“Oouuuhhhh..” dengan pelan desahan itu keluar dari mulut
Laras. Semakin gadis berjilbab itu keluarkan suara dari mulut maka semakin
mereka menjadi. Laras rasakan tali BH- Laras terlepas dan BH-nya mengendor.
Entah siapa yang melakukannya. Gadis berjilbab itu merasakan tangan Markus
mendekap dadanya secara langsung. “mmhhhh…,” Laras rasakan. Dada Laras
diremas-remas lagi dan kemudian kedua puting Laras dimainkan oleh Markus.
Nikmat yang membuat gadis berjilbab itu terasa melayang2 diudara.
Malam itu udara dingin menyapu sampai lantai tiga kampus
islam itu, masuk melalui jendela yang terbuka menuju ruangan BEM. Terlihat tiga
sosok yang sedang duduk dibawah sinar ampu bohlam yang temaram. Malam yang
dingin tidak mereka rasakan.
Laras adalah seorang perempuan diantara Anto dan Markus, dua
orang laki2 yang mengapitnya. Seorang gadis alim aktifis BEM dikampusnya,
berparas cantik, kulit putih dan tubuh montok yang selalu tertutup oleh jilbab
lebar dan pakaian muslimah yang longgar dan santun. Matanya yang indah dah
lentik nampak sayu, tak kuasa menahan gejolak rasa yang sedang ia rasakan, dari
sentuhan2 dua orang laki2 yang mengapitnya. Gadis alim itu tak kuasa melawan
gejolak yang diakibatkan sentuhan2 dua orang laki2 dikiri dan kanannya.
Bibirnya yang tipis sedikit terbuka, mendesahkan rintihan-rintihan birahi, dan
sedikit kata2 penolakan yang tak berarti. Sang dara berjilbab itu sudah hanyut
dalam permainan dua laki2 kotor yang berbafsu padanya.
Malam itu, Laras sang gadis alim yang santun itu sebenarnya
mendapat undangan rapat mendadak persiapan mahasiswa baru di kampusnya, namun
saat ia sampai di kAntor BEM, ternyata disana hanya ada Anto, sang ketua BEM,
dan Markus, si pejantan kampus dari Irian, yang tahun ini bertugas menjadi
ketua keamanan kampus. “lainnya mana pak Anto? Mas kholid? Mbak Sari? Mbak
Yulia?” tanya Laras pada Anto. “Mereka ijin nggak bisa datang. Ada acara.” Kata
Anto. Laras hanya mengangguk2 percaya. Bagaimana tidak, Anto, ketua BEM itu
sudah sangat lama menjadi seorang yang Laras idamkan. Ketampanan dan kedewasaan
Anto yang membuat Laras menaruh hati padanya. Anto bukannya tidak tahu hal itu,
tapi tanpa sepengetahuan Laras, Anto sesungguhnya adalah seorang playboy yang
sangat handal. Sudah banyak wanita baik yang menjadi korban sang ketua BEM itu,
dari yang anak gaul sampai anak rohis jang berjilbab besar di kampus nya. Dan
target Anto selanjutnya adalah Laras. undangan rapat itu juga sebenarnya hanya
akal2an Anto dan Markus, karena yang diundang sebenarnya hanya Laras.
Rapat yang terjadi ternyata menyita waktu 3 jam, sampai
sekitar pukul 10 malam. Diluar gedung, butir2 besar air hujan mengucur deras
membasahi bumi. Setelah rapat selesai, belum ada tanda2 hujan akan reda. Laras
hendak nekat pulang dibawah guyuran hujan deras, namun dengan lembut Anto
menahannya dan memintanya untuk menunggu barang sebentar lagi. Gadis alim itu
termakan rayuan Anto, dan menyetujuinya.
Beberapa saat kemudian, dua insan itu sudah terlibat percakapan
yang hangat. Mereka tidak mengetahui Markus yang keluar. Saat2 berlalu,
percakapan kedua insan berlainan jenis itu semakin menuju kearah BEMbicaraan
pribadi, dan Laras, sang gadis alim yang lugu semakin larut kedalam rayuan
hebat Anto, ketua BEM yang playboy itu. Pipi mulus Laras sedikit2 terlihat
merona merah karena rayuan Markus. Bibir indahnyapun sedikit2 tersenyum simpul,
tertipu malu. Perlahan tangan Anto mendekat ke Laras, dan dengan lembut meraih
tangan Laras. Laras sedikit terkejut, namun gadis alim itu tidak menarik
tangannya. Ia hanya tersipu malu.
“aku mau jujur sama dik Laras… aku sayang sama dik Laras…”
kata Anto. Tangannya menggenggam erat dan meremas2 tangan Laras. Laras terdiam.
Wajahnya merah padam karena malu. Tapi saat itu Markus datang. Laras salah
tingkah dan hendak melepaskan genggaman tangannya dari tangan Anto, namun Anto
melarangnya. Senyum menenangkan dari Anto membuat gadis lugu yang alim itu
tenang. Markus mendekati mereka beredua dan memberikan dua gelas susu panas.
“untuk teman dingin2.” Kata Markus. Segera Anto menerima gelas berisi susu yang
diberikan Marku padanya,s ementara Laras menerima yang satu lagi. Setelah
senyum2 sedikit dengan Anto, Markus segera menjauh dari Laras dan Anto, duduk
disudut ruangan, dan membuka laptopnya. Laras dan Anto meneruskan perbincangan
mesra mereka. Posisi duduk mereka semakin dekat satu sama lain, didepan
komputer milik BEM.
Tak lama, Laras merasakan tubuhnya agak panas, dan kepalanya
terasa ringan. Gadis lugu itu tak tahu apa yang terjadi, namun yang pasti, ia
merasakan didalam tubuhnys eolah ada sedikit gejolak2 yang aneh dan belum
pernah ia rasakan, namun ia coba menafikkannya, karena ia mengira rasa itu
hanya dari dalam dirinya saja. Ternyata, tanpa sepengetahuan Laras, Markus
telah memberi obat perangsang pada minuman susu yang Laras minum. Obat itu
tidak terlalu keras, namun sang peminumnya pasti tak bisa menolak gairah2 seks
yang terjadi.
Tanpa terasa, posisi duduk Laras sudah sangat dekat dengan
Anto, dan tanpa Laras sadari, tangan Anto sudah merentang dan merangkul Laras
lembut. Gadis alim itu tak mampu menolak, karena gairah yang ia rasakan terus
meninggi, dan ditambah perasaan cintanya pada Anto. “aku ingin cium kamu…”
bisik Anto lembut. Wajah Laras terlihat kembali memerah. Laras hanya bisa
menggeleng pelan. Untuk mengatakan “tidak”, ia tak mampu, karena perasaannya
pada Anto menginginkannya. Walaupun Laras menggeleng namun Anto tetap
mendekatkan bibirnya ke pipi Laras. Laras berusaha mengelak dengan halus, namun
Anto tetap terus maju, sampai akhirnya bersentuhanlah bibir Anto dan pipi mulus
Laras. Laras hanya bisa mendesah lirih. Setelah berhasil mencium untuk pertama
kalinya, ciuman kedua tidak mengalami halangan yang berarti. Bahkan di ciuman
ketiga, Laras memejamkan matanya. Gadis berjilbab lebar itu tak mampu menahan
gejolak birahinya yang semakin meninggi.
Dan jadilah, seorang gadis alim yang memakai jilbab lebar,
sedah merintih dan mendesah dirangsang oleh sang ketua BEM. Sementara Anto
terus menciumi Laras yang masih terus mendesah, Markus mendekat dan mengambil
posisi disisi Laras yang lain. Anto, yang merangkul dan menciumi pipi gadis
alim itu, kini mulai mengulurkan tangan yang satu lagi untuk mengusap2 paha
Laras yang masih tertutup rok panjang. Terdengar desahan Laras semakin kencang
saat tangan kiri Anto naik sampai atas, ke pangkal paha Laras, sang gadis
berjilbab yang sedang birahi.
Tangan Anto tak sampai ditiu. Ia menaikkan tangannya keatas,
mengusap2 daerah dada Laras. Gadis alim itu merasakan ngilu dan nikmat di puting
Laras , dan membuat Laras merintih semakin kencang. Kemudian, “Antooo…
janganmmhh…,” Laras merintih semakin kencang. “enak ya ras? Mau yang lebih enak
lagi?” perlahan Markus menarik Laras dan perlahan Anto melepaskan gadis alim
yang cantik itu. Markus memeluk Laras , tangannya Laras rasakan menyentuh dada
Laras dan mengusap-usapnya lalu meremas-remas buah dada gadis berjilbab itu
dari luar baju longgar dan jilbabnya.
Sesaat Laras terdiam menahan nafas dan agak terkaget dengan
sentuhan Markus. Gadis alim itu merasakan putingnya mengeras dan menegang
membuat aliran darah Laras terangsang keseluruh tubuh. Rasanya ngilu dan nikmat
membuat seluruh tubuh gadis alim yang cantik itu merinding dan lemas. Perlahan
mengalir ketonjolan didekat saluran kencingnya. Kemudian Laras rasakan bibir
memek dan anus Laras berdenyut-denyut. Gadis alim yang berjilbab besar itu
sedang terangsang hebat. Untung Markus tak menyentuh selangkangan Laras.
“jangan too… kuusss…!” ucap Laras sambil kedua tangan Laras dengan lemah berusaha
melepaskan kedua tangan Markus dari dada Laras. Walaupun sebenarnya gadis alim
itu mulai menikmatinya, namun harga dirinya mengatakan tidak. Tiba2 gadis alim
itu merasakan sebuah bibir mencium kupingnya dari luar jilbab merah yang ia
kenakan. Mata Laras melirik ke arah wajah tersebut dan terlihat sekilas wajah
Anto. Sesaat Laras terdiam kembali. Nikmat di dalam darah gadis alim itu
mengalir kembali. Bibir Anto kemudian melumat daun telinga sang gadis alim yang
sedang dilanda gejolak birahi itu dari luar jilbab merahnya. Laras rasakan
nikmat dan lembut mulut Anto dan membuat Laras tidak dapat mengelak dan
menolak. “Ehhhmmmhhh….” hanya itu yang bisa Laras desahkan. Dagu Laras
terangkat tinggi. Gadis berjilbab lebar itu merasakan putingnya mengeras dan menegang
menjadi sensitif. Laras rasakan ngilu dan nikmat di putingnya.
Tampaknya Markus tak mau kalah. Segera tangannya kembali
meremas-remas dada Laras. Perlahan mulut Markus mendekat dan melumat bibir
gadis alim itu. Lidahnya menjilati semua yang ada di mulut Laras. Laras hanya
bisa terdiam tak bergerak, Laras rasakan pikiran Laras melayang jauh. Birahi
gadis alim itu mengalir di dalam darahnya. Tubuh Laras semakin sensitif dan
haus akan sentuhan. Terlintas di pikiran Laras berharap mendapatkan yang lebih lagi.
Gadis alim berjilbab itu merasakan buaian tangan Anto di pahanya sehingga
membuat daerah sensitif di selangkangan Laras semakin menjadi. Laras rasakan
rok Laras perlahan diangkat Anto. Tangan Anto dengan lembut mengelus-elus paha
putih montok gadis alim berjilbab itu dari daerah paha luar, dalam dan sampai
di belahan selangkangan Laras. Tubuh Laras bergetar hebat, dan menggelinjang.
Tak beberapa lama, diiringi rangsangan2 Anto dan Markus, Tubuh Laras
menghentak2 hebat selama beberapa detik dan langsung lunglai. Desahan panjang
keluar dari mulut Laras. Gadis alim yang berjlbab dan selalu santun itu
mendapat orgasmenya yang pertama kali dalam hidupnya. Kedua pemerkosanya
tersenyum karena melihat sang korban sudah jatuh ketangan mereka.
Beberapa saat kemudia Anto menghentikan kegiatannya dan
berdiri, begitu juga Markus. “jangan disini to, ntar ada yang liat. Kita bawa
ke tangga yang pernah kita pake buat ngerjain Silvi aja.” Kata Markus.
Ternyata, Markus dan Anto juga pernah melakukan hal yang sedang mereka lakukan
pada Laras pada Silvi, seorang gadis lugu yang juga berjilbab besar teman
Laras. Segera mereka berdua menuntun Laras yang sudah lunglai tak berdaya
keluar dari ruang BEM, menuju tangga. Tangga itu sudah tak pernah dipakai,
karena penerangan yang minim juga lantai dan temboknya yang rusak. Biasanya
para mahasiswa memakai tangga besar di sayap utara gedung atau lift yang ada
ditengah gedung. Tangga ini tak pernah dipakai disiang hari, apalagi di malam
hari. Mereka bertiga segera menuruni tangga dan berhenti diantara lantai tiga
dan dua, dimana ada bagian datar yang besar.
Selesai turun tangga ternyata Markus langsung memeluk Laras.
Kedua tangannya menggerayangi buah dada Laras. Gadis alim itu merasakan
putingnya menegang ngilu yang nikmat. Birahi mengalir dalam darahnya membuat ia
semakin terangsang. Kemudian mereka bertiga duduk dilantai, dengan Anto dikiri
dan Markus dikanan Laras. Dan tak lama kemudian tubuh Laras kali ini dirangkul
oleh Anto. Tangannya mengelus dan meraba paha Laras , kemudian perlahan
menyusup di rok gadis berjilbab itu. Tak lama kemudian celana dalam gadis alim
itu yang membentuk belahan kemaluannya terlihat jelas, telah basah oleh cairan
orgasmenya. Tangan Anto bergerak dari bagian paha luar, dalam, dan selangkangan
Laras. Terasa bibir memek gadis berjilbab itu berdenyut dan sensitif. Rintihan
gadis itu kembali terdengar. Jelas sekali sang gadis alim yang cantik itu
sedang terangsang.
“Laras… Paha kamu mulus… putih… Kulit kamu lembut…,” sahut
Anto dengan kedua tangan yang menikmati tubuh Laras. Sesaat kemudian gadis alim
itu merasakan tangan Markus mendekap salah satu buah dadanya yang sedang
terangsang. Sesaat nafasnya tertahan. Ia merasakan nikmat di dadanya. Puting
Laras sedang dialiri darah birahi. Perlahan dagu Laras terangkat tinggi. Nafas
gadis alim itu memburu.
Tampaknya Markus dan Anto tahu bila gadis cantik berjilbab
besar itu sudah terangsang hebat. Tanpa basa basi lagi mereka melakukan
permainan selanjutnya. Perlahan tangan Markus yang mendekap dada Laras turun
dan menyusup kedalam kemeja longgar yang dikenakan Laras. Gadis berjilbab yang
cantik itu merasakan tangan Markus menyentuh Kulit perutnya yang mulus dan
menyusup sampai mendekap dada montok mulusnya yang tertutup BH dan kemudian
meremas-remasnya. Dagu Laras terangkat tinggi. Matanya yang sayu menatap bohlam
5 watt yang membuat tempat itu etrlihat temaram. Kemudian bibir Markus Laras
rasakan mengecup dan mencuimi leher Laras yang masih tertutup jilbab. Mata
Laras terpejam. Gadis alim berjilbab besar itu menggigit lembut bibir bawahnya,
berusaha menahan gejolak nikmat birahi yang seharusnya terlarang baginya.
“Oouuuhhhh..” dengan pelan desahan itu keluar dari mulut
Laras. Semakin gadis berjilbab itu keluarkan suara dari mulut maka semakin
mereka menjadi. Laras rasakan tali BH- Laras terlepas dan BH-nya mengendor.
Entah siapa yang melakukannya. Gadis berjilbab itu merasakan tangan Markus
mendekap dadanya secara langsung. “mmhhhh…,” Laras rasakan. Dada Laras
diremas-remas lagi dan kemudian kedua puting Laras dimainkan oleh Markus.
Nikmat yang membuat gadis berjilbab itu terasa melayang2 diudara.
Perlahan kemeja Laras dibuka dan kemudian BHnya. Udara pun
menyentuh puting Laras langsung dan merangsang tubuh Laras. Celana dalam Laras
dibuka Anto. Kaos dan BH-Laras dilepas Markus. Rok Laras tidak ketinggalan.
Baju muslim yang menyelimuti tubuh putih montok sang dara alim berjilbab itu
berserakan disekeliling mereka.
Akhirnya tiada sehelai kainpun di tubuh gadis berjilbab itu,
kecuali jilbab besar yang ujung2nya disampirkan ke pundak Laras, kaos kaki
putih selutut dan sepatu yang masih terpakai. Ternyata jilbab dang sepatu serta
kaos kaki itu memberi sensasi tersendiri pada gairah seks Markus dan Anto.
Laras, gadis alim itu kini hanya bisa mendesah2 pasrah menerima rangsangan dari
kedua pemerkosanya, seorang preman kampus dari daerah timur Indonesia dan
seorang yang disukainya.
Perlahan tangan Anto membuat kaki Laras mengangkang lebar.
Rasanya buaian angin merangsang paha dalam dan daerah kemaluan gadis berjilbab
itu. Tiba2 gadis alim itu merasakan bibir Anto menyentuh dan mengecup bibir
memeknya. Dagu Laras terus terangkat tinggi dan dada Laras reflek membusung
seakan menyodorkan diri. Mata gadis berjilbab itu terpejam erat. Gadis alim itu
merasakan seperti ada setrum yang mengalir dari bibir memek ke seluruh tubuh.
“Oouuhhhh…” dengan panjang Laras ucapkan. Laras rasakan
tangan Markus meremas dada Laras dan memainkan puting Laras. Ah, dua titik
sensitif Laras terangsang. Dengan reflek dada montok gadis berjilbab itu membusung
sesampai-sampainya. Tampaknya Markus tidak diam melihat Laras begini. Segera ia
menghisap salah satu puting Laras. Sekarang ketiga titik sensitif Laras
terangsang. Gadis berjilbab itu merasakan jari-jari Anto perlahan masuk ke
liang memeknya. Lalu keluar lagi dan akhirnya keluar masuk dengan cepat dan
serakah. Awalnya Laras memekik karena merasakan sakit yang sangat, namun
sejenak kemudian Laras rasakan kenikmatan yang sangat, yang membuat birahi
Laras melayang dan terangsang membuat Laras pasrah dan menikmati cara mereka
yang sedang menikmati tubuh putih mulusnya. Gadis alim itu mearasakan
kemaluannya basah kuyub. Terlihat banyak cairan cinta keluar dari memek sang
gadis alim itu, bersama darah keperawanannya. Anusnya juga terkena air yang
mengalir. Tampaknya Anto mengetahui hal ini. Perlahan salah satu jarinya masuk
ke anus gadis berjilbab itu. Semakin lama anus gadis berjilbab itu licin dan
jari Anto dapat keluar masuk mudah. Akhirnya jari-jari Anto keluar masuk
dikedua liang tubuh Laras. Jilbab yang masih ia kenakan basah kuyub oleh
keringat. Bibir Anto menikmati daerah pinggang dan perut Laras. Seperti listrik
mengalir dalam darah gadis alim itu dan juga daerah daerah tubuhnya yang mereka
sentuh. Tak beberapa lama gadis alim itu kembali meraih orgasmenya yang kedua,
lalu ketiga. Tubuh montoknya yang putih terlonjak2 menahan birahi yang meledak2
dalam tubuhnya. Mulutnya memekik-mekik keras dan erotis. Sang gadis alim
berjilbab, dara di kampus itu telah dikuasai oleh seks dan birahi.
Akhirnya Laras terbaring lemas saat ia lihat Anto melepaskan
celananya. Laras lihat kontolnya terhunus dan ia tujukan ke liang memek Laras.
Gadis alim itu merasakan sentuhan milik Anto di bibir memeknya. Perlahan-lahan
masuk. Dagu dan dada gadis berjilbab besar itu terangkat tinggi, merasakan
benda hangat, besar dan keras itu masuk menyeruak memenuhi liang memeknya.
“Auuughhh!!!!” Laras memekik keras sambil akhirnya milik Anto menancap dalam di
liang memek Laras. Kemudian ia keluar-masukkan. Gadis berjilbab itu merasakan gesekan
milik Anto keluar masuk. Nikmat rasanya sampai-sampai anus gadis alim itu
berdenyut-denyut. Mata Laras setengah terpejam dan kadang-kadang tubuh Laras
ikut bergoyang karena tak tahan merasakan nikmat. Mulutnya mendesah dan
merintih penuh kenikmatan. Gadis berjilbab itu sudah terbuai sepenuhnya oleh
kenikmatan terlarang. Sekilas terlihat Markus melepaskan celananya. Gadis
berjilbab itu melihat milik Markus yang lalu oleh Markus langsung ditempelkan
ke mulut Laras. Perlahan kontolnya dimasukkan ke dalam mulut Laras, dan
langsung disodok2kan keluar masuk. Saking bersemangatnya Markus, sampai sering
gadis berjilbab itu tersedak2 oleh kontol Markus yang hitam dan besar.
Beberapa saat kemudian Anto memutar posisi Laras jadi
mengungging. Dengan begini Markus dapat dengan mudah memperkosa mulut gadis
alim itu dengan kontolnya hitam besarnya yang terhunus. Perlahan Laras rasakan
kenikmatan yang berbeda. Milik Anto perlahan ia cabut dari liang memek gadis
alim itu dan kemudian Anto hunuskan ke anusnya yang terasa berdenyut-denyut
nikmat. Perlahan ia masukkan ke anus Laras yang sudah terangsang, basah dan
longgar karena jemarinya. Tidak bisa masuks ecara cepat karena besarnya kontol
Anto dan sempitnya anus Laras, namun akhirnya tertancap dalam juga dan segera
Anto mengeluar masukkan dengan pelan. Laras memekik2mekik antara sakit dan
nikmat. Karena sudah licin maka ia keluar-masukkan dengan cepat dan akhirnya
menyembur cairan di liang anus Laras, berbarengan dengan gadis berjilbab itu
mencapai orgasmenya yang ketiga, juga dengan melonjak2. Lantai dibawah mereka
semakin becek oleh permainan mereka bertiga.
“Ouuhh…” Laras ucapkan sambil menikmati semburan yang Anto
keluarkan. Setelah itu Anto mendiamkan kontolnya diam tertancap. Sesaat
kemudian ia mainkan lagi. Anus Laras sangat licin karena cairannya. Kadang ia
keluarkan dulu dan kemudian dia tancapkan lagi. Tampaknya ia sengaja. Karena
pada setiap tancapan, gadis berjilbab itu mendesah karena merasakan nikmat.
Beberapa saat kemudian Laras rasakan banyak cairan yang menyembur
dari milik Markusmemenuhi mulutnya. Markus segera mencengkeram kepala Laras yag
masih terbalut jilbab sembari membentak sang gadis berjilbab itu untuk menelan
semua spermanya. Laras dengan susah paya menelan cairan sperma itu, namun
karena saking banyaknya, cairan sperma Markus meluber sampai keluar dan
membasahi dagu sampai ke jilbab Laras, bahkan menetes ke lantai. Setelah habis,
Markus melepaskan kontolnya dari mulut Laras, dan gadis berjilbab itu langsung
terbatuk dan muntah2. Markus dan Anto tertawa melihatnya. Anto kemudian menarik
pundak Laras. Sehingga ia dapat memeluk Laras dari belakang. Tangannya
meraba-raba dada Laras.
Gadis berjilbab itu merasakan Anto berdiri dan Laras
tergantung di kontolnya yang menancap. Dari depan Laras lihat Markus ikut
berdiri dan menghampiri Laras lagilalu langsung menancapkan kontolnya ke liang
memek Laras. Gadis berjilbab itu merasakan kenikmatan tiada tara, merasakan
kedua liangnya mereka penuhi dengan kontol besar hitam mereka. Dan akhirnya
setelah genjotan demi genjotan, mereka sama-sama sampai puncak dan puas. Laras
terbarih lemas dilantai, saat kedua pemerkosanya membenahi pakaian mereka.
Tak lama mereka segera membawa Laras naik kembali ke lantai
tiga, lalu membawanya ke kamar mandi untuk membersihkan badannya yang basah
kuyup oleh cairan cinta. Didalam kamar mandi kembali Laras digilir oleh mereka.
Diantara genjotan2 yang gadis alim itu rasakan, ia tahu itu bukanlah terakhir
ia diperkosa oleh kedua laki2 itu, namun ia sudah tak bisa berbuat apa2, dan hanya
bisa pasrah, bahkan terhanyut dalam kenikmatan terlarang itu. Kembali cairan
orgasmenya menyemprot-nyemprot keluar ketikagadis alim yang cantik dan
berjilbab lebar itu orgasme untuk yang kesekian kalinya.
#######################################
“Auuwww.. Mas.. sakiitt” jerit Jannah.
“udaah…udah Maaassss…” air matanya mulai mengalir. Walaupun
Jannah sudah tidak perawan karena keperawanannya sudah direnggut oleh William
diperpustakaan kampus beberapa hari yang lalu, namun kontol William yang besar
serta sodokan William yang kasar tetap menyakitinya.
“Rileks Nah…. supaya enak nanti” bujuk William, sambil terus
menekan lebih dalam lagi.
Suatu hari setelah
terjadinya perkosaan itu, Laras masih terus teringat. Bukan takut yang ia
rasakan, namun rasa ingin mengulanginya lagi, walaupun tak pernah ia
mengungkapkannya. Ia tahu, itu akan membuat harga dirinya hancur. Namun saat ia
mengingat kontol2 besar Markus dan Anto dan menusuk2 dua lubangnya, seringkali
memeknya terasa basah. Gadis alim yang lugu itu ternyata sudah mulai kecanduan
kontol.
Disebuah sore, saat Laras baru berjalan pulang keluar dari
kampus islam tempatnya kuliah, tiba2 dari belakang sebuah mobil escudo
memepoetnya. Ada satu orang yang keluar darinya, dan ternyata itu Markus!
Langsung bayangan perkosaan yang pernah terjadi teringat dibenak Laras.
Kenikmatan kontol besar Markus yang menyodok2 memek dan lubang anusnya juga
ikut terbayang.
“hai, mbak Laras…
ikut camping yuk!” kata Markus langsung. Laras menundukkan pandangannya antara
malu, takut dan khawatir birahinya yang tersulut disadari oleh Markus. Segera
dia menggelengkan kepala. “maaf mas Markus … saya mau pulang… banyak kerjaan di
kost…” kata gadis alim itu dengan suara yang mendayu, terdengar seperti pasrah
ditelinga Markus.
“cuman sampai besok
mbak… besok kan sabtu, gak ada kuliah…” kata Markus. “bareng2 sama teman2ku
kok…” kata Markus lagi. “ada ceweknya juga kok. Kalo gak mau ntar kampus heboh
lhoo…” kata Markus sambil menyeringai. Laras, gadis alim itu terkesiap. Gadis
berjilbab itu menyadari Markus sedang mengancamnya, dan pasti berhubungan
dengan perkosaan yang ia alami dulu. Jangan2 Markus punya foto2 saat dia
diperkosa. Dengan pucat pasi Laras mengangguk pelan.
“nhaaa… gitu donk!”
kata Markus. Akhirnya Laras dengan setengah hati ikut mereka, tanpa pulang ke
kost dulu. “pake baju gitu aja sudah cakep kok!” kata Markus. Laras yang
memakai baju biru langit, rok hitam dan jilbab besar yang berwarna biru langit
juga memang terlihat cantik sekali.
Didalam mobil, Laras
berkenalan dengan teman Markus. Ada Robert, rekan Markus sesuku, yang nampak
lebih hitam dan lebih gahar dengan tubuh tinggi kekar. Lalu ada William, yang
mengaku dari Maluku, dan seorang wanita yang juga berjilbab besar, yang bernama
Jannah. Jannah adalah seorang mahasiswi yang etrlihat pemalu, dengan wajah yang
ayu. tubuhnya yang walaupun selalu dibalut baju terusan yang longgar, namun
samar2 masih menampakkan kemontokannya. wajahnya yang dibalut jilbab lebar
coklat tua terlihat putih dan cantik, walaupun ada beberapa noda bekas jerawat
dipipinya yang putih dan agaks edikit tembam. Laras yang mengetahui bahwa
Jannah adalah seorang mahasiswi semester tiga yang sangat alim dan pemalu juga
pendiam dikampusnya heran, mengapa dia bisa bersahabat dengan Markus dan
kawan2nya. Namun Laras tak mampu bertanya2 apa2, karena dia duduk didepan
disamping Markus yang menyetir mobil, sementara Jannah ada di belakang, diapit
Robert dan William. Ketika mobil berjalan, Laras menyadari ada gelagat buruk.
iA tahu dia akan kembali diperkosa oleh orang2 dari luar jawa ini. Terlebih,
nampaknya Jannah juga salah satu dari korban mereka.
Mobil berhenti didepans ebuah rumah gubug yang jauh dari
peukiman. Seseorang tua keluar dari gubug dan menyambut Markus dan teman2nya.
“barang baru ya bos? Masih seger2…” kata orang tua itu pada Markus pelan, namun
terdengar oleh Laras yang kebetulan ada dibelakang Markus. “Markus terlihat
menyeringai. “legit-legit semua… lugu-lugu.” Kata Markus. Setelah memarkir
mobil dibelakang gubug itu, segera rombongan itu tanpa disertai sang orang tua
yang menjaga tempat parkiran itu berjalan menembus hutan. Sekitar 30 menit
berjalan, akhirnya sampailah mereka disebuah tanah yang agak lapang ditengah
hutan, dimana segera Robert dan teman2nya mendirikan tenda. Laras memberanikan
diri untuk meminta tendanya dan Jannah diletakkan agak jauh dari tenda Markus
dan kawan2nya, dan sambil menyeringai lagi si Markus mengangguk. Saat itu waktu
menunjukkan pukul 1920.
Laras dan Jannah, sepasang gadis berjilbab itu hanya bisa
duduk bersama ketiga orang dari daerah timur indonesia itu mengelilingi api
unggun. Mereka berdua hanya diam, dan terkadang menjawab pertanyaan ketiga
orang laki2 itu. Sementara itu markus, robert dan William sepertinya sangat menikmati
malam itu, camping dengan dua dara cantik berjilbab, ditemani gitar dan
beberapa botol minuman keras. Laras tidak melihat gelagat buruk dari ketiga
laki2 itu, namun firasat Laras mengatakan bahwa perbuatan itu akan segera
terjadi.
“Mbak, bisa antarkan aku sebentar? Aku pingin pipis…” bisik
Jannah ditelinga Laras. “pipis dimana? Disini gak ada kamar mandi…” kata gadis
berjilbab itu. “ada apa? Gak usah kasak-kusuk, ngomong aja sama kita2…” kata
William yang melihat bisik-bisik kami. “anu mas Mas… kebelet pipis…” kata
Jannah. “pipis beneran apa pipis enak?” tanya robert nakal, langsung disambut
gelak tawa kegita lelaki itu, dan rona merah padam diwajah Jannah sang gadis
berjilbab montok itu.
“terserah mau pipis beneran apa pipis enak, tapi harus kerumahnya
pak penjaga tempat ini.. jalannya jauh…” kata William, masih cekikikan.
“gak papa… biar saya sama mbak Laras saja…” kata Jannah.
“jangan!” kata Masian langsung, seolah takut kami melarikan
diri. “bahaya! Biar aku yang nganterin kamu, Nah. Laras, kamu disini aja…”
segera mereka berdua pergi. Sebelum pergi, Laras melihat Jannah menatap padanya
dengan tatapan takut dan khawatir.
Lima menit berlalu, Laras tak mamu menahan perasaannya. “aku
juga mau nyusul mereka. Permisi sebentar.” Katanya pada Markus dan Robert yang
langsung bengong. Segera Gadis montok berjilbab itu menyusuri jalan setapak
membelah hutand engan senter robert yang tergeletak didekat api unggun. Belum
ada 50 meter ia berjalan, ia melihat dikiri jalan ada cahaya. Ternyata cahaya
lampu badai yang tadi dibawa William. Segera Laras terkejut dengan apa yang ia
lihat. Ia melihat Jannah, sang gadis berjilbab lebar dan berpayudara besar tadi
sedang digeluti oleh William si pemuda hitam dari maluku, dengan bersandar
dibawah pohon. Lampu badai diletakkan didahan diatas mereka, mampu memberi
cahaya remang yang erotis.
Terlihat William menggeluti Jannah. Jannah memberikan
meronta2 dan mengerang2 namun rontaan dan erangannya tak mampu mengimbangi
kekuatan Jong Ambon yang kekar itu. Akhirnya rontaan gadis berjilbab itu tak
lebih dari sekedar formalitas agar ia tidak dikira menikmati. lidah William
menjalar bagai bagai ular menjilati semua bagian wajah gadis alim itu yang
memang putih dan cantik. Bibirnya mengecup semua bagian wajah Dahia. Erangan
tanda penolakan Jannah segera berubah menjadi desahan2 tanggung, menolak namun
juga seakan tak kuasa menahan birahinya. sementara itu tangan William menyusup
kebalik jilbab gadis alim itu, membuka kancing baju terusannya dan langsung
masuk kedalamnya, meremas-remas payudara montok Jannah, yang menyebabkan gadis
berjilbab itu mendesah-desah semakin keras. suaranya desahannya terdengar
sangat sensual. Sang gadis alim yang berwajah lugu itu telah terhanyut gelora
birahi,.
William menyibakkan jilbab Jannah dan dililitkannya ke leher
gadis alim itu, mempertontonkan buah dadanya yang montok, keluar dari baju
terusannya yang telah terbuka kancingnya. BH yang ia gunakan juga sudah
melorot, sehingga putihnya kulih buah dada itu dan putingnya yang merah jambu
juga turut terlihat. Segera William membungkuk. Mulutnya mencaplok buah dada
sang gadis alim yang sudah terhanyut gelombang birahi itu. Lidahnya menjalar
dan meliuk-liuk di putting merah jambu gadis berjilbab itu, menghisap dan
meremas-remas payudara Jannah. Setelah itu tangannya mulai merayap kebawah,
mengelus-elus bagian sensitif Jannah yang masih tertutup celana dalam dan baju
terusan itu. William pelan2 menaikkan bagian bawah baju terusan Jannah, lalu
setelah tersibak, ia berusaha membuka penutup terakhir sang gadis alim itu,
tapi ketika jari2 besar William menyentuh celana dalam Jannah, seakan Jannah
sadar dari birahinya dan langsung meronta keras
“Jangan Mas” tolak Jannah.
“Kenapa Nah, kemarin
kamu keenakan…” tanya William.
“Jannah takut… jangan
mas… ini dosa…”
“Ntar kalo dah
keenakan lu bakalan lupa, cantik…” bujuk William.
“Jannah nggak mau..”
Jannah memelas. Matanya berkaca2.
“Mas pelan2, kamu
bakalan enak…” lanjut William membujuk
Gadis berjilbab itu
diam. Kepalanya menggeleng.
“Kamu rileks aja
ya…”, kata William sambil menciumi pipi dan bibir Jannah, sembari kembali
meremasi buah dada montok sang gadis berjilbab itu. Mata Jannah kembali
setengah tertutup. Birahi kembali menghinggapinya.
William tidak membuang-buang waktu, ia membungkuk dan
kembali menikmati bukit kenikmatan Jannah yang indah itu, menyedot2 dan
menggigit-gigit putingnya. Gadis berjilbab itu menggelinjang. perlahan mulutnya
merayap makin kebawah.. kebawah.. dan kebawah. Ia mengecup-ngecup gundukan
diantara paha sekaligus menarik turun celana dalam putih berenda Jannah yang
sudah basah kuyub. Dengan hati-hati William membuka kedua paha putih montok
Jannah dan mulai mengecup kewanitaannya disertai jilatan-jilatan. Tubuh montok
gadis alim yangs elalu memakai jilbab lebar dan baju terusan itu bergetar
merasakan lidah William. Kepalanya yang masih terbalut jilbab terdongak keatas.
Tubuhnya kembali menggelinjang. Gadis alim berjilbab itu terus bergetar,
berdiri bersandar sebuah pohon dengan jilbab yang tersibak, buah dada montok
yang menggantung keluar penuh air liur dan cupangan, dan seorang laki-laki yang
jongkok didepannya, menjilati dan mengorek2 memeknya dengan lidahnya. Desahan
dan erangan nikmat terdengar semakin menjadi2 dari mulut sang gads berjilbab.
“Agghh.. Mas.. jangaaannhh…oouugghh.. enakk.. Mas…aaiiihh…”
Mendengar desahan Jannah, William semakin menjadi-jadi, ia
bahkan menghisap-hisap kewanitaan gadis alim yang lugu itu, dan meremas-remas
payudaranya dengan liar. Hentakan-hentakan birahi sepertinya telah menguasai
Jannah, tubuh gadis berjilbab itu menggelinjang keras disertai desahan dan
erangan yang tidak berkeputusan, tangannya kirinya mengusap-usap dan
menarik-narik rambut William, seakan tidak ingin melepaskan kenikmatan yang ia
rasakan, sementara tangan kanannya mulai meremas-remas buah dada montoknya
sendiri, dan merangsang putingnya.
Jannah semakin membuka lebar kedua kakinya agar memudahkan
mulut William melahap kewanitaannya. Kepala gadis berjilbab itu mengeleng
kekiri-kekanan, tangannya menggapai-gapai keatas, lalu mencengkeram erat pohon
yang menjadi tempat bersandarnya. Mata sang gadis alim berjilbab itu terbalik
dan hanya terlihat putihnya saja. Jannah sudah tenggelam dan setiap detik
belalu semakin dalam ia menuju ke dasar lautan birahi. William yang sudah yakin
rangsangannya berhasil, tahu persis apa yang harus dilakukan selanjutnya. Ia segera membuka retsleting celana jeansnya,
dan langsung memelorotkannya bersama celana dalamnya. Terlihat Kontol William
yang besar dan hitam sudah mengacung. Ia segera bangkit dari jongkoknya,
kembali menggeluti tubuh Jannah dengan berdiri. Jannah yang sudah terhanyut
dalam lautan birahi tak mampu lagi melawan nafsunya, dan menyambut rangsangan2
dari William. Kemaluan mereka saling beradu, menggesek, dan menekan-nekan.
Laras yang dari tadi terkesima melihat live show ditengah
hutan itu merasakan degup jantungnya berdetak kencang. bagian-bagian sensitif di tubuhnya mengeras.
Laras mulai terjangkit virus birahi mereka.
William kemudian dengan satu kakinya tanpa kesulitan
merenggangkan kaki Jannah. Pemuda maluku itu lalu memepet sang gadis berjilbab
di pohon tadi, memegang kejantannya, lalu
mengarahkan kejantanannya keselah-selah paha putih montok sang gadis
alim. “Jangan Mas… Jannah takuut…” sergah Jannah. Tapi etrasa penolakannya
tanpa tenaga apa2.
“Rileks Nah.. ntar
pasti enak.. nikmati aja..” bujuk William, sambil mengosok-gosok ujung penisnya
di kewanitaan gadis alim itu.
“Tapi.. Mas.. oohh..
aahh” protes Jannah tenggelam dalam desahannya sendiri.
“Nikmatin aja
Nah..kamu dulu juga keenakan, kan…” kata William sambil menyeringai.
“Ehh.. akkhh.. mpphh”
Jannah semakin mendesah
“Gitu Nah…. rileks..
nanti lebih enak lagi”
“He eh Mas.. eesshh”
“Enak kan, Nah….?”
“Ehh.. Maaaasssshh…”
Laras yang melihat
itu benar-benar ternganga dibuatnya. Tubuhnya terasa tidak nyaman. Birahi yang
ia rasakan semakin meninggi gara2 live show yang terjadi.
Tidak ada lagi protes apalagi penolakan hanya desahan
kenikmatan Jannah yang terdengar.
“Aku masukin ya
Nah..” pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban.
William langsung
menekan pinggulnya, ujung kejantanannya tenggelam dalam kewanitaan gadis alim
berjilbab lebar itu.
“Aakhh.. Mas..
eengghh” erang Jannah cukup keras, membuat bulu-bulu ditubuh Laras meremang
mendengarnya.
William lebih
merunduk lagi. Perlahan pinggulnya bergerak turun naik serta mulutnya dengan
rakus melumat payudara Jannah. Lidahnya kembali merangsang putting merah jambu
sang gadis berjilbab.
“Eeemmhhh…teruss..
Mas.. enaaakhh.. ohh.. isep yang kerasss..” Jannah meracau.
“Aku suka sekali
payudara kamu Nah…. mmhh”
“Isep
terussss…massshh…aaahhh…” secara refleks sang gadis nberjilbab itu menyorongkan
dadanya membuat William bertambah mudah melumatnya.
Bukan hanya Jannah yang terayun-ayun gelombang birahi, Laras
yang terus melihat semua dari balik belukar turut hanyut dibuatnya. Tanpa sadar
jemari Laras menyusup kebalik jilbabnya, mulai meremas-remas payudara dan
memainkan putingnya sendiri dari luar bajunya, membuat mata Laras
terpejam-pejam merasakan nikmatnya.
William tahu Jannah sudah pada situasi yang sangat birahi,
ia segera mencangkeram pinggul Jannah dengan kedua tangannya yang kekar seraya
terus melumat mulut dan menciumi seluruh bagian wajah gadis alim itu. Terlihat
William menekan pinggulnya lebih dalam dengan kasar. Laras menggelinjang
membayangkan bagaimana kejantanan William yang besar, tebal dan hitam melesak
masuk ke dalam rongga kenikmatan Jannah sang gadis berjilbab itu.
“Auuwww.. Mas..
sakiitt” jerit Jannah.
“udaah…udah
Maaassss…” air matanya mulai mengalir. Walaupun Jannah sudah tidak perawan
karena keperawanannya sudah direnggut oleh William diperpustakaan kampus
beberapa hari yang lalu, namun kontol William yang besar serta sodokan William
yang kasar tetap menyakitinya.
“Rileks Nah…. supaya
enak nanti” bujuk William, sambil terus menekan lebih dalam lagi.
“Sakit Mas..
pleasee.. jangan diterusin”
Terlambat.. seluruh
kejantanan William telah terbenam di dalam rongga kenikmatan Jannah. Beberapa
saat William tidak bergerak, masih sambil berdiri dan memepet Jannah di pohon,
ia mengecup-ngecup bibir dan seluruh wajah Jannah, dan turun ke payudara gadis
alim itu yang montok dan putih. Perlakuan William membuat birahi Jannah terusik
kembali, gadis lugu berjilbab itu mulai melenguh dan mendesah-desah, lama
kelamaan semakin menjadi-jadi. Tangan gadis alim itu merangkul leher William
dan meremas2 rambut William.
William memahami sekali keadaan Jannah, pinggulnya mulai
digerakan memutar perlahan sekali tapi mulutnya bertambah ganas melahap
gundukan daging gadis alim berjilbab itu yang dihiasi puting kecil
kemerah-merahan.
“Uhh.. ohh.. Mas”
desah kenikmatan Jannah, kakinya dibuka lebih melebar lagi.jilbabnya yang
tersingkap, basah oleh keringat, bajunya yang terbuka memamerkan buah dada yang
montok putih, dan bagian bawah yang tersingkap membuat segalanya semakin
erotis.
William tidak
menyia-nyiakan kesempatan ini dipercepat ritme gerakan pinggulnya.
“Agghh.. ohh.. enak
maass… terus Maaassss…” Jannah meracau merasakan kejantanan William yang
berputar-putar di kewanitaannya, kepalanya yang masih memakai jilbab tengadah
dengan mata terpejam, pinggulnya turut bergoyang. Merasakan gerakannya mendapat
respon William tidak ragu lagi untuk menarik-memasukan batang kemaluannya.
“Aaauugghh.. sshh..
Mas.. ohh.. Mas” gadis alim yang biasanya santun itu tak kuasa lagi menahan
luapan kenikmatan yang keluar begitu saja dari mulutnya. Mereka berdua
bersetubuh dengan berdiri, bersandar di pohon besar ditemani cahaya remang
lampu badai di malam buta. Desahan2 erotis mereka berdua mengisi hutan. Sang
gadis montok berjilbab itu kembali takluk oleh sang pemuda maluku berkontol
besar.
Pinggul William yang turun naik dan kaki Jannah yang terbuka
lebar membuat darah Laras yang sedang mengintip berdesir, menimbulkan
denyut-denyut di bagian sensitifnya.
Gadis berjilbab itu menyingkap rok panjangnya dengan tangan kiri dan
menyusupkannya kebalik CD. Tubuh sintal Laras bergetar begitu jari-jemari
lentiknya meraba-raba kewanitaannya.
“Ssshh.. sshh” desis
Laras tertahan manakala jari tengah gadis balim itu menyentuh bibir kemaluannya
sendiri yang sudah basah, sesaat ‘life show’ William dan Jannah terlupakan.
Kesadaran Laras kembali begitu mendengar pekikan Jannah.
“Adduuhh.. Mas..
nikmat sekalii” Gadis alim yang lugu itu terbuai dalam birahinya yang menggebu-gebu.
“enak kan Nahhh..
makanya gak usah munafik… ahh.. nikmati ajaahh..”
“Ssshh.. ahh.. ohh..
ennaak Mas”
“Punya kamu enaakk
sekalii Nah…. uugghh.. memek gadis berjilbab kayak mau emang legiithh..”
“Ohh.. Mas..
eennaaakkk.. sshh…” desah Jannah seraya memeluk William. Gadis lugu yang
berjilbab itu semakin agresif, pantatnya bergoyang mengikuti irama
hentakan-hentakan turun-naik pantat William.
“Enaak Nah…. terus
goyang.. uhh.. eenngghh..cewek jilbab ternyata doyan ngentothhh…” merasakan
goyangan Jannah William semakin mempercepat hujaman-hujaman kejantanannya.
“Ahh.. aahh.. Mas..
teruss.. mau keluaaarrhh…” pekik Jannah.
Semakin liar keduanya
bergumul, keringat kenikmatan membanjir menyelimuti tubuh mereka.
“Mas.. tekan lagii..
uuhh.. aku mau ke.. kelu.. aarrghh..ooouuugghhh….!!!” Gadis alim yang masih
ebrjilbab itu melenguh keras dan panjang. Ia sudah mencapai orgasmenya.
William menekan
pantatnya dalam-dalam dan tubuh Jannahpun mengejang. Gema erangan kenikmatan
Jannah memenuhi malam dan kemudian Jannah terkulai lemas.
William melepaskan tubuh montok Jannah, dan pelan-pelan
Jannah jatuh terduduk dibawah pohon itu. Nafasnya memburu, dari memeknya air
kenikmatannya mengalir deras. Sementara itu William yang belum mencapai puncak
kenikmatan nampaknya masih ingin meneruskan permainan.
Dari tempat Laras bersembunyi, terlihat kontol William yang
besar berkilat-kilat karena terbaluri cairan cinta milik Jannah. Pelan2 William
mengocok kontolnya sendiri dengan tangan kanan. Tangan kirinya menaikkan kaosnya
agar penisnya bisa semakin jelas terlihat. Segera ia mendekati Jannah, si gadis
berjilbab itu yang sedang terduduk bersimpuh, lemas karena baru saja meraih
orgasmenya.
“Sekarang Jannah emut punyaku.” kata William sambil
menyodorkan penisnya yang hitam ke wajah cantik gadis berjilbab itu dengan gaya
santai. Jannah menggelengkan kepalanya dengan ekspresi jijik melihat penis yang
besar dan legam itu, yang sudah basah oleh cairan cintanya sendiri.
“Jangan takut Nah, entar juga enak kok..” kata William masih
dengan gaya santai, seolah menyodorkan permen kepada anak kecil. Jannah kembali
meneteskan air mata menggeleng, hal itu membuat William tidak sabar,
dicengkeramnya kepala Jannah yang masih terbalut jilbab dan ditariknya sampai
wajahnya mendongak, lalu digesek-gesekkannya penisnya ke wajah Jannah. Gadis
alim itu pelan-pelan menurut, dibukanya mulut mungilnya dangan enggan, lalu
seperti menelan permen besar, penis William meluncur masuk ke mulutnya. Terasa
cairan cintanya sendiri dilidahnya, yang kemudian dihisap dan dikulumnya penis
itu dengan lembut, sesekali Jannah diperintahkan untuk mengocok-ngocok penis
itu dengan tangannya juga, lama kelamaan gadis alim itu mulai terbiasa dengan
penis William dan mulai dapat menyesuaikan diri, sesuai dengan instruksi
William. Gadis alim yang lugu dan berjilbab besar itu diajari cara memberi
kenikmatan pada lelaki dengan mulut dan tangan oleh sag pemuda maluku, William.
Jannah diminta untuk
menjilati samping-sampingnya hingga ke buah pelirnya, bahkan memainkan ludahnya
sedikit di penis itu, kemudian Jannah diperintahkan untuk kembali memasukkan
kepala penis itu ke mulutnya. William mendesah merasakan kehangatan mulut
Jannah, sentuhan lidah gadis alim yang lugu itu memberi sensasi nikmat padanya.
“Uuhhh…gitu Nah, enakmmmm.. kamu pintarrrhh…!” gumamnya
sambil memegangi kepala Jannah yang masih tertutup jilbab dan memaju-mundurkan
pinggulnya. Jannah merasakan wajahnya makin tertekan ke selangkangan dan buah
pelir William yang berbulu lebat itu, penis di dalam mulut gadis lugu yang
berjilbab itu semakin berdenyut-denyut dan sesekali menyentuh kerongkongannya.
William yang merasakan kehangatan dari bibir dan mulut
Jannah makin meledak, lalu dengan menahan kepala gadis alim itu
diselangkangannya menggunakan kedua tangannya, dengan kasarnya William
menggerakkan pinggulnya maju mundur sehingga penis itu menggenjot mulut gadis
berjilbab itu.
“Aggh..aggh… .” suara Jannah terdengar tersedak oleh penis
William. Air liur gadis berjilbab itu mengalir keluar, deras membasahi dagunya,
turun ke jilbabnya yang sudah tersibak, sampai bajunya yang awut2an. Airmatanya
deras mengalir. Tangan Jannah berusaha menahan pinggul William agar tidak bisa
memompa penis besar itu ke dalam mulutnya. Tapi usaha Jannah sia-sia saja,
William dengan kuat mencengkeram kepala Jannah yang masih memakai jilbabdan
mennyodok-nyodokkan penisnya dengan kasar membuat gadis alim itu menggelepar
berusaha untuk bernafas dengan baik.
Sekitar sepuluh menit lamanya gadis alim itu dipaksa untuk
melakukan hal itu, sampai William menekan kepalanya sambil melenguh panjang.
William masih terus menggenjotnya selama beberapa menit ke depan, dan akhirnya
dia pun mencabut penisnya lalu buru-buru mendekati wajah cantiks ang gadis alim
yang berjilbab itu.
“Arrghhh… Oohhhh…” William kembali melenguh bagai banteng
terluka, seketika Jannah merasakan wajahnya tersiram oleh cairan hangat yang
kental dan lengket dan berbau. William menyemprotkan spermanya ke wajah lugu
gadis berjilbab itu dengan deras. Cairan putih kental pun berceceran membasahi
wajah dan jilbab gadis itu.
Bersamaan dengan itu. Ditempat persembunyiannya Laras
mempercepat kocokannya di memeknya dan ditemani erangan terrahan, tubuhnya
bergetar hebat. Air cintanya menyemprot keluar. Gadis alim itu orgasme melihat
rekannya sesama gadis berjilbab digauli dengan paksa.
########################################
Tusukan-tusukan kontol Robert serasa membakar tubuh, birahi
Laras kembali menggeliat keras. Gadis yang biasanya alim itu kini menjadi
sangat binal merasakan sensasi erotis dua batang kontol didalam tubuh Laras.
Batang kemaluan Markus Laras lumat dengan sangat bernafsu. Kesadaran Laras
hilang sudah. Naluri birahi gadis alim itu yang menuntun melakukan semua itu.
“Arrghhh… Oohhhh…”
William kembali melenguh bagai banteng terluka, seketika Jannah merasakan
wajahnya tersiram oleh cairan hangat yang kental dan lengket dan berbau.
William menyemprotkan spermanya ke wajah lugu gadis berjilbab itu dengan deras.
Cairan putih kental pun berceceran membasahi wajah dan jilbab gadis itu.
Bersamaan dengan itu. Ditempat persembunyiannya Laras
mempercepat kocokannya di memeknya dan ditemani erangan terrahan, tubuhnya
bergetar hebat. Air cintanya menyemprot keluar. Gadis alim itu orgasme melihat rekannya
sesama gadis berjilbab digauli dengan paksa.
Beberapa menit Laras istirahat mengatur nafas. Orgasmenya
benar2 membuat ia capek., namun ia semakin terangsang dan ingin ada kontol yang
memasuki memeknya.
Setelah beberapa menit, ia memutuskan untuk kembali ke
tenda. Ketika ia melihat Jannah da William, ternyata William sudah kembali
gairahnya dan sudah kembali menggenjot memek jannah, kali ini dengan tiduran
dan Jannah terlentang pasrah dibawahnya kembali desahan mereka berdua
terdengar. Namun Laras tidak melanjutkan acara mengintipnya, dan kembali ke
tenda.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
sekembalinya di tenda, ia tidak menemui Markus dan Robert.
Segera ia duduk didean api unggun dan berusaha mengusir bayangan tentang live
show yang tadi ia lihat, namun alih-alih pergi, bayangan itu jstru terus
membayanginya. Tak terasa kembali tangan kananya menyusup kebalik jilbabnya,
meremasi buah dadanya sendiri dari luar bajunya. Tangan kirinya kembali turun
kebawah, merangsang memeknya dari luar bajunya. Gadis alim yang berjibab dan
berbadan sintal ini sudah sangat terangsang. Bibir bawahnya ia gigit 2 karena
sangat terangsang.
Tiba-tiba, kegiatan Laras berhenti karena dikejutkan oleh
suara dari arah belakang. Ternyata Robert dan marku sudah kembali, entah
darimana. Mereka berdua langsung tersenyum menyeringai dan mendekati Laras.
“tenang saja mbak, kami cuman mau duduk disamping mbak.”
Kata Markus sambil tersenyum lebar.
Akhirnya mereka duduk
beralaskan tikar, didepan api unggun. Laras di tengah. Pikiran gadis alim itu
teringat pada perkosaan nikmat yang pernah ia rasakan, dan live show yang tadi
ia saksikan. Wajahnya yang cantik jadi merah padam, dan jadi salah tingkah.
Tanpa ia sengaja, kenikmatan yang dulu ia rasakan kembali membangkitkan birahi
gadis berjilbab itu. Rasa gatal menyeruak dimemek Laras mengelitik sekujur
tubuh dan setiap detik berlalu semakin memuncak saja, Laras jadi salah tingkah.
Markus yang pertama melihat kegelisahan Laras.
“Kenapa Mbak Laras…, gelisah banget horny ya” tegurnya
bercanda.
“Ngga lagi, ngaco
kamu Kus” sanggah Laras.
“Kalau horny bilang
aja Mbak Laras….. hehehe.. kan ada kita-kita” Robert menimpali.
“Udah, jangan ngomong
kayak gitu…” sanggah Laras lagi menahan takut. Tapi sesungguhnya dibenaknyapun
rasa itu semakin menjadi.
Markus tidak begitu saja menerima sanggahannya, diantara
mereka ia paling tinggi jam terbangnya sudah tentu ia tahu persis apa yang
sedang Laras rasakan. Markus tidak menyia-nyiakannya, bahu gadis berjilbab itu dipeluknya.
Laras sedikit menggeliat hendak menghindar namun pelukan Markus terlalu erat.
“jangan kuss…” kata Laras. Suaranya yang lirih dan terkesan pasrah membuat
Markus tahu bahwa Gadis alim berjilbab lebar ini sebenarnya juga sudah mulai
terangsang.
“Santai Mbak Laras…, kalau horny enjoy aja, gak usah malu..
itu artinya kamu normal.. toh kamu juga dah pernah ngerasain kotolku. Enak
kan?” bisik Markus sambil meremas pundak Laras yang tertutup baju dan
jilbabnya. Kata2 markus membuat wajah putih gadis ebrjilbab itu merah padam.
Gadis alim itu kembali menggeliat berusaha melepaskan diri, namun sekali lagi,
tenaganya yangs etengah2 karena sudah terangsang itu tak mampu menandingi
pelukan Markus.
Remasan dan terpaan nafas Markus saat berbisik menyebabkan
semua bulu-bulu di tubuh Laras meremang, tanpa terasa tangan gadis berjilbab
itu meremas-remas rok panjangnya. Matanya terpejam2 keenakan dan kembali ia
menggigiti bibir bawahnya. Markus menarik tangan Laras meletakan dipahanya
ditekan sambil diremasnya, tak ayal lagi tangan Laras jadi meremas paha Markus.
“Remas aja pahaku
Mbak Laras… daripada rok” bisik Markus lagi.
Merasakan paha Markus
dalam remasan Laras membuat darah Laras berdesir keras.
“Ngga usah malu Mbak
Laras…, santai aja.. ntar juga enak..” lanjutnya lagi.
Entah karena
bujukannya atau Laras sendiri yang sudah sangat terhanyut napsu birahi, tidak
jelas, yang pasti tangan Laras tidak beranjak dari pahanya dan setiap ada
adegan yang ‘wow’ Laras meremas pahanya. Merasa mendapat angin, Markus melepaskan
rangkulannya dan memindahkan tangannya di atas paha gadis berjilbab yang alim
itu yang masih terbungkus rok panjang hitam, awalnya masih dekat dengkul lama
kelamaan makin naik, setiap gerakan tangannya membuat Laras merinding.
Entah bagaimana mulainya tanpa Laras sadari, Markus sudah
menyingkap rok hitamnya keatas dan tangan Markus sudah berada dipaha dalamnya,
tangan kasar Markus mengelus-elus paha putih laras yang selama ini tertutup rok
dan baju yang longgar dengan halus, ingin menepis, tapi, rasa geli-geli enak
yang timbul begitu kuatnya, membuat Laras semakin terbuai, membiarkan kenakalan
tangan Markus yang semakin menjadi-jadi tanpa mampu berbuat apa2.
“Ras gue pengen deh
liat leher sama pundak kamu” bisik Markus seraya mengecup pundak Laras dari
luar baju dan jilbabnya..
A Laras yang sudah
terbuai elusannya karuan saja tambah menjadi-jadi dengan kecupannya itu. Selama
ini belum ada yang memperlakukan gadis alim itu seperti yang dilakukan Markus.
“Jangan Kus” namun
Laras berusaha menolak.
“Kenapa Mbak Laras…,
cuma pundak aja kan” tanpa perduli penolakan Laras Markus tetap saja mengecup,
bahkan ciuman Markus semakin naik keleher Laras yang masih tertutup jilbabnya,
disini Laras tidak lagi berusaha ‘jaim’.
“Kus.. ahh” desah
Laras tak tertahan lagi.
“Enjoy aja Mbak
Laras…” bisik Markus lagi, sambil mengecup dan menggigiti daun telinga Laras
dari luar jilbabnya.
“Ohh Kus” Laras sudah
tidak mampu lagi menahan, semua rasa yang terpendam sejak melihat ‘live show’,
perlahan merayapi lagi tubuh Laras.
Laras hanya mampu
tengadah merasakan kenikmatan mulut Markus di leher dan telinga Laras. Robert
yang sedari tadi asik nonton melihat Laras seperti itu tidak tinggal diam, ia
pun mulai turut melakukan hal yang sama. Pundak, leher dan telinga sebelah kiri
Laras jadi sasaran mulutnya.
Melihat Laras sudah pasrah mereka semakin agresif. Tangan
Markus semakin naik hingga akhirnya menyentuh memek gadis alim berjilbab lebar
itu yang masih terbalut CD. Elusan-elusan di memeknya, remasan Robert di
payudara Laras dan kehangatan mulut mereka dileher Laras membuat magma birahi
Laras menggelegak sejadi-jadinya.
“Agghh.. Kuss..
Berthhh….. ohh.. sshh” desahan Laras bertambah keras.
Robert dengan tangkas
menyibakkan jilbab lebar Laras dan menyampirkannya ke bahunya, lalu membuka
kancing2 baju dan bra Laras. Bukit kenyal 34b- Laras yang putih bersih
menyembul, langsung dilahapnya dengan rakus. Markus juga beraksi memasukan
tangannya kedalam CD meraba-raba memek Laras yang sudah basah oleh cairan
pelicin. Laras jadi tak terkendali dengan serangan mereka tubuh Laras
bergelinjang keras. Baju longgar dan jilbab lebar yangs elama ini ia pakai
untuk menjaga dirinya dari para hidung belang sudah awut2an.
“Emmhh.. aahh.. ohh.. aagghh” desahan Laras berganti menjadi
erangan-erangan. Sang gadis alim itu sudah tak lagi mampu menahan gejolak
birahinya. Suara desahan birahinya mengisi keheningan lapangan ditengah hutan
itu.
Mereka melucuti seluruh penutup tubuh Laras kecuali jilbab
biru langtnya dan kaus kaki putih bersih gadis alim itu. Tubuh sintal Laras
dibaringkan dirumput beralas tikar dan mereka pun kembali menjarahnya. Robert
melumat bibir Laras dengan bernafsu lidahnya menerobos kedalam rongga mulutnya,
lidah mereka saling beraut, mengait dan menghisap dengan liarnya. Sementara
Markus menjilat-jilat paha Laras lama kelamaan semakin naik.. naik.. dan
akhirnya sampai di memeknya, lidahnya bergerak-gerak liar di klitorisnya,
bersamaan dengan itu Robert pun sudah melumat payudaranya, puting Laras yang
kemerah-merahan jadi bulan-bulanan bibir dan lidahnya.
Diperlakukan seperti itu membuat Laras kehilangan kesadaran,
tubuh Laras bagai terbang diawang- awang, terlena dibawah kenikmatan
hisapan-hisapan mereka. Mata sang gadis alim itu terbalik sampai hanya terlihat
ptihnya, terlihat sangat erotis dengan jilbab yang masih ia kenakan. Laras
mulai meremas2 punggung Robert sambil meracau tak karuan, meminta mereka untuk
tidak berhenti melakukannya.
“Aaahh.. Kuss..
Berthhh….. teruss.. sshh.. enakk sekalii”
“Nikmatin Mbak
Laras….. nanti bakal lebih lagi” bisik Robert seraya menjilat dalam-dalam
telinga Laras dari luar jilbabnya..
Mendengar kata ‘lebih
lagi’ Laras seperti tersihir, menjadi hiperaktif pinggul Laras angkat-angkat,
seolah ingin Markus melakukan lebih dari sekedar menjilat, ia memahami,
disantapnya memek Laras dengan menyedot-nyedot gundukan daging yang semakin
basah oleh ludahnya dan cairan Laras. Tidak berapa lama kemudian Laras
merasakan kenikmatan itu semakin memuncak, tubuh putih gadis alim itu menegang,
Laras peluk Robert-yang sedang menikmati puting susu-dengan kuatnya.
“Aaagghh.. Kuss..
Berthhh….. akuu.. oohh” jerit Laras keras, dan merasakan hentak-hentakan
kenikmatan didalam memek Laras. Tubuh mahasiswi yang biasanya selalu menjaga
dirinya dengan baju longgar dan jilbab lebar itu menggeleppar2 lalu melemas..
lungai.
Markus dan Robert menyudahi ‘hidangan’ pembukanya, dibiarkan
tubuh Laras beristirahat dalam kepolosan, sambil memejamkan mata Laras
ingat-ingat apa yang baru saja Laras alami. Permainan Robert di payudara dan
Markus di memek Laras yang menyebarkan kenikmatan yang belum pernah Laras alami
sebelumnya, dan hal itu telah kembali menimbulkan getar-getar birahi diseluruh
tubuh Laras. Laras semakin tenggelam saja dalam bayang-bayang yang
menghanyutkan, dan tiba-tiba Laras rasakan hembusan nafas ditelinga Laras dan
rasa tidak asing lagi.. hangat basah.. Ahh.. bibir dan lidah Robert mulai lagi,
tapi kali ini tubuh Laras seperti di gelitiki ribuan semut, ternyata Robert
sudah polos dan bulu-bulu lebat di tangan dan dadanya menggelitiki tubuh Laras.
Begitupun Markus sudah bugil, ia membuka kedua paha Laras lebar-lebar dengan
kepala sudah berada diantaranya.
Mata Laras terpejam, Laras sadar betul apa yang akan
terjadi, kali ini mereka akan menjadikan tubuh Laras sebagai ‘hidangan’ utama.
Gadis alim itu sudah pasrah dengan apa yang terjadi. Gairah Laras bangkit
merasakan lidah Markus menjalar dibibir kemaluannya, ditambah lagi Robert yang
dengan lahapnya menghisap-hisap puting Laras membuat tubuh Laras
mengeliat-geliat merasakan geli dan nikmat dikedua titik sensitif tubuh Laras.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
“Aaahh.. Kuss.. Berthhh….. nngghh.. aaghh” rintih Laras tak
tertahankan lagi.
Markus kemudian
mengganjal pinggul Laras dengan gulungan tikar sehingga pantat Laras menjadi
terangkat, lalu kembali lidahnya bermain dikemaluan Laras. Kali ini ujung
lidahnya sampai masuk kedalam liang kenikmatannya, bergerak-gerak liar diantara
kemaluan dan anus, seluruh tubuh Laras bagai tersengat aliran listrik Laras
hilang kendali. Gadis manis berjilbab itu merintih, mendesah bahkan
menjerit-jerit merasakan kenikmatan yang tiada taranya. Lalu Laras rasakan
sesuatu yang hangat keras berada dibibir Laras.. kontol Robert! Laras
mengeleng-gelengkan kepala menolak keinginannya, tapi Robert tidak
menggubrisnya ia malah manahan kepala Laras dengan tangannya agar tidak
bergerak.
“Jilat.. Mbak Laras…” perintahnya tegas.
Gadis alim berdada
sekal itu tidak lagi bisa menolak, Laras jilat batangnya yang besar dan sudah
keras membatu itu, Robert mendesah-desah merasakan jilatan Laras.
“Aaahh.. Mbak
Laras…r.. jilat terus.. nngghh” desah Robert.
“Jilat kepalanya Mbak
Laras…” Laras menuruti permintaannya yang tak mungkin Laras tolak.
Lama kelamaan Laras
mulai terbiasa dan dapat merasakan juga enaknya menjilat-jilat batang kontol
itu, lidah Laras berputar dikepala kemaluannya membuat Robert mendesis desis.
“Ssshh.. nikmat
sekali Mbak Laras…r.. isep sayangg.. isep” pintanya diselah-selah desisannya.
Laras tak tahu harus berbuat bagaimana, Laras ikuti saja apa
yg pernah Laras lihat di film, kepala kontolnya pertama-tama Laras masukan
kedalam mulut, Robert meringis.
“Jangan pake gigi
Mbak Laras….. isep aja” protesnya, Laras coba lagi, kali ini Robert mendesis
nikmat.
“Ya.. gitu sayang..
sshh.. enak.. Mbak Laras…”
Melihat Robert saat
itu membuat Laras turut larut dalam kenikmatannya, apalagi ketika sebagian
kontolnya melesak masuk menyentuh langit-langit mulutnya, belum lagi kenakalan
lidah Markus yang tiada henti-hentinya menggerayangi setiap sudut kemaluan
Laras. Tubuh mahasiswi berjilbab lebar itu sudah terkunci, dirangsang atas dan
bawahnya. Laras semakin terombang-ambing dalam gelombang samudra birahi yang
melanda tubuhnya, Laras bahkan tidak malu lagi mengocok-ngocok kontol Robert
yang separuhnya berada dalam mulut Laras.
Beberapa saat kemudian Robert mempercepat gerakan pinggulnya
dan menekan lebih dalam batang kemaluannya, tangan Laras tak mampu menahan laju
masuknya kedalam mulut Laras. Laras menjadi gelagapan, Laras geleng-gelengkan kepala Laras hendak
melepaskan benda panjang itu tapi malah berakibat sebaliknya, gelengan kepala
Laras membuat kemaluannya seperti dikocok-kocok. Robert bertambah beringas
mengeluar-masukan batangnya dan..
“Aaagghh.. nikmatt..
Mbak Laras…aa…aakkuuuhh.. kkeelluaarr” jerit Robert, air maninya
menyembur-nyembur keras didalam mulut Laras membuat Laras tersedak, sebagian
meluncur ke tenggorokan Laras sebagian lagi tercecer keluar dari mulut Laras,
menetes turun membasahi jilbab biru langit laras. Laras sampai terbatuk-batuk
dan meludah-ludah membuang sisa yang masih ada dimulut Laras. Gadis alim itu
shock dengan apa yang terjadi.
Belum Laras pulih dari syoknya, Markus merebahkan tubuh
Laras kembali dilantai beralas karpet, kali ini dada Laras dilahapnya puting
yang satu dihisap-hisap satunya lagi dipilin-pilin oleh jari-jarinya. Dari dada
kiri Laras tangannya melesat turun ke memeknya, dielus-elusnya kelentit dan
bibir kemaluan Laras. Birahi gadis alim itu kembali mennggi. Tubuh Laras
langsung mengeliat-geliat merasakan kenakalan jari-jari Markus.
“Ooohh.. mmppff..
ngghh.. sshh” desis Laras tak tertahan.
“mmmhh….Kuss..
aakkhh”
Laras menjadi lebih
menggila waktu Markus mulai memainkan lagi lidahnya di kemaluannya, seakan
kurang lengkap kenikmatan yang Laras rasakan, kedua tangan Laras meremas-remas
payudara Laras sendiri. Gadis alim itu sudah total terbakar api birahi nista.
“Ssshh.. nikmat
Kuss.. mmpphh” desahan Laras semakin menjadi-jadi.
Tak lama kemudian
Markus merayap naik keatas tubuh Laras, sambil mengelap keringat yang muncul
diwajah Laras dengan jilbab yang masih Laras pakai, lalu merapikannya.
“ternyata emang kamu lebih cantik dan seksi kalo pake jilbab, mbak laras…jadi
gak sabar pengen ngentot kamu.” Kata Markus. Terlihat binar birahi dimatanya.
Gadis berjilbab itu pasrah menanti apa yang akan terjadi. Markus membuka lebih
lebar kedua kaki Laras, dan kemudian gadis alim itu merasakan ujung kontol Markus menyentuh mulut
memek Laras yang sudah basah oleh cairan cinta.
“Aauugghh.. Kuss.. jangaann..saakiitt…pelann..” jerit Laras
lirih, saat kepala kontolnya melesak masuk kedalam rongga kemaluan Laras.
Markus menghentikan
dorongannya, sesaat ia mendiamkan kepala kemaluannya dalam kehangatan liang
memek Laras. Kemudian-masih sebatas ujungnya-secara perlahan ia mulai
memundur-majukannya. Sesuatu dulu pernah Laras rasakan kembali menjalar dari
gesekan itu keseluruh tubuh Laras. Rasa geli, enak dan entah apalagi berbaur
ditubuh Laras membuat pinggul gadis alim itu mengeliat-geliat mengikuti
tusukan-tusukan Markus.
“Ooohh.. Kuss..
sshh.. aahh.. Kuss..mmhh..” desah Laras lirih.
Laras benar-benar
tenggelam dalam kenikmatan yang luar biasa akibat gesekan-gesekan di mulut
memek Laras. Mata Laras terpejam-pejam kadang Laras gigit bibir bawah Laras
seraya mendesis.
“Enak..
nggaakk..mbaakk…Laraass..” tanya Markus berbisik.
“He ehh Kuss.. oohh
enakk.. Kuss.. sshh”
“Nikmatin mbaakk..
nanti lebih enak lagi” bisiknya lagi.
“Ooohh.. Kuss..
ngghh”
Markus terus mengayunkan pinggulnya turun-naik-tetap sebatas
ujung kontolnya-dengan ritme yang semakin cepat. Selagi Laras terayun-ayun
dalam buaian birahi, tiba-tiba Markus menekan kontolnya lebih dalam membelah
memek Laras.
“Auuhh.. sakitt Kuss”
jerit Laras. Markus menghentikan tekanannya.
“nanti juga hilang
kok sakitnya” bisik Markus seraya menjilat dan menghisap telinga Laras tetap
dari luar jilbabnya. Rupanya memang Markus dan Robert sengaja tidak melepas
jilbab Laras, karena membuat Laras semakin nampak Innocent, sehingga menambah
gairah dua pejantan dari indonesia timur itu untuk menggauli sang gadis alim.
Entah bujukannya atau karena geliat liar lidahnya, yang
pasti Laras mulai merasakan nikmatnya milik Markus yang keras dan hangat
didalam rongga kemaluan Laras.
Markus kemudian menekan lebih dalam lagi, membenamkan
seluruh batang kemaluannya dan mengeluar-masukannya. Gesekan kontolnya dirongga
memek Laras menimbulkan sensasi yang luar biasa! Setiap tusukan dan tarikannya
membuat gadis alim itu menggelepar-gelepar. Jilbabnya sudah kembali awut2an.
“Ssshh.. ohh.. ahh..
enakk Kuss.. empphh” desah Laras tak tertahan.
“Ohh.. Mbak Laras…r..
bener-bener enak banget memek kamu.. oohh..tebell..oouuhh..” puji Markus
diantara lenguhannya.
“Agghh.. terus Kuss..
teruss” Laras meracau tak karuan merasakan nikmatnya hujaman-hujaman kontol
Markus di kemaluan Laras.
Peluh-peluh birahi
mulai membanjir membasahi tubuh. Jeritan, desahan dan lenguhan mewarnai
pergumulan mereka. Menit demi menit kontol Markus menebar kenikmatan ditubuh
Laras. Magma birahi semakin menggelegak sampai akhirnya tubuh Laras tak lagi
mampu menahan letupannya.
“Markusi.. oohh..
tekan Kuss.. agghh.. nikmat sekali Kuss” jeritan dan erangan panjang yang
jalang terlepas dari mulut Laras.
Tubuh Laras
mengejang, Laras secara refleks memeluk Markus erat-erat, magma birahi Laras
meledak, mengeluarkan cairan kenikmatan yang membanjiri relung-relung memek
Laras.
Tubuh Laras terkulai lemas, tapi itu tidak berlangsung lama.
Beberapa menit kemudian Markus mulai lagi memacu gairahnya, hisapan dan remasan
didada Laras serta pinggulnya yang berputar kembali membangkitkan birahi gadis
alim yang montok itu. Lagi-lagi tubuh Laras dibuat mengelepar-gelepar terayun
dalam kenikmatan duniawi. Tubuh Laras dibolak-balik bagai daging panggang,
setiap posisi memberikan sensasi yang berbeda. Entah berapa kali memek Laras
berdenyut-denyut mencapai klimaks tapi Markus sepertinya belum ingin berhenti
menjarah tubuh Laras. Selagi posisi Laras di atas Markus, Robert yang sedari
tadi hanya menonton serta merta menghampiri mereka, dengan berlutut ia memeluk
Laras dari belakang. Leher Laras dipagutnya seraya kedua tangannya memainkan
buah dada Laras. Apalagi ketika tangannya mulai bermain-main diklitoris Laras
membuat Laras menjadi tambah meradang.
Kepala Laras yang masih terbalut jilbab bersandar pada
pundak Robert, mulut Laras yang tak henti-hentinya mengeluarkan desahan dan
lenguhan langsung dilumat oleh Robert. Pagutan Robert Laras balas, mereka
saling melumat, menghisap dan bertukar lidah. Pinggul Laras semakin bergoyang
berputar, mundur dan maju dengan liarnya. Laras begitu menginginkan kontol
Markus mengaduk-aduk seluruh isi rongga memek Laras yang meminta lebih dan
lebih lagi.
“Aaargghh.. Mbak
Laras…r.. enak banget.. terus Mbak Laras….. goyang terus” erang Markus.
Erangan Markus
membuat gejolak birahi Laras semakin menjadi-jadi, Laras remas buah dada Laras
sendiri yang ditinggalkan tangan Robert.. Ohh Laras sungguh menikmati semua
ini.
Robert yang merasa kurang puas meminta merubah posisi.
Markus duduk dengan kaki dibentangkan ditikar, Laraspun diperintahkan merangkak
kearah batang kemaluannya.
“Isep Mbak Laras…”
perintah Markus, segera Laras lumat kontolnya dengan rakus.
“Ooohh.. enak Mbak
Laras….. isep terus…aah…emang enak banget emutan cewek jilbab…aaahh..”
Bersamaan dengan itu
Laras rasakan Robert menggesek-gesek bibir kemaluan Laras dengan kepala
kontolnya. Tubuh Laras bergetar hebat, saat batang kemaluan Robert-yang satu
setengah kali lebih besar dari milik Markus-dengan perlahan menyeruak menembus
bibir kemaluan gadis berjilbab itu dan terbenam didalamnya. Tusukan-tusukan
kontol Robert serasa membakar tubuh, birahi Laras kembali menggeliat keras.
Gadis yang biasanya alim itu kini menjadi sangat binal merasakan sensasi erotis
dua batang kontol didalam tubuh Laras. Batang kemaluan Markus Laras lumat
dengan sangat bernafsu. Kesadaran Laras hilang sudah. Naluri birahi gadis alim
itu yang menuntun melakukan semua itu.
“Rasr.. terus Mbak Laras…r.. gue ngga tahan lagi..
Aaarrgghh” erang Markus.
Laras tahu Markus
akan segera menumpahkan cairan kenikmatannya dimulutnya, Laras lebih siap kali
ini. Selang berapa saat Laras rasakan semburan-semburan hangat sperma Markus.
“Aaagghh.. nikmat
banget Mbak Laras…r.. isep teruss.. telan Mbak Laras…r” jerit Markus, lagi-lagi
naluri Laras menuntun agar Laras mengikuti permintaan Markus, Laras hisap
kontolya yang menyemburkan cairan hangat dan.. gadis alim itu menelan cairan
itu. Aneh! Entah karena rasanya, atau sensasi sexual karena melihat Markus yang
mencapai klimaks, yang pasti Laras sangat menyukai cairan itu. Laras lumat
terus itu hingga tetes terakhir dan benda keras itu mengecil.. lemas.
Markus beranjak meninggalkan Laras dan Robert untuk
beristirahat sebentar. meski begitu, laras belum bisa istirahat. hujaman-hujaman
kemaluan Robert yang begitu bernafsu dalam posisi ‘doggy’ dapat membuat Laras
kembali merintih-rintih. Apalagi ditambah dengan elusan-elusan Ibu jarinya
dianus Laras. Bukan hanya itu, setelah diludahi Robert bahkan memasukan Ibu
jarinya ke lubang anus gadis alim itu. Sodokan-sodokan dimemek Laras dan Ibu
jarinya dilubang anus membuat gadis berjilbab lebar itu mengerang-erang.
“Ssshh.. engghh..
yang keras Berthhh….. mmpphh”
“Enak banget
Berthhh….. aahh.. oohh”
Mendengar erangan
jalang Laras Robert tambah bersemangat menggedor kedua lubangnya, Ibu jarinya
Laras rasakan tambah dalam menembus anusnya, membuat Laras tambah lupa daratan.
Jilbab biru langtnya sudah semakin basah oleh keringat birahinya.
Sedang asiknya menikmati, Robert mencabut kontol dan Ibu
jarinya.
“Roberti.. kenapa
dicabutt” protes Laras.
“Masukin lagi Bert..
” pinta gadis alim montok menghiba.
Sebagai jawaban Laras
hanya merasakan ludah Robert berceceran di lubang anusnya, tapi kali ini lebih
banyak. Laras masih belum mengerti apa yang akan dilakukannya. Saat Robert
mulai menggosok kepala kontolnya dilubang anus baru Laras sadar apa yang akan
dilakukannya.
“Roberti.. pleasee..
jangan disitu” Laras menghiba meminta Robert jangan melakukannya.
Robert tidak
menggubris, tetap saja digosok-gosokannya, ada rasa geli-geli enak kala ia
melakukan hal itu. Dibantu dengan sodokan jarinya dikemaluan Laras hilang sudah
protes gadis alim itu. Tiba-tiba Laras rasakan kepala kemaluannya sudah
menembus anus Laras. Perlahan namun pasti, sedikit demi sedikit batang
kenikmatannya membelah anus Laras dan tenggelam habis didalamnya.
“Aduhh sakitt Berthhh….. akhh..!” keluh Laras pasrah karena
rasanya mustahil menghentikan Robert.
“Rileks Mbak Laras…..
seperti tadi, nanti juga hilang sakitnya” bujuknya seraya mencium punggung dan
satu tangannya lagi mengelus-elus klitoris Laras.
Separuh tubuh Laras
yang tengkurap diatas gulungan tikar sedikit membantunya, dengan begitu
memudahkan Laras untuk mencengram dan mengigit tikar itu untuk mengurangi rasa
sakit. Berangsur-angsur rasa sakit itu hilang, Laras bahkan mulai menyukai
batang keras Robert yang menyodok-nyodok anus Laras. Perlahan-lahan perasaan
nikmat mulai menjalar disekujur tubuh Laras. Gadis alim itu mulai merem melek
keenakan, disodomi oleh orang papua diatas tikar ditengah hutan, dibawah sinar
bulan dan cahaya api unggun.
“Aaahh.. aauuhh..
oohh Berthhh…” erang-erangan birahi Laras mewarnai setiap sodokan kontol Robert
yang besar itu.
Robert dengan buasnya
menghentak-hentakan pinggulnya. Semakin keras Robert menghujamkan kontolya
semakin gadis alim itu terbuai dalam kenikmatan.
Markus yang sudah pulih dari ‘istirahat’nya tidak ingin
hanya menonton, ia kembali bergabung. Membayangkan akan dijarah lagi oleh
mereka menaikan tensi gairah Laras. Atas inisiatif Markus mereka b erhenti dan
mengatur posisi, jantung Laras berdebar-debar menanti permainan mereka. Markus
merebahkan diri terlentang ditikar dengan kepala beralas gulungan tikar, tubuh
Laras ditarik menindihinya. Sambil mencengkeram bagian belakang kepala laras
yang masih terbalut jilbab, ia melumat mulut Laras, yang segera Laras balas
dengan bernafsu. ia membuka lebar kedua paha Laras dan langsung menancapkan
kemaluannya kedalam memek Laras.
“mmhhhh….” Gadis alim
itu hanya bisa mendesah pasrah ketika memeknya kembali ditembus kontol hitam.
Robert yang berada dibelakang membuka belahan pantat Laras dan meludahi lubang
anus Laras. Menyadari apa yang akan mereka lakukan menimbulkan getaran birahi
yang tak terkendali ditubuh Laras. Sensasi sexual yang luar bisa hebat Laras
rasakan saat kontol mereka yang keras mengaduk-aduk rongga memek dan anus
Laras. Hentakan-hentakan milik mereka dikedua lubang Laras memberi kenikmatan
yang tak terperikan.
Robert yang sudah lelah berlutut meminta merubah posisi, ia mengambil
posisi tiduran, tubuh Laras terlentang diatasnya, kontolnya tetap berada
didalam anus Laras. Markus langsung membuka lebar-lebar kaki Laras dan
menghujamkan kontolnya dikemaluan Laras yang terpampang menganga. Posisi ini
membuat Laras semakin menggila, karena bukan hanya kedua lubang Laras yang
digarap mereka tapi juga payudara Laras. Robert dengan mudahnya memagut leher
Laras dan satu tangannya meremas buah dadanya, Markus melengkapinya dengan
menghisap puting buah dada Laras satunya. Laras sudah tidak mampu lagi menahan
deraan kenikmatan demi kenikmatan yang menghantam sekujur tubuh Laras.
Hantaman-hantaman Markus yang semakin buas dibarengi sodokan Robert, sungguh
tak terperikan rasanya. Hingga akhirnya Laras rasakan sesuatu didalam memek
Laras akan meledak, keliaran Laras menjadi-jadi.
“Aaagghh.. ouuhh.. Kuss.. Berthhh….. tekaann” jerit dan
erang Laras tak karuan.
Dan tak berapa lama
kemudian tubuh Laras serasa melayang, Laras cengram pinggul Markus kuat-kuat,
Laras tarik agar batangnya menghujam keras dikemaluannya, seketika semuanya
menjadi gelap pekat. Jeritannya, lenguhan dan erangan mereka menjadi satu.
“Aduuhh.. Kuss..
Berthhh….. nikmat sekalii”
“Aaarrghh.. Mbak
Laras…r.. enakk bangeett”
Keduanya menekan
dalam-dalam milik mereka, cairan hangat menyembur hampir bersamaan dikedua
lubang Laras. Tubuh gadis alim itu bergetar keras didera kenikmatan yang amat
sangat dahsyat, tubuh Laras mengejang berbarengan dengan hentakan-hentakan
dimemek Laras dan akhirnya mereka.. terkulai lemas.
Sepanjang malam tak henti-hentinya mereka menggilir Laras.
Ketika kemudian william dan jannah kembali, mereka melakukan pesta seks. Pesta
seks dengan peserta tiga orang hitam dari bagian timur indonesia yang
memperkosa dan menggilir dua orang gadis berjilbab yang berkulit putih, yang
terus mendesah, mengerang dan menjerit, terhanyut dalam kenikmatan. Desahan dan
jeritan kenikmatan mereka mengisi hutan. pesta seks dengan dua orang gadis alim
berjilbab besar itu selesai pagi hari, dan ketiga koboy kampus itu mengembalikan
kedua gadis alim kampus yang sudah sangat lemas itu kekost mereka masing2.
################################
“Aaakkhh…!” erang Laras lirih sambil mengepalkan tangan
erat-erat saat penis William melesak masuk ke dalam memek becek gads berjilbab
yang montok itu.
“Aauuuhhh…!” Laras menjerit lebih keras dengan tubuh
berkelejotan karena hentakan keras William hingga penis itu tertancap
seluruhnya pada vagina Laras.
Suatu hari, nampak
Laras sedang duduk ruang tamu rumah kostnya. Sebenarnya, rumah itu bukanlah
rumah kost, namun sebuah rumah kontrakan dengan satu ruang depan, ruang tamu
dan tiga kamar. Rumah kontrakan itu disewa oleh Laras dan dua orang rekannya,
Rika dan Tata. Sama seperti Laras, Rika dan Tata juga mahasiswi yang selalu
memakai jilbab lebar dan baju longgar, yang juga aktifis di kampus. namun
berbeda dengan Laras, Rika dan Tata adalah mahasiswi baru yang baru menginjak
semester 2.
Hari itu, laras sedang sendirian di kontrakan. Tata sedang
pulang kampung di Temanggung karena urusan keluarga, sementara Rika belum
pulang dari kampus. Suasana rumah yang sepi membuat Laras mengingat kembali
peristiwa yang menimpanya beberapa hari yang lalu, yaitu perkosaan yang terjadi
padanya. Ia tidak menceritakan peristiwa itu pada teman2nya, satu karena ia
takut, satu lagi karena ia malu kalau ketahuan bahwa ia juga menikmati
perkosaan itu. Bahkan, saat rumah dalam keadaan sepi seperti sore itu, perasaan
birahi dan rindu memeknya disodok kontol-kontol besar kembali datang. Ternyata
tanpa Laras sadari, ia telah ketagihan seks. Namun Laras berusaha mengusir
perasaan itu dengan menonton tivi diruang tengah.
Ditengah2 menonton tivi, tiba2 gadis alim itu mendengar
pintu diketuk. Pasti bukan Rika, karena Rika membawa kunci cadangan. Segera
Laras memakai jilbabnya dan keruang depan untuk membuka pintu.
“selamat sore Mbak Laras…” william berdiri didepan pintu
dengan senyum yang lebar. “mau apa kamu?!” bentak Laras. “cuman mau main mbak…
masak nggak boleh. Gak usah galak-galak gitu donk.” Kata William. Laras sudah
hendak membanting pintu, namun langsung ditahan oleh William. “aku punya fotomu
ho mbak, masak mau temen2 dikampus tahu semua…” kata William. Laras langsung
pucat pasi. Tubuhnya gemetar karena marah. Namun ia menyerah. Akhirnya gadis
alim berjilbab itu pelan2 membuka pintu, lalu William masuk.
“lagi ngapa mbak?” tanya william setelah duduk disofa
diruang depan. Laras tidak menyaut, namun hanya berdiri. “mau apa kamu kesini?”
tanya Laras ketus, meskipun terbersit ingatan tentang memeknya yang disodok2
William dan teman2nya. “ya cuman main, mbak. Kali aja mbak rindu sama saya. Or
sama kontol besar saya.” Kata William, menyeringai sambil meremas2
selangkangannya sendiri. Laras melotot.
Gadis alim berjilbab itu marah, namun memeknya terasa basah tanpa ia
bisa menghambatnya.
“Sendirian mbak? Teman2nya pada dimana?” tanya laki-laki
dari ambon itu. “pergi.” Kata Laras pendek. William tersenyum lebar. “marah ya
mbak, saya lama gak kesini? Memeknya rindu disodok2 kontol saya yah? Wah, saya
jadi kepingin nih. Mbak tambah cantik aja kayaknya.” Kata William. Laras hanya
bis amemandang marah tanpa bisa berkata apa-apa. Terasa memeknya semakin basah.
Kata-kata kotor William merangsangnya.
“sebelumnya boleh saya minta minum mbak?” kata William masih
sambil menyeringai. Laras kembali memandang William dengan tatapan marah. Namun
mahasiswi aktifis berjilbab itu akhirnya beranjak kedalam, mengambilkan minum
bagi tamunya.
Ketika sudah didalam, ia baru sadar kalau william ikut masuk
kedalam. Ketika gadis montok berjilbab itu berbalik, ia melihat william ada
dibelakangnya. “saya pengen minum susu mbak. Susunya mbak. Enak
dikenyot-kenyot.” Kata william lagi.
“Jangan ngelunjak Will… Sana cepet keluar!” hardik Laras
dengan telunjuk mengarah ke pintu.
Bukannya menuruti perintah Laras, William malah melangkah
mendekati Laras, tatapan mata William tajam seolah menembus baju ungu kaos
longgar ungu muda, rok hitam dan jilbab lebar hitam yang dipakai oleh gadis
lugu montok yang alim itu.
“William… Saya bilang keluar… Jangan maksa!” bentak Laras
lagi.
“Ayolah Mbak Laras, cuma sebentar saja kok… Aku sudah
kebelet nih, lagian masa Mbak Laras nggak kepingin sih, disodok2 kontol saya.
Dulu itu mbak keenakan.” ucap William sambil terus mendekat.
Wajah Laras merah padam. Memeknya terasa semakin basah.
Namun gadis berjilbab itu terus mundur selangkah demi selangkah menghindari
William, jantung Laras semakin berdebar-debar. Perasaanya campur aduk, antara
tidak mau diperkosa lagi, tapi juga sulit menahan nafsu. Akhirnya kaki gadis
alim itu tersandung oleh tepi kasur busa yang berada didepan tivi diruang
tengah, Laras hingga Laras jatuh terduduk di sana. Kesempatan ini tidak
disia-siakan William. Lelaki Ambon itu langsung menerkam dan menindih tubuh Laras.
Gadis alim berwajah cantik itu menjerit tertahan dan meronta-ronta dalam
himpitan William. Namun sepertinya reaksi Laras malah membuat William semakin
bernafsu, William tertawa-tawa sambil menggerayangi tubuh Laras. Laras
menggeleng-gelengkan kepala Laras yang terbungkus jilbab lebar hitam kesana
kemari saat William hendak mencium Laras dan menggunakan tangan putihnya untuk
menahan laju wajah William.
“Mmhh… Jangan Will… Laras nggak mau!” mohon gadis manis
berjilbab itu.
Aneh memang, sebenarnya Laras bisa saja berteriak minta
tolong, tapi tidak Laras lakukan. Nafsu birahinya menahan gadis cantik
berjilbab berwajah putih bersih itu untuk berteriak, ia hanya bisa merintih dan
mengerang. Breettt… rok hitam Laras robek sedikit di bagian bawah dalam pergumulan
yang tidak seimbang itu. William telah berhasil memegangi kedua lengan Laras
dan direntangkannya ke atas kepala Laras. Gadis alim itu sudah benar-benar
terkunci, hanya bisa menggelengkan kepalanya yang masih terbungkus jilbab
hitam, itupun dengan mudah diatasi William. Bibir William yang tebal itu
sekarang menempel di bibir Laras. Gadis manis alm berjilbab itu bisa merasakan
kumis pendek yang kasar menggesek sekitar bibir Laras juga deru nafas William
pada wajah Laras.
Kecapaian dan kalah tenaga membuat rontaan Laras melemah,
mau tidak mau mahasiswi aktifis rohis dikampusnya itu harus mengikuti nafsunya.
William merangsang Laras dengan mengulum bibir Laras, mata Laras terpejam,
mengakui bahwa gadis montok alim itu menikmati cumbuan William. Lidah William
terus mendorong-dorong memaksa ingin masuk ke mulut Laras. Mulut Laras pun
pelan-pelan mulai terbuka membiarkan lidah William masuk dan bermain di
dalamnya. Lidah Laras secara refleks beradu karena William selalu
menyentil-nyentil lidah Laras seakan mengajaknya ikut menari. Suara desahan
tertahan, deru nafas dan kecipak ludah terdengar jelas didalam ruangan
berukuran 3X3 meter, disebuah kontrakan para gadis berjilbab itu.
Mata Laras yang terpejam terbuka ketika gadis alim itu
merasakan tangan kasar William mengelusi paha mulusnya, dan terus mengelus
menuju pangkal paha. Jari William menekan-nekan liang vagina Laras dan
mengusap-ngusap belahan bibirnya dari luar. Birahi Laras naik dengan cepatnya,
terpancar dari nafas gadis manis berjilbab itu yang makin tak teratur dan
vagina Laras yang semakin becek.
Tangan William sudah menyingkap rok panjang hitam gadis alim
itu, lalu menyusup ke balik celana dalam. Jari-jari William mengusap-usap
permukaannya dan menemukan klitoris Laras. Benda seperti kacang itu dipencet-pencet
dan digesekkan dengan jari William membuat Laras menggelinjang dan merem-melek
menahan geli bercampur nikmat. Tangan gadis berjilbab itu sudah tidak berontak,
namun merentang keatas kepala, meremas-remas kasur busa. Terlebih lagi ketika
jari-jari lain William menyusup dan menyetuh dinding-dinding dalam liang
aktifis dakwah kampus itu.
“Ooohhh… Mbak Laras Laras jadi tambah cantik saja kalau lagi
konak gini!” ucap William sambil menatapi wajah Laras yang merona merah dengan
matanya yang sayu karena sudah terangsang berat.
Lalu William tarik keluar tangannya dari celana dalam Laras.
Jari-jarinya belepotan cairan bening dari vagina Laras.
“Mbak Laras cepet banget basahnya, ya. Lihat nih becek
gini,” kata William memperlihatkan jarinya yang basah di depan wajah Laras yang
lalu dijilatinya.
Kemudian dengan tangan yang satunya William sibakkan jilbab
dan kaos longgar Laras sehingga payudara Laras yang memakai bra terbuka. Segera
pula bra itu terlepas, dan teronggok dipinggir ruangan, membuat ppayudara putih
sekal gadis manis alim itu terlihat jelas. Mata William melotot
mengamat-ngamati dan mengelus payudara Laras yang berukuran 34B, dengan puting
kemerahan serta kulitnya yang putih mulus.
“Nnngghhh… Will” desah Laras dengan mendongak ke belakang
merasakan mulut William memagut payudara yang menggemaskan milik gadis alim
itu.
Mulut William menjilat, mengisap, dan menggigit pelan
putingnya. Sesekali Laras bergidik keenakan kalau kumis pendek William
menggesek puting Laras yang sensitif. Tangan lain William turut bekerja pada
payudara Laras yang sebelah dengan melakukan pijatan atau memainkan putingnya
sehingga gadis cantik berjilbab lebar itu merasakan kedua benda sensitif itu
semakin mengeras. Yang bisa Laras lakukan hanya mendesah dan merintih. Tangan
putih mulusnya tak bisa berhenti meremasi kasur busa.
Puas menyusu dari Laras, mulut William perlahan-lahan turun
mencium dan menjilati perut Laras yang rata dan terus berlanjut makin ke bawah
sambil tangannya menyibakkan rok hitam gadis alim itu kepangkal paha, lalu
menurunkan celana dalamnya. Sambil memeloroti William mengelusi paha putih
mulus gadis montok berjilbab itu. CD itu akhirnya lepas melalui kaki kanan
Laras yang William angkat, setelah itu William mengulum sejenak jempol kaki
Laras dan juga menjilati kaki Laras. Darah Laras semakin bergolak oleh
permainan William yang erotis itu. Selanjutnya William mengangkat kedua kaki
Laras ke bahunya, badan gadis berjilbab itu setengah terangkat dengan
selangkangan menghadap ke atas. Bajunya sudah awut2an, namun jilbabnya masih
tetap saja terpasang.
Laras pasrah saja mengikuti posisi yang William inginkan
karena dorongan nafsu Laras ingin menuntaskan birahi Laras ini. Tanpa membuang
waktu lagi William melumat kemaluan Laras dengan rakusnya. Lidah William menyapu
seluruh pelosok vagina Laras dari bibirnya, klitorisnya, hingga ke dinding di
dalamnya, anus mahasiswi alim montok itu pun tidak luput dari jilatan William.
Lidah William disentil-sentilkan pada klitoris Laras memberikan sensasi yang
luar biasa pada daerah itu. Laras benar-benar tak terkontrol dibuatnya, mata
Laras merem-melek dan berkunang-kunang, syaraf-syaraf vagina Laras mengirimkan
rangsangan ini ke seluruh tubuh yang membuat Laras serasa menggigil.
“Ah… Aahh… Will… Nngghh… Terus!” erang Laras lebih panjang
di puncak kenikmatan, gadis alim itu meremasi payudaraya sendiri sebagai
ekspresi rasa nikmat.
William terus menyedot cairan yang keluar dari memek gadis
alim berjilbab lebar itu dengan lahapnya. Tubuh Laras jadi bergetar seperti mau
meledak. Kedua belah paha Laras semakin erat mengapit kepala William. Setelah
puas menyantap hidangan pembuka berupa cairan cinta Laras, barulah William
turunkan kaki Laras. Laras sempat beristirahat dengan menunggu William membuka
baju, tapi itu tidak lama. Setelah William membuka baju, William langsung
beraksi.
William dengan paksa melepaskan rok hitam Laras, lalu
membentangkan kedua paha Laras dan mengambil posisi berlutut di antaranya.
Bibir vagina Laras jadi ikut terbuka memancarkan warna merah merekah diantara
bulu-bulu hitamnya, siap untuk menyambut yang akan memasukinya. Namun William
tidak langsung mencoblosnya, terlebih dulu William gesek-gesekkan penisnya yang
besar itu pada bibirnya untuk memancing birahi gadis alim bertubuh putih mulus
itu agar naik lagi. Karena sudah tidak sabar ingin segera dicoblos, secara
refleks Laras meraih batang itu, keras sekali benda itu waktu Laras genggam,
panjang dan berurat lagi.
“Aaakkhh…!” erang Laras lirih sambil mengepalkan tangan
erat-erat saat penis William melesak masuk ke dalam memek becek gads berjilbab
yang montok itu.
“Aauuuhhh…!” Laras menjerit lebih keras dengan tubuh
berkelejotan karena hentakan keras William hingga penis itu tertancap
seluruhnya pada vagina Laras.
Dengan gerakan perlahan William menarik penisnya lalu
ditekan ke dalam lagi seakan ingin menikmati dulu gesekan-gesekan pada himpitan
lorong sempit yang bergerinjal-gerinjal itu. Gadis alim itu ikut menggoyangkan
pinggul dan memainkan otot vaginanya mengimbangi sodokan William. Respon
mahasiswi aktifis yang biasanya selalu menjaga pergaulannya itu membuat William
semakin menggila, penisnya semakin lama menyodok semakin kasar saja. Kedua
gunung Laras jadi ikut terguncang-guncang dengan kencang.
Laras merasakan selama menggenjot memeknya, otot-otot tubuh
William mengeras, tubuhnya yang hitam kekar bercucuran keringat, sungguh macho
sekali, pria sejati yang memberi Laras kenikmatan sejati. Suara desahan dan
rintihan gadis montok berjilbab lebar itu bercampur baur dengan erangan jantan
William dan derit ranjang. Butir-butir keringat nampak di sejukur tubuh Laras
seperti embun, sampai kaosnya yang tersingkap juga jilbabnya basah oleh
keringat.
“Uugghh… Mbak Laras Laras… Sayang… memek kamu emang enaakk…
Oohh… Mbak Laras cewek paling cantik yang pernah Aku entotin,memek kamu juga
tebel dan keset..” William memgumam tak karuan di tengah aktivitasnya.
Dia menurunkan tubuhnya hingga menindih Laras, Laras sambut
dengan pelukan erat, kedua tungkai Laras
Laras lingkarkan di pinggang William. William mendekatkan mulutnya bibir
tipis yang indah milik Laras dan memagutnya. Sementara di bawah sana penis
William makin gencar mengaduk-aduk vagina Laras, diselingi gerakan berputar
yang membuat memek gadis alim montok itu terasa diaduk-aduk. Tubuh mereka sudah
berlumuran keringat yang saling bercampur, Laras pun semakin erat memeluk
William. Laras merintih makin tak karuan menyambut klimaks yang sudah mendekat
bagaikan ombak besar yang akan menghantam pesisir pantai.
Namun begitu sudah di ambang klimaks, William menurunkan
frekuensi genjotannya. Tanpa melepaskan penisnya, William bangkit mendudukkan
dirinya, maka otomatis Laras sekarang diatas pangkuan William. Dengan posisi
ini penis William menancap lebih dalam pada vagina Laras, semakin terasa pula
otot dan uratnya yang seperti akar beringin itu menggesek dinding kemaluan
Laras. Kembali gadis aktifis masjid di kampusnya itu menggoyangkan badannya, kini dengan gerakan
naik-turun. Rintihannya semakin keras. William merem-melek keenakan dengan
perlakuan Laras. Mulut William sibuk melumat payudara Laras kiri dan kanan
secara bergantian membuat kedua benda itu penuh bekas gigitan dan air liur.
Tangan William terus menjelajahi lekuk-lekuk tubuh Laras, mengelusi punggung,
pantat, dan paha. Jilbab yang Laras kenakan semakin menaikkan birahi William.
Tak lama kemudian Laras kembali mendekati orgasme, maka
gadis berjilbab lebar itu mempercepat goyangannya dan mempererat pelukannya.
Hingga akhirnya mencapai suatu titik dimana tubuh Laras mengejang, detak
jantung mengencang, dan pandangan agak kabur lalu disusul erangan panjang serta
melelehnya cairan hangat dari vagina Laras. Saat itu William gigit puting Laras
dengan cukup keras sehingga gelinjang gadis manis yang alim itu makin tak
karuan oleh rasa perih bercampur nikmat. Ketika gelombang itu berangsur-angsur
berlalu, goyangan Laras pun makin mereda, tubuh gadis berjilbab lebar itu
seperti mati rasa dan roboh ke belakang tapi ditopang dengan lengan William
yang kokoh.
Dia membiarkan Laras berbaring mengumpulkan tenaga sebentar.
Diambilnya tempat minum di atas meja kecil sebelah ranjang Laras dan disodorkan
ke mulut Laras. Beberapa teguk air membuat Laras lebih enakan dan tenaga Laras
mulai pulih berangsur-angsur.
“Aauughh.. Aaugghh.. Eehhmggh..”, Laras mulai bergairah
kembali. Gadis alim itu mulai kembali tenggelam dalam birahi, diperkosa untuk
kesekian kalinya dikamar kontrakannya olehs eorang asal indonesia timur.
Kepalanya yang masih memakai jilbab ia benamkan kebantal, meredam desahan dan
erangan nikmatnya.
Tak lama kemudian
Laras kembali mendekati orgasme, maka gadis berjilbab lebar itu mempercepat
goyangannya dan mempererat pelukannya. Hingga akhirnya mencapai suatu titik
dimana tubuh Laras mengejang, detak jantung mengencang, dan pandangan agak
kabur lalu disusul erangan panjang serta melelehnya cairan hangat dari vagina
Laras. Saat itu William gigit puting Laras dengan cukup keras sehingga
gelinjang gadis manis yang alim itu makin tak karuan oleh rasa perih bercampur
nikmat. Ketika gelombang itu berangsur-angsur berlalu, goyangan Laras pun makin
mereda, tubuh gadis berjilbab lebar itu seperti mati rasa dan roboh ke belakang
tapi ditopang dengan lengan William yang kokoh.
Dia membiarkan Laras berbaring mengumpulkan tenaga sebentar.
Diambilnya tempat minum di atas meja kecil sebelah ranjang Laras dan disodorkan
ke mulut Laras. Beberapa teguk air membuat Laras lebih enakan dan tenaga Laras
mulai pulih berangsur-angsur.
Tiba-tiba, terdengar suara motor yang masuk kehalaman rmah
kontrakan itu. “itu Rika!” Kata Laras yang langsung tergesa-gesa merapikan
bajunya dan mengenakan roknya. Segera mereka berdua kembali keruang depan,
duduk disofa berpura-pura tidak ada apa2.
“Assalamu alaikum…” Beberapa saat kemudian, Rika masuk.
Laras dan William menjawabnya. “ada tamu ya mbak?” tanya Rika. Laras hanya
mengangguk. “kenalkan, nama saya William.” Kata William sambil mengulurkan
tangannya. Matanya jelalatan memandang Rika yang cantik dan ramping, yang memakai
baju longgar putih, jilbab coklat muda dan rok yang berwarna sama dengan
jilbabnya. Wajahnya manis dan putih, dengan bibir yang indah dan tipis. Rika
tidak menyambut tangan William, namun langsung mengatupkan tangannya,
:kenalkan, nama saya Rika.” Kata Rika. William langsung salah tingkah. “Mbak
aku masuk dulu yah.” Kata Rika. Laras mengangguk. Kemudian Rika masuk. Tak
berapa lama terdengar tivi diruang tengah didepan kasur busa yang tadi dipakai
Laras dan William untuk bercinta terdengar dihidupkan. Ternyata Rika menonton
tivi.
Beberapa saat, William mendekati Laras yang masih kepayahan.
“Sudah segar lagi kan, Mbak Laras? Kita terusin lagi yuk!” sahut William
senyum-senyum sambil mulai menggerayangi tubuh Laras kembali.
“jagan will..ntar Rika tahu..” kata Laras. “ya kita mainnya
disini aja… diem-diem…” kata William sambil terus menggerayangi tubuh Laras.
Tangan nakal William membuat Laras kembali mendesah. Kaki gadis berjilbab itu
mulai terbuka. Namun William menginginkan gaya yang berbeda.
Kali ini tubuh Laras dibalikkan dalam posisi menungging
telungkup diatas sofa. Kemudian William pelan2 menyibakkan rok hitam Laras,
lalu mulai menciumi pantat Laras. Lidah William menelusuri vagina dan anus
Laras memberi Laras sensasi geli. Kemudian Laras merasa William meludahi bagian
dubur Laras, ya ketika gadis aktifis masjid kampus itu melihat ke belakang
William memang sedang membuang ludahnya beberapa kali ke daerah itu, lalu
digosok-gosokkan dengan jarinya. William mau main sodomi. Laras sudah lemas
dulu membayangkan rasa sakitnya ditusuk kontol sebesar milik William pada
daerah situ.
Benar saja yang Laras takutkan, setelah melicinkan daerah
itu William bangkit lalu membuka retsleting celana jeansnya, mengeluarkan
kontol besarnya, lalu dengan tangan kanan membimbing penisnya dan tangan kiri
membuka anus Laras. Gadis alim itu meronta ingin menolak tapi segera dipegangi
oleh William. “ssstt..jangan berontak..ntar Rika dengar..” bisik William
ditelinga Laras.
“Jangan Will… Jangan disitu, sakit!” bisik Laras memohon,
setengah meronta.
“Tenang Mbak Laras, nikmati saja dulu, ntar juga enak kok.
Saya gak akan kasar. Dulu itu mbak juga keenakan khan?” bisik William.nafasnya
terasa tersengal2, menahan gejolak birahi.
Gadis ayu berjilbab itu merintih tertahan sambil menggigit
sofa menahan rasa perih akibat tusukan benda tumpul pada duburnya, yang lebih
sempit dari vaginnya. Air mata Laras meleleh keluar.
“Aduuhh… Sudah Will… Laras nggak tahan,” rintih Laras yang
tidak dihiraukannya.
“Uuhh… Sempit banget nih,” William berbisik mengomentari
Laras dengan wajah meringis menahan nikmat.
Setelah beberapa saat menarik dan mendorong akhirnya mentok
juga penis William. William diamkan sebentar penisnya disana untuk beradaptasi
sekalian menikmati jepitannya. Kesempatan ini juga dipakai gadis manis
berjilbab itu untuk membiasakan diri dan mengambil nafas.
Laras menjerit kecil saat William mulai menghujamkan
penisnya. Secara bertahap sodokan William bertambah kencang dan kasar sehingga
tubuh gadis berjilbab itu pun ikut terhentak-hentak. Tangan William meraih
kedua payudara Laras dari luar kaos dan jilbabnya dan diremas-remasnya dengan
brutal. Keringat dan air mata Laras bercucuran akibat sensasi nikmat di
tengah-tengah rasa perih dan ngilu, gadis manis berjilbab itu menangis bukan karena
sedih, juga bukan karena benci, tapi karena rasa sakit bercampur nikmat. Rasa
sakit itu Laras rasakan terutama pada dubur dan payudara, Laras mengaduh pelan
setiap kali William mengirim hentakan dan remasan keras, namun gadis alim itu
juga tidak rela William menyudahinya. Terkadang Laras harus menggigit bibir
atau sofa untuk meredam jeritannya agar tidak keluar sampai keruang sebelah,
dimana Rika ada disana.
Akhirnya ada sesuatu perasaan nikmat mengaliri tubuh Laras
yang Laras ekspresikan dengan desahan panjang, ya Laras mengalami orgasme
panjang dengan cara kasar seperti ini, tubuh gadis montok berjilbab itu
menegang beberapa saat lamanya hingga akhirnya lemas seperti tak bertulang.
William sendiri menyusul Laras tak lama kemudian, William menggeram dan makin
mempercepat genjotannya. Kemudian dengan nafas masih memburu William mencabut
penisnya dari Laras dan membalikkan tubuh gadis aktifis kampus berjilbab lebar
itu lalu mengarahkan kontolnya kewajah cantk dan putih Laras. Sperma William
muncrat, menyemprot dengan derasnya dan berceceran di wajah Laras, menetes
sampai membasahi jilbab hitam Laras.
Tubuh Laras tergolek lemas disofa, sementara William duduk
terengah-engah dikursi empuk sebelah sofa panjang. Ia barusaja menikmati tubuh
seorang gadis alim berjilbab yang biasanya menjaga dirinya. Terlebih lagi,
william menikmatinya dikontrakan sang gadis berjilbab itu sendiri, tanpa
melepas bajunya, dan ada rekannya sesama gadis berjilbab diruang sebelah.
Sebuah senssi yang membuat gairahnya semakin tinggi dan orgasmenyapun semakin
kuat. Pelan2 Laras duduk dan mengambil tissue dimeja, lalu membersihkan
wajahnya yang berlumuran sperma, juga jilbabnya. Kemudian dengan pelan ia
beranjak masuk kedalam, sepertinya hendak ke kamar mandi. Sementara itu tivi
yang ada diruang dalam tidak terdengar lagi suaranya.
Tiba-tiba ditengah kelelahannya, William ingat Rika, rekan
Laras sesama gadis berjilbab lebar yang tadi masuk ke dalam. Kembali pikiran
bejatnya penasaran,s eperti apa rasa memek sang gadis yang terlihat lugu tadi.
Setelah tenaganya sedikit terkumpul, ia kembali masuk ke ruang tengah.
Diruang tengah, ia menjumpai ruangan itu kosong, dan
televisi yang tadi menyala telah mati. Segera ia melirik ke dua kamar di
debelah ruang tengah. Dikamar yang satu, lewat pintu yangs edikit terbuka ia
melihat Larasl, berbaring menelungkup dikasur. Wajahnya terbenam dalam bantal,
dengan jilbab, baju longgar dan rok panjang yang masih ia pakai. Nampaknya
gadis alim montok itu menangis. William tidak peduli. Langsung ia berpaling ke
pintu satunya, yang tertutup. Segera ia berjongkok untuk mengintip dari lubang
kunci, dan ketika ia mengintip, terkejutlah ia teramat sangat. Birahi yang tadi
telah lepas, kini kembali datang. Ia melihat Rika, gadis alim berjilbab yang
wajahnya terlihat lugu itu tidur terlentang. Baju, jilbab, kaus kaki putih dan
roknya masih ia pakai, namun roknya sudah tersingkap keatas, memperlihatkan
pahanya yang putih mulus. Keterkejutan William ialah karena Rika, sang gadis
cantik berjilbab itu sedang menyusupkan tangannya ke balik celana dalamnya dan
meraba-raba memeknya sendiri.
Sesaat kemudian Rika melepaskan celana dalam putih
berendanya, membuat William semakin terkesima melihat bentuk memek Rika yang
indah, dihiasi bulu-bulu tipis. William merasakan nafsu birahi kembali bangkit,
batang kemaluannya kembali mengeras. William terus mengintip. Tangannya turun
ke kontolnya yang etrtutup celana jeans, dan mengelus2nya.
Detik-detik selanjutnya, gadis berjilbab itu kembali
melanjutkan aktivitasnya. Tangannya meraba-raba bibir memeknya yang merah
merekah, sambil mulutnya tak berhenti mendesah. Pemandangan selanjutnya semakin
membuat perasaan William tak karuan. Dimana, Rika mencucuk-cucuk memeknya
sendiri dengan irama yang semakin lama semakin cepat. Namun melihat sang gadis
ayu berjilbab itu masturbasi tanpa melepas jilbab dan bajunya tetap membuat
William semakin birahi.
“Akkhh.. oohh.. oughhtt.. ouhh.. akhh..” desahan dan
rintihan yang keluar dari mulut Rika semakin keras, sampai suatu saat William
melihat tubuh gadis alim itu terhentak-hentak, pantatnya terangkat dan tubuhnya
mengejang beberapa saat untuk kemudian terkulai lemas dan tertidur. Rupanya
Rika sudah mencapai orgasme, pikir William dalam hati.
William yang sedari tadi mengintip tak dapat lagi membendung
nafsu birahinya yang kembali datang.s egera ia ingat pada Laras.
Dengan segera William masuk kek amar Laras, dan menindih
Laras. Laras yang terkejut tidak mampu berbuat apa-apa. “wil… udahhh…ampuuunnn…
jangaaann… aku capeeeek…” rintih Laras sambil terisak-isak, namun William tidak
peduli. Segera william bangkit dan
menarik pantat gadis montok berjilbab itu kebelakang sehingga posisi Laras
sekarang agak menungging. Laras yang sudah lemas tidak mampu berontak, kecuali
hanya terisak dan merintih memohon ampun yang tidak digubris oleh William.
Gadis berjilbab itu menjerit tertahan ketika william menyingkap rok panjangnya
keatas dan memelorotkan celana dalamnya. Beberapa saat kemudian terasa sebuah
benda hangat yang besar kembali menyeruak masuk lubang memeknya. Dengan amat
bernafsu setelah melihat Rika, agdis berjilbab rekan Laras masturbasi, William
melampiaskan birahinya dengan kembali memperkosa memek Laras. disodoknya memek
Laras dari belakang.
“Ohh.. Mbak Laras.. Ooh.. Oohh.. Oohh.. Mbak Laraaashhngg”,
William meracau histeris sambil memacu kontolnya menembusi memek gadis alim itu
dengan cepat dan bertenaga.
Berkecipak-kecipak suara memek Laras dihajar kontol William
yang masih kokoh dan tegang itu. Tangan kekarnya kadang menepuk pantat bahenol
dan padat Laras sampai merah kulitnya, gadis alim itu meringis-ringis antara
perih dan nikmat yang mulai kembali menjalar dari memeknya keseluruh tubuhnya.
“Aauughh.. Aaugghh.. Eehhmggh..”, Laras mulai bergairah kembali. Gadis alim itu
mulai kembali tenggelam dalam birahi, diperkosa untuk kesekian kalinya dikamar
kontrakannya olehs eorang asal indonesia timur. Kepalanya yang masih memakai
jilbab ia benamkan kebantal, meredam desahan dan erangan nikmatnya.
Memek Laras berdenyut-denyut menyekap kontol William sehingga
dari mulut William mencerocos erang-erangan kenikmatan. “Emmppoott.. Mbak
Laraaashhngghh.. Ennaakk.. Bbanngeet.. Adduuhh.. Heehghh..”, semakin liar
sodokan William, sampai pantat Laras merah-merah karena hantaman-hantaman paha
William.
Kontol diayun untuk menyodok sedalam-dalamnya. Keduanya
tercerai dari kesadaran kembali. Erangan dan ceracau terlontar di luar kendali
akal. Kemudian dengan kasar Laras ditelentangkan dan diangkat satu kakinya yang
kanan dan dipegangi. Lurus ke atas. William mendekatkan kontolnya kembali,
dengan tubuh tegak sejajar kaki kanan Laras, William memajukan dan menghujamkan
kontolnya lalu mulai mengayuh kembali. Laras sang gadis berjilbab itu
memejamkan matanya rapat0rapat. Bibirnya ia gigit, seolah menahan erangan
nikmat yang akan keluar. Tidak berhasil, karena masih etrdengar dengusan nafas
birahi dan desahannya yang erotis.
Keduanya berpacu kembali, berliter-liter keringat telah
membanjir keluar dari tubuh keduanya sampai baju yang masih mereka pakai basah
kuyup. Tangan william merambat keatas, meremas kasar tetek Laras sambil terus
menggenjot memek gadis alim montok itu dengan ganas. Hunjaman-hunjaman
kontolnya kuat dan menyentak, membuat Laras merasakan kenikmatan yang sangat
dalam perkosaannya. Matanya hanya membeliak-beliak dengan erangan-erangan yang
sudah semakin menghilang.
“Oohggh.. Aaghh.. Eegh.. Eeghh.. Eeghh.. Maauuhh..
Nyampaihh.. Mbak Laraaashhnngghh.”
Laras tidak sempat menanggapi lagi karena dia sudah mencapai
orgasmenya. kenikmatan kali ini yang dia rasakan sudah tak terukur. keduanya
memekik tertahan, takut ketahuan oleh Nuruk yang tertidur dikamar sebelah.
“Aahh!!”.
Keduanya melengkungkan tubuh masing-masing ingin saling
memasuki, William mencoba menembuskan kontolnya sampai ke tempat terdalam milik
Laras, gadis alim itu terlihat seolah ingin mencakup seluruh milih William.
Keduanya melipat dan saling mengatupkan dirinya dengan kuat-kuat ingin berpadu
tak teruraikan.
Setelah beberapa saat menumpahkan spermanya ke memek Laras,
William berbaring terlentang disamping Laras, kehabisan tenaga. Isak tangis
Laras sudah tak terdengar. Gaids alim itu sepertinya sudah tak punya tenaga
lagi juga. Beberapa saat istirahat, William kembali merapikan bajunya, dan
beranjak pergi. Tidak lupa ia mengambil gambar Laras yang sedang tertidur
dengan bagian bawah terbuka lebar. William tahu itu berguna suatu saat nanti.
Namun ia sekarang sudah puny target baru. Sang gadis alim
yang berwajah lugu dan cantik, namun ternyata maniak masturbasi, Rika. Segera
ia melenggang keluar kjontrakan gadis-gadis berjilbab itu dengan langkah ringan
karena mendapat mangsa baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar