Kemudian sambil memeluk dari belakang kuraih wajahnya
dan kulumat kembali bibir mungilnya, sementara kugesek-gesek penisku yang sudah
menegang di dalam cd-ku kearah pantatnya. Sedang tangan kiriku asyik memilin
puting dan meremas buah dadanya bergantian, jari tengah tangan kananku mulai
mengorek-ngorek kemaluan Erni dari luar rok abu-abu panjangnya.
“Emmhh… mmhh..”, desahnya tertahan oleh ciumanku
sedangkan kedua tangannya pasif memegangi tangan-tanganku yang sedang
bereksplorasi seakan mengikuti permainan ini..
Namaku Doni,
lajang 36 tahun bekerja sebagai asisten manager pada sebuah perusahaan swasta
nasional. Aku mempunyai pengalaman menarik pada saat aku sedang berakhir pekan
di Anyer, Banten beberapa waktu lalu. Biasanya akhir pekan kuhabiskan dengan
clubbing dengan teman-temanku. Tapi kali ini aku ingin sendirian menikmati hari
libur yang hanya singkat itu. Nah, sewaktu disana aku ceroboh saat bermain di
pantai hingga hp kesayanganku nyemplung di air laut. Gara-gara itulah aku
mendapatkan pengalaman menyenangkan yang tak terduga.
Singkat cerita esoknya hari Sabtu aku meluncur dengan
sedanku menuju pusat perbelanjaan yang berada di pusat kota Cilegon untuk
membeli pengganti ponselku yang rusak. Sesampainya disana aku langsung menuju
ke lantai atas yang merupakan lokasi pusat perdagangan hp disana. Setelah cari
merek dan model terbaru yang memang sudah kuincar dari kemarin akhirnya
kudapatkan disalah satu gerai yang cukup besar disitu. Sambil duduk,
kucoba-coba fitur yang ada pada ponsel yang baru kubeli. Saat asyik
mengutak-utik barang baru tersebut, sales gerai yang berada dihadapanku
sekonyong-konyong berucap,”Cari apa mbak?”. Refleks kepalaku menoleh samping.
Sosok yang disapa tadi berdiri disamping agak kebelakang. Seorang gadis
berseragam hem putih lengan panjang dengan rok abu-abu panjang semata kaki
mengenakan jilbab putih. Yang disapa hanya menjawab,”Ah, nggak mbak. Cuma
lihat-lihat”, sambil tersenyum kecut. Sekilas dari pengamatanku sosok gadis
tersebut mempunyai tinggi 160cm dan berwajah cukup manis dan cantik. Sepertinya
ia tertarik pada ponsel yang baru kubeli ini. Aku tahu itu karena pada saat
melihatnya, dia seperti sedang berdiri memperhatikan hp yang sedang
kuutak-utik.
Tak lama kemudian gadis itu beranjak pergi. Entah
kenapa aku jadi ingin melihat sosoknya sekali lagi. Sambil bergaya seperti
hendak menelpon dengan hp baru, kutolehkan kepalaku sedikit.
“Wah! Boleh
juga nih cewek”, ujarku dalam hati. Walau siswi itu berbusana serba tertutup
namun karena seragam yang ia kenakan itu nampak ketat membalut maka setiap
lekuk tubuhnya nampak jelas terpampang. Pinggulnya ramping sedangkan pantatnya
bulat dan sekal. Pikiran nakalpun mulai singgah di kepalaku membangkitkan
libidoku. Sekalian ingin mencoba kemampuan hp baru, kuarahkan kameranya untuk
memotret siswi itu walau hanya nampak dari belakang. Pertama aku kupotret
seluruh badan dan yang kedua sengaja aku zoom bagian pinggul dan pantatnya.
“Wow, bohai
bener nih pantat! garis cd-nya aja keliatan”, ujarku dalam hati begitu melihat
hasil jepretan kamera ponsel.
Setelah beres urusan hp, aku segera menuju food court
yang ada di lantai bawah untuk makan siang. Sambil menunggu makanan yang
kupesan datang iseng kubuka lagi file foto yang kujepret tadi. Melihat foto itu
fantasi liarku mulai melayang jauh. Entah kenapa baru kali ini aku merasa
begitu terangsang oleh penampilannya. Padahal selama ini aku biasa-biasa saja
melihat setiap gadis berjilbab. Mungkin selama ini aku tidak menyadari seperti
ada daya tarik tertentu dari wanita yang berpakaian seperti itu. Kubayangkan
diriku sedang leluasa menjamah dan menikmati tubuh siswi berjilbab itu. Lagi
asyik-asyiknya aku melamun, pelayan food court yang mengantarkan makan siangku
membuyarkan itu semua. Buru-buru kusimpan ponselnya ke saku celana.
Baru saja mau makan, tiba-tiba mataku menangkap sosok
yang kubayangkan tadi berada tidak jauh dari tempatku duduk. Nampaknya ia
sedang asyik melihat-lihat pernak-pernik dan asesori perhiasan yang berada di
counter dekat food court ini. Segala gerak gerik gadis itu tak lepas dari
pengamatanku. Saat tubuhnya berbalik hendak beranjak meninggalkan gerai
tersebut, tiba-tiba pandangannya beradu dengan tatapanku. Nampaknya ia sedikit
kaget melihat keberadaanku. Seakan malu melihatku, kepalanya langsung
ditundukkan menghindari tatapanku. Tapi seakan penasaran tidak yakin yang
dilihatnya itu aku, sekali lagi ia menoleh sedikit kearahku. Kulemparkan
senyumku sambil melambaikan tangan kearahnya seakan menggoda sikapnya yang
malu-malu kucing. Gadis itu seakan menjadi kikuk atas sikapku kepadanya. Ia
hanya tersenyum malu lalu menundukkan pandangannya kebawah seakan tidak berani
beradu pandang denganku. Beberapa saat ia hanya berdiam disitu sambil kepalanya
celingak-celinguk seakan takut ada yang mengenalinya berada disekitarnya.
Perlahan aku bangkit dari duduk dan kuhampiri dia.
Siswi berjilbab itu kulihat semakin salah tingkah dan grogi ketika aku mulai
mendekat.
“Halo dik,
ketemu lagi kita disini. Lagi ngapain? Mau belanja asesoris?”, sapaku. Yang
disapa hanya tersenyum simpul dengan kepala sedikit tertunduk malu sedangkan
tangannya memegang erat tas ransel dipunggungnya. Perlahan dengan suara pelan
ia menjawab,
“Ah, nggak om
cuman liat-liat aja koq”, dengan pandangan menunduk kebawah.
Lalu dengan
segala keramahan kucoba mengajaknya makan siang bersamaku. Mula-mula ia tampak
sedikit ragu atas ajakanku. Tapi akhirnya dengan sedikit bujuk rayuku ia mau
juga.
Setelah berbasa-basi, kami berkenalan. Namanya Erni
Widyaningsih berumur 16 tahun duduk di kelas 2 salah satu SMK swasta disana.
Setelah itu kami lanjutkan perkenalan ini dengan santap siang. Disini mengalir
bermacam-macam obrolan mulai dari dirinya sampai unek-unek dan permasalahan
yang ia hadapi saat ini. Dia adalah anak pertama dari 4 bersaudara. Bapaknya
pegawai honorer pemda sedangkan untuk membantu menambah penghasilan keluarga
ibunya bekerja sebagai karyawan sebuah toko. Erni sengaja masuk SMK (SMEA)
karena begitu lulus ingin bisa langsung kerja membantu orang tuanya. Namun
keinginannya itu bisa kandas ditengah jalan karena sekarang keuangan
orangtuanya yang sedang sulit sehingga ia masih menunggak SPP. Sedangkan
teguran dari sekolah hampir tiap hari diterimanya. Bahkan hari ini ia dipaksa
pulang lebih awal dari sekolah karena masih belum . Yang membuatnya sakit hati
yaitu sikap beberapa teman kelasnya yang terus mengejek dan menyindir keadaan
sulit yang sedang dialaminya. Dia merasa heran dan bingung karena beberapa
siswi yang suka mengejeknya justru berkeadaan sama dengan dirinya. Meskipun
begitu penampilan mereka justru layaknya seperti orang yang berkecukupan. Mulai
dari tas, sepatu bahkan hp bagus mereka punya. Di depan Erni mereka selalu
bergaya memamerkan barang-barang tersebut. Terus terang terkadang ia merasa iri
dengan mereka. Sampai disitu, kutanyakan padanya apakah dia tahu bagaimana
teman-temannya itu mampu membeli barang-barang tersebut. Mendengar pertanyaanku
itu sejenak ia diam sambil menunduk seakan tahu tapi malu menjawabnya. Setelah
kudesak secara halus akhirnya keluar pengakuan bahwa ia pernah mendengar kabar
bahwa teman-temannya itu menjual diri demi mendapatkan materi. Mulanya ia tidak
mempercayainya tapi kemudian secara tidak sengaja ia memergoki salah seorang
rekannya itu sedang digaet pria berumur sewaktu pulang sekolah. Mendengar
pengakuannya sambil tersenyum kutanyakan pendapatnya tentang perilaku
teman-temannya itu. Sambil diam sejenak kemudian ia berkata kalau sebenarnya
kesal juga sedikit iri dengan mereka yang mengambil jalan pintas untuk
mendapatkan uang.
“Lha kalau
nggak begitu, mungkin mereka juga akan mengalami nasib yang sama dengan kamu.
Habis mau gimana lagi minta sama orang tua sulit, yah satu-satunya cara mungkin
yang seperti kamu bilang itu.”, ujarku sembari menunggu reaksinya. Siswi
berjilbab itu hanya diam tertunduk mendengar kata-kataku. Nampaknya
pernyataanku menusuk kedalam sanubarinya.
Melihat ia yang masih diam saja yang tidak membantah
atau mengiyakan pernyataanku tadi, otakku mulai berputar mencari siasat untuk menggiring
gadis yang sedang dalam kesempitan ini kearah yang kumau. Dengan lembut
kutanya, “Erni, kamu masih mau sekolah kan?”. Dia hanya mengangguk pelan
mengiyakan.
“Kalau om
tolong bayarin SPP-mu kamu mau nggak?”, tanyaku lanjut.
“Ah, yang
benar? Masak sih om?”, sahut Erni sambil memandangku dengan tatapan kaget
seolah tidak percaya.
“Ya iya dong.
Om serius mau ngebantu kamu. Masak bercanda?”, jawabku berusaha meyakinkannya.
Terkesima akan tawaranku gadis itu berkata heran,
“Aduh om baik
sekali! Koq mau nolongin Erni? Om kan baru kenal sama Erni”.
“Saya nggak
tega kalau kamu putus sekolah. Kasian kan kalau cita-cita kamu kandas di tengah
jalan. Kasihan orang tua Erni yang punya harapan besar sama”, ujarku sambil
tersenyum. Sejenak ia terdiam.
“Kenapa? Kamu
masih nggak percaya?”, tanyaku.
Lalu ia
menjawab, “Bukan begitu om, tapi rasanya Erni nggak bisa membalas kebaikan hati
om. Rasanya bantuan yang diberikan om terlalu besar buat Erni. Kayaknya terima
kasih aja nggak cukup buat membalas semuanya.”, dengan wajah sedikit bingung.
“Ah, kamu nggak
usah bingung. Kalau pengen balas budi gampang koq, asal kamu ngerti caranya.”,
timpalku sambil tersenyum penuh arti. Dengan pandangan penuh tanda tanya ia
berkata.
“Caranya gimana
om?”, seolah penasaran ingin tahu kemauanku.
“Er, di dunia
ini tidak ada yang gratis. Kalau ingin mendapatkan sesuatu kita harus berusaha.
Begitu juga dengan teman-temanmu. Mereka tahu kalau hanya mengandalkan orang
tua segala keinginan yang terpendam tidak akan mereka dapatkan. Jadi walau
banyak yang tidak suka cara mereka, mungkin termasuk kamu, mereka ambil jalan
yang paling gampang. Caranya ya itu tadi yang seperti kamu ceritakan. Jadi…
kalau kamu ingin membalas kebaikan om, yah caranya seperti yang seperti
teman-temanmu itu”, paparku sambil tersenyum penuh arti. Sekilas raut wajah
remaja putri itu kaget sekaligus gelisah mendengar penjelasanku tadi. Ia cuma
terdiam sambil tertunduk. Wajahnya yang manis nampak penuh kebimbangan.
Melihatnya dalam keadaan bimbang kulancarkan rayuan
sambil mengiming-iminginya untuk membelikan segala macam barang bagus. Sekilas
kemudian sambil menatapku dengan tatapan bimbang ia bertanya dengan suara
pelan,
“Tapi om kalau…
saya nanti hamil gimana?”.
“Oh.. itu sih
gampang. Kamu nggak mungkin sampe hamil. Banyak cara buat mencegahnya koq.
Tenang, om ngerti caranya.”, jawabku tersenyum seraya meyakinkan dirinya yang
sedang bimbang. Gadis itu kemudian menurunkan pandangannya ke atas meja sambil
menaruh kedua tangannya diatas meja. Jemari kanannya meremas jemari kirinya
pertanda ia sedang berpikir keras.
Setelah membiarkannya sejenak untuk berpikir,
kulancarkan kalimat pamungkas untuk meruntuhkan kebimbangannya. Seraya
memandang tajam wajahnya perlahan tanganku menyentuh jemarinya sambil berkata,
“Om tidak akan
memaksa Erni. Kalau kamu mau om senang sekali, tapi kalau nggak ya nggak
apa-apa. Tapi coba pikirkan sekali lagi, apa ada cara yang lebih baik lagi buat
menyelesaikan masalah kamu sekarang….. hmmm”, seakan mengarahkan pikirannya
kalau tidak ada cara lagi selain yang kutawarkan tadi. Erni hanya bisa
memandangku dengan tatapan sayu seakan pasrah mengiyakan ucapanku. Beberapa
saat kami saling bertatapan seraya kedua tanganku meremas kedua jemarinya.
Gadis itu seolah sudah berada dalam genggamanku karena ia tidak menolak
jemarinya yang halus diremas olehku. Merasa semua sudah berjalan dengan
rencanaku, kuajak ia berlalu dari situ.
Singkat cerita, selama dalam perjalanan menuju
bungalow tempatku menginap pandangan dan pikiranku tidak lepas dari sosok siswi
SMK disampingku ini. Tangan kiriku tidak henti-hentinya bergerilya mengelus
pipi, dagu, tangan dan bahkan pahanya. Namun karena sudah pasrah ia diamkan
saja perlakuanku itu. Rasanya tidak sabar lagi untuk segera beraksi. Kularikan
kendaraanku secepat mungkin agar cepat sampai tujuan.
Sampai ditujuan keluar dari mobil, bagai sepasang
kekasih kurangkul pundaknya dengan tangan kiriku. Kubawa ia menuju kamar tidur
utama. Kemudian setelah menutup pintu kamar kutarik kedua lengannya dan
kuletakkan diatas pundakku. Sedangkan kedua tanganku mendekap erat tubuhnya.
Wajah kami saling berhadapan amat dekat. Wajah yang cantik manis dengan tatapan
sayu serta bibirnya yang mungil agak sedikit terbuka seperti meminta untuk
dilumat. Segera kucium dan kulumat bibirnya dengan gemas sedangkan kedua
tanganku mulai beraksi mengelus punggung dan pinggangnya bergantian.
Beberapa saat kemudian tanganku beralih turun
kepantatnya. Kuelus dan kuraba terasa kenyal dan padat bongkahan pantat gadis
ini. Dengan gemas kuremas-remas pantatnya sambil sesekali mencengkram dan
mendorongnya ke arah selangkanganku. Wajah Erni mengernyit kaget dengan
perlakuanku itu. Apalagi dia merasakan benda aneh yang keras dari balik
celanaku menekan-nekan selangkangannya. Puas melumat bibirnya ciumanku perlahan
turun ke dagu kemudian leher menuju payudaranya. Sepasang payudara yang montok
menggelembung padat meyembul dari balik hem putih lengan panjangnya. Segera
kupagut dan kukulum payudara yang masih tertutup oleh kemeja putih seragamnya.
Tangan kananku segera meraih dan meremas payudara kirinya sedangkan tangan
kiriku masih asyik meremas pantatnya. “Ohh…. mmmhhh”, kepala siswi berjilbab
itu mendongak sambil melenguh menikmati perlakuanku. Kedua tangannya
meremas-remas kepalaku.
Perlahan tangan kananku mulai membuka kancing baju
seragamnya satu persatu sambil menarik bawahan kemeja itu dari balik roknya.
Terpampang dihadapanku sepasang buah dada yang montok berukuran 33 dengan BH
yang nampak kekecilan untuk menampungnya. Lalu kulucuti hem putih lengan panjang
beserta BH yang masih dikenakannya itu. Kini Erni hanya tinggal mengenakan rok
abu-abu panjang semata kaki dengan jlbab putihnya. Sengaja kubiarkan begitu
karena bagiku hal tersebut merupakan sesuatu yang amat menggairahkan.
Melihat pemandangan yang indah ini segera kulanjutkan
aksiku dengan menghisap dan menjilati sepasang puting susu miliknya yang sudah
menegang dengan rakus. Terkadang tanganku ikut bermain dengan memiting dan
memilin puting yang berwarna coklat muda itu.
“Ouhh… ahhh…
ahhh”, desah bibir mungil yang setengah terkatup sambil meremas kepala dan
pundakku.
Nafasnya naik
turun menahan nikmat. Semakin lama desahannya semakin kencang membuatku semakin
bergairah. Sambil membalikkan tubuh ABG ini hingga membelakangiku segera
kulepas semua pakaian yang kukenakan tinggal celana dalamku. Kemudian sambil
memeluk dari belakang kuraih wajahnya dan kulumat kembali bibir mungilnya,
sementara kugesek-gesek penisku yang sudah menegang di dalam cd-ku kearah
pantatnya. Sedang tangan kiriku asyik memilin puting dan meremas buah dadanya
bergantian, jari tengah tangan kananku mulai mengorek-ngorek kemaluan Erni dari
luar rok abu-abu panjangnya.
“Emmhh…
mmhh..”, desahnya tertahan oleh ciumanku sedangkan kedua tangannya pasif
memegangi tangan-tanganku yang sedang bereksplorasi seakan mengikuti permainan
ini.
Beberapa menit kemudian kusuruh Erni membungkuk sambil
tangannya memegang pinggiran meja hias yang ada di depannya. Lalu kusingkap
roknya keatas sampai sepinggang. “Wauw indah sekali…”, desahku perlahan melihat
pemandangan yang ada dihadapanku ini. Pantat yang bulat sekal ditopang sepasang
paha dan betis mulus dan bersih. Kutarik celana dalamnya kebawah. Mataku
menatap kagum keindahan pantatnya yang putih mulus. Sejenak kuelus dan kuremas
bokong indah itu sambil sesekali menciuminya dengan gemas. Erni hanya bisa
menundukkan kepalanya. Tubuhnya sedikit bergetar mendapat perlakuan seperti
itu.
Setelah itu kurentangkan sedikit kedua pahanya dan
kulihat vagina yang ditumbuhi bulu-bulu halus menebarkan baunya yang khas.
Kusibakkan vagina gadis ini dan dengan jari tengahku kukorek-korek.
“Emmmhh….”,
tiba-tiba tubuhnya menggelinjang hebat sambil pahanya bergerak seolah hendak
menjepit tangan kananku yang sedang memainkan liang surganya.
Terus kukorek-korek sampai jariku mulai kebasahan oleh
cairan kewanitaan yang keluar dari sana. Nafas dan desah kecilnya memburu
membuat gairahku meningkat. Kurasa ini saat yang tepat untuk mulai beraksi
karena penisku sudah menuntut untuk dimasukkan. Kutarik jariku, lalu kurebahkan
tubuhnya ke ranjang. Matanya menatap sayu kearahku yang tinggal bercelana
dalam.
“Ihhh..!!”, pekiknya pelan sambil menutup wajahnya
begitu melihat kemaluanku yang besar tegak mengacung didepannya. Perlahan
kudekati Erni sembari menarik kedua belah tangannya.
“Kenapa
sayang?”, tanyaku sambil tersenyum.
“Takut om,
punya om besar sekali. Nanti sakit.”, ujarnya ketakutan.
“Tenang sayang
nggak sakit koq. Cuma kayak digigit semut sebentar”, jawabku sembari mencium
bibirnya untuk meredakan ketakutannya.
Kedua tanganku tidak ketinggalan memainkan payudara
dan liang vaginanya.
“Mmmhh.. cupp..
cupp”, desahnya tertahan oleh ciumanku. Sedangkan nafas gadis ini mulai memburu
pertanda ia semakin terangsang. Tak lama kemudian kurasakan ujung jariku
semakin basah oleh cairan yang keluar dari kemaluannya.
“Ah, ini dia
saatnya”, ujarku dalam hati lalu kurentangkan kedua pahanya lebar-lebar. Lalu
sambil bertumpu dengan lengan kiriku, tangan kananku membimbing sang penis
memasuki kemaluannya.
“Ouhh…
sshhh..!”, desisnya sambil menyeringai menahan rasa sakit saat penisku perlahan
memasuki liang kenikmatannya. Kedua tangannya menggenggam erat seprei ranjang
seakan bersiap untuk menerima kejutan lebih lanjut. Luar biasa! Penisku terasa
kesulitan menembus vaginanya. Perlahan senti demi senti kemaluanku menembus
lubang sempit siswi SMK ini. Akhirnya aku berhasil membenamkan seluruh batang
kejantananku kedalamnya. Kurasakan nikmat luar biasa ketika penisku terasa
seperti diurut oleh denyutan dinding kemaluan gadis ini. Sesaat bisa kurasakan
kalau ada sesuatu yang menetes keluar dari kemaluannya. Nampaknya keperawanan
gadis ini jebol sudah.
Kemudian perlahan kupompa maju mundur. Paras cantik
Erni nampak mengernyit menahan sakit sambil menggigit bibir bawahnya. Namun
lama kelamaan seiring dengan makin lancarnya genjotan penisku, mimik wajahnya
berubah seperti mulai menikmati permainan ini.
“Shhh.. hehh..
hhhh”, desah kecil bibir mungilnya sembari kedua tangannya mencengkeram erat
lenganku yang sedang bertumpu disamping tubuhnya.
Melihat wajah yang cantik sedang berdesah ini
membuatku semakin bergairah. Segera kulumat bibir itu sambil memainkan lidahku
di dalamnya dan ternyata ia juga membalas dengan memainkan lidahnya.
“Mmmhh… cupp…
cupp…”, bunyi ciuman kami berdua yang diselingi permainan lidah.
Semakin lama semakin cepat genjotanku dan secara
refleks Erni melingkarkan kedua kakinya ke pinggulku. Hampir sepuluh menit
lamanya kami bersenggama dengan posisi ini dan tidak lama kurasakan lubang
senggamanya semakin basah.
“Ouuhhh….
ohhhh…. Omm…. Err.. nnii.. mo.. pipisss..”, getar suaranya menahan suatu
dorongan luar biasa dari tubuhnya. Nampaknya dara bertubuh sintal ini akan
mencapai klimaksnya. Dan benar saja, tubuhnya bergetar melengkung ke belakang
sedangkan pahanya yang melingkar di pinggulku menjepit erat. Terasa sesuatu
yang hanyat menyemprot keluar dari dalam vaginanya membasahi penisku. Sejenak
kuhentikan genjotan sambil mencabut penisku dari liang senggama dara montok
ini.
Nampak penisku dibasahi oleh cairan vagina bercampur
darah. Begitu juga vaginanya dan dengan secarik tisu kubersihkan kemaluan kami
berdua. Beberapa menit kemudian kurangsang Erni kembali untuk menuntaskan
hasrat birahiku yang belum tuntas. Tak lama kemudian vaginanya mulai basah
pertanda dia sudah kembali terangsang.
Kemudian dengan mesra kuajak ia turun dari ranjang.
Lalu kusuruh dia agar membungkuk membelakangiku. Tangannya bertumpu dipinggir
ranjang sedangkan kedua kakinya menjejak ke lantai. Rok abu-abu panjangnya yang
sempat terjurai kebawah kuangkat lagi sampai sepinggang. Sambil mencengkeram
pantatnya yang montok dengan tangan kiriku, tangan yang kanan mengarahkan penis
yang tegak mengacung ke arah vaginanya. Sejenak kugesek-gesekkan di bibir
kemaluannya yang mulai basah tadi.
“Ohhh…”,
desahnya pelan sambil menundukkan kepala sambil tangannya meremas-remas seprei.
Kini ujung penisku benar-benar terasa basah oleh
cairan kewanitaan yang mengucur dari dalam kemaluannya. Perlahan dengan bantuan
tangan kanan aku mulai melakukan penetrasi. Tidak seperti tadi, sekarang walau
masih terasa sempit kemaluanku dengan lancarnya menerobos masuk sampai pangkal
penisku menyentuh bokongnya. Kubiarkan penisku yang terbenam penuh didalam
liang senggama gadis ini sejenak. Lalu dengan perlahan kumaju mundurkan selangkanganku.
Kulakukan dengan tempo lambat untuk beberapa saat lalu secara bertahap
kupercepat sodokanku.
“Ahhh… ahhh… uhhh… uhhh”, desah Erni yang semakin lama
semakin kencang. Tubuhnya terguncang-guncang karena sodokanku yang makin lama
makin cepat. Sambil menyetubuhinya dari belakang kedua tanganku beraksi meremas
dan mencengkeram pantatnya.
“Plakkk…
plakkk…”, bunyi selangkanganku saat berbenturan dengan bokongnya. Terkadang
kuremas kedua buah dadanya dari belakang
“Ohhh… Errrnnniii… sayyyanggg… ennakk… khammuu…
memang… nikmaatt.. sshhh..”, racauku sembari menggenjot pantatnya dengan cepat.
“Emmmhhh… ohhh…
omm… mmhh”, desah siswi berjilbab itu seakan merespon racauanku sembari
kepalanya bergoyang kanan kiri terkadang menunduk kebawah menahan nikmat. Tubuh
kami berdua kini benar-benar basah kuyup bermandikan keringat. Jilbab dan rok
sekolah yang melilit dipinggang Erni juga ikut basah karenanya.
Tak terasa lebih dari 10 menit kami berdua bersetubuh
dalam posisi ini. Lama kelamaan dorongan berejakulasi tidak dapat kutahan lagi.
Sedangkan gadis yang sedang kugenjot ini juga mulai menampakkan tanda-tanda
akan orgasme.
“Ouhh… omm…
Errrhhh… nnnii… mauh… pipisss lagihhh…”, kata dara manis ini dengan nafas
terengah-engah.
“Ssshh…
tahhann… sedikitt… llagii… sayyyaaangg. Ommh… jugga… mo.. nyampee..”, ujarku
sembari mempercepat laju sodokanku.
“Ohhhh….”, erang Erni dengan tubuh menegang dengan
kepala mendongak seraya vaginanya megucurkan cairan. Bersamaan dengan
orgasmenya Erni akupun mencapai klimaks. Lalu kupeluk pinggangnya erat-erat
sembari membenamkan penisku dalam-dalam.
Dan,”Ahh….!”,
lenguhku nikmat seraya memuntahkan air maniku. Liang senggamanya sekarang
dipenuhi oleh campuran spermaku dan cairan vaginanya. Kemudian kami berdua
terkulai lemas sisi ranjang dengan posisi aku menindihnya dari belakang.
Kubiarkan sejenak kemaluanku yang masih tegang didalam vaginanya.
Hari menjelang sore, tak terasa kami terlelap puas.
Saatnya aku mengantar Erni pulang. Tak lupa sebelumnya kuberi dia pil pencegah
kehamilan. Dan sesuai dengan janjiku padanya tadi, kami mampir dulu di pusat
perbelanjaan dan kuberikan semua yang ia mau plus uang untuk kebutuhan
sekolahnya.
Dalam perjalanan mengantarkannya pulang aku sempat
menikmati tubuhnya sekali lagi. Di tempat yang sepi dan gelap jauh dari
keramaian kutepikan sedanku. Sembari menyuruh Erni pindah kepangkuanku kugeser
mundur tempatku duduk. Sambil ia duduk membelakangiku kusingkap rok abu-abu
panjangnya dan kusibak celana dalamnya. Lalu bersetubuhlah kami sampai klimaks.
Setelah puas kulanjutkan perjalanan mengantarnya pulang. Sebelum sampai
ditujuan aku berjanji padanya untuk meghubunginya kembali bila aku cuti atau
libur.
Petualanganku dengannya berlanjut beberapa bulan
kedepan. Dan sekarang gadis remaja itu menjadi mahir bermain seks dengan
berbagai macam posisi. Sampai akhirnya aku memutuskan kontak dengannya karena
ingin mencari petualangan yang baru lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar