikmati punyakku juga yaaa…” kata si sopir. Setelah bersih, Si sopir langsung memasukkan dua jarinya ke memek ningsih, membuat gadis berjilbab itu kembali merintih. Posisinya yang terlentang membuat sang sopir bebas melakukan apa saja padanya. Si sopir mengocok2kan jarinya semakin cepat ke memek Ningsih. Cairan cinta yang tadi sudah bersih dilap, sekarang kembali membanjir. Ningsih hanya bisa menggigit bibir bawahnya sembari merintih2 nikmat. Ia tahu ia sudah tak bis alagi mempertahankan dirinya dari api brahi.

Setelah dirasa cukup basah, sembari menyeringai lebar, si sopir memasukkan kontolnya ke memek NIngsih. Kontol Si sopir hampir sebesar kontol milik Si kondektur. Si sopir memasukan kontolnya dengan mudah tanpa ada halangan. Ningsih memekik tertahan merasakan memeknya kembali dimasuki kontol jahanam si sopir. Keningnya berkerut, menahan sedikit pedih yang masih tersisa, juga nikmat yang kembali ia rasa. Gadis alim yang montok itu sudah tak mampu mengendalikan gelora syahwatnya. Si sopir mulai menggoyangkan pantatnya maju mundur. Penisnya mulai menyodok-nyodok memek Ningsih yang sudah kembali basah, membuat gadis alim itu kembali merintih dan mendesah. Sementara itu, Si satpam ternyata sudah masuk ke mobil dan membisikkan sesuatu pada si sopir. Si sopir kemudian mengangkat tubuh Ningsih yang sudah lemas, lalu merubah posisinya, sehingga kini si sopir berada terlentang di bawah, dengan Ningsih yang mendesah2 lemas telungkup diatasnya. Jilbab yang masih dipakai ningsih sudah basah oleh peluhnya. Begitu juga dengan baju yang masih ningsih pakai. Belum ada saat ningsih mengambil nafas, si sopir kembali menggenjot memek ningsih, membuat ningsih kembali mendesah-desah. Tanpa Ningsih sadari, si satpam memposisikan dirinya dibelakang ningsih, sambil mengelus-elus pantan ningsih yang besar dan bahenol. Sesekali si satpam menamparnya, membuat ningsih memekik tertahan. Tamparan pada pantatnya terasa sakit, namun juga nikmat.

Si satpam, dengan kontol yang sudah kembali tegak keras mengacung mulai membasahi ibu jarinya, dan menggunakan ibu jari basahnya untuk mengkorek-korek lubang anus Ningsih. Ningsih yang kaget karena merasa ada benda asing berusaha melebarkan dan memasuki duburnya, gadis berjilbab lebar itu berusaha untuk menghindar. Namun pelukan si sopir dibawahnya yang begitu erat membuatnya tak bisa menghindar jauh. Ningsih hanya bisa menggoyang2kan pantatnya berusaha menghindari ibu jari si satpam, yang justru membuat si sopir semakin keenakan. “jangan paaaakk… eehhmm… jjaangan disituuuhh… aaaihhh… sakit paaakk… ooouuughhh…eemmmhh…” ningsih meratap minta dilepaskan, tapi sembari mendesah-desah keenakan. “santai aja nooon… jangan dilawan… ntar lama-lama enak kok non… abang janji…sabar yaaa…” kata si satpam, sembari terus mengkorek-korek dan meludahi lubang dubur Ningsih, agar licin. Semakin lama lubang dubur itu semakin melebar dan licin karena ludah si satpam.

Setelah lubang dubur Ningsih sudah terlihat cukup lebar dan licin, si satpoam segera memperbaiki posisi untuk memasukkan seluruh kontolnya ke liang dubur gadis berjilbab itu. Rok panjang ningsih yang sudah mulai kembali turun, disingkapkannya lagi, agar tidak mengganggu. Sesaat kemudian, diantara genjotan si sopir, ningsih merasa ada benda asing yang bear dan hangat menempel di liang duburnya. Gadis berjilbab itu memejamkan mata pasrah dan menggigit bibirnya erat-erat, siap-siap menahan sakit. Si satpam dengan sekali dorongan keras memasukkan kontolnya ke lubang dubur NIngsih. Ningsih menjerit keras, merasakan sakit yang luar biasa. Selama beberapa saat, ia terus menjerit-jerit karena sodokan si satpan di lubang duburnya yangs angat menyakitkan. Namun lamm akelamaan, rasa sakit yang gadis alim itu rasakan pelan-pelan berubah menjadi rasa nikmat. Jeritannya pun berubah menjadi lenguhan-lenguhan menahan sakit nikmat. Mata ningsih terbalik, dan hanya memperlihatkan putihnya. Gadis alim yang selalu berusaha menjaga dirinya dengan jilbab lebar dan baju longgar itu meraih orgasmenya yang ketiga kalinya malam itu, bersama dua orang pemerkosa yang secara intens menyodok-nyodok memek dan duburnya. Sungguh pemandangan yang kontras, seorang gadis alim berwajah lugu dan ayu, digenjot secara bebarengan oleh dua orang tua berwajah garang.

Si kondektur yang mendengar jeritan Ningsih masuk lagi ke mobil dan menyeringai mendapati ningsih yang menjadi bulan-bulanan dua temannya. Segera si kondektur mengambil posisi untuk memasukkan kontolnya ke mulut Ningsih. sekarang Ningsih sudah tidak bisa apa-apa lagi, soalnya semua lubang sudah penuh terisi oleh kontol mereka bertiga. Desahan kenikmatan yang gadis alim itu rasakan tidak keluar, tertahan oleh kontol si kondektur yang besar. Tiba-tiba Si satpam menarik keluar kontolnya dari anus Ningsih. Cairan kuning trut keluar saat si satopam menarik keluar kontolnya. Awalnya, Ningsih berpikir si satpam sudah selesai, ternyata dia mulai memasukkan kontolnya ke memek Ningsih walaupun memek Ningsih ada sudah ada kontol Si sopir.

Si sopir berhenti sejenak dan Si satpam mulai mendorong masuk kontolnya ke dalam memek Ningsih, ternyata memek Ningsih mulai melar dan sudah bisa menelan masuk kontol Si sopir dan Si satpam, walaupun kontol Si satpam masih sebagian kecil saja yang masuk. Si sopir menarik keluar sedikit kontolnya dan Si satpam mulai memasukkannya sedikit demi sedikit. Ningsih sudah tidak tahan, rasanya memek Ningsih sudah perih dan sakitnya bukan main. Jeritan kesakitannya tertahan oleh kontol si kondektur yang tertanam dalam mulutnya.

Ternyata kontol Si sopir dan Si satpam mulai masuk ke dalam memek Ningsih secara pelahan-lahan. Ningsihpun terus berteriak kesakitan karena kedua kontol mereka yang berada di dalam memek Ningsih. Ternyata Si sopir dan Si satpam masih asyik memainkan kontolnya di dalam memek Ningsih. Ternyata Si satpam sudah tidak sabar, dia menyuruh Si sopir untuk mencabut kontolnya dan memasukkannya ke anus Ningsih. Dengan begitu kalau pantat Ningsih, Ningsih turunkan kontol Si sopir yang masuk ke anus. Sedangkan kalau pantat Ningsih, Ningsih naikkan kontol Si satpam yang masuk ke memek Ningsih. Tidak lama kemudian keduanya keluar dalam waktu yang hampir bersamaan, keduanya terjatuh di samping Ningsih.

Ningsih berusaha untuk bangun dan membersihkan memek Ningsih dari sperma mereka dengan menggunakan tissu. Terasa perih sekali ketika tissu menyentuh bibir memek Ningsih. Setelah itu Ningsih diantar pulang ke tempat kost Ningsih. Ningsih sudah tidak bisa berjalan dengan benar, soalnya masih terasa perih di selangkangan Ningsih. Saat turun dari mobil, gadis berjilbab itu berjalan pelahan-lahan dan tanpa mengenakan celana dalam dan BH, soalnya sudah sobek ditarik oleh mereka saat di dalam mobil tadi. Dari memek Ningsih masih keluar tetesan darah yang Ningsih tutupi dengan tissu. Ketika sampai di dalam kamar Ningsih langsung menjatuhkan dirinya ke kasur, menyesali apa yang terjadi padanya. ia bingung, kenapa pemerkosaan terjadi berturt2 pada dirinya. segera gadis alim itu bangkit ke kamar mandi dan mandi, berusaha menghapus jejak nista yang masih terasa. setelah itu Ningsih berpakaian dan langsung tidur. Keesokan harinya gadis berjilbab itu bangun dengan keadaan badan yang sangat lelah dan selangkangan yang masih terasa perih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar