Kamis, 14 Februari 2013

Harem 5

Aku sama sekali sebelumnya tidak menyangka jika Bu Rini pemilik kost ini akhirnya bisa kugarap juga. Dia sebetulnya tidak masuk dalam targetku. Alasannya sederhana saja, aku segan, lalu beda umur kami juga jauh. Aku keluar dari kamar Bu Rini dengan langkah perlahan. Setelah dengan hati hati kututup pintu kamar dan aku berbelok menuju ruang keluarga, tempat biasa dimana anak-anak pada ngumpul, suasananya sudah sepi. Kelihatannya masih ada cewek yang nonton TV.. “ Kok lama banget sih, aku udah nunggu dari tadi,” tanya Kristin.
“Bu Rini banyak penyakitnya jadi terapinya lama,” kataku ngawur.
“Jay mag ku sakit lagi nih Jay,” kata Kristin manja. Sementara penghuni rumah kos-kosan ini sudah kembali ke kamarnya masing-masing.Maklum jam sudah menunjukkan 1.30 tengah malam.
Aku ditarik Kristin masuk ke kamarnya dan dia segera menutup pintu. Kami duduk di pinggir tempat tidurnya. Kristin mengeluh magnya kambuh lagi. Aku heran, karena belum pernah kutemui keadaan seperti itu, lalu coba kutekan bagian telapak tangannya. Dia tidak bereaksi menunjukkan kesakitan. “Berarti dia bohong nih ,” kataku membatin.
Mungkin serangan pijatan erotisku masih mengendap dalam tubuh Kristin, sehingga dia penasaran untuk dituntaskan. Dia berpura-pura kambuh magnya agar bisa menyeret aku masuk ke kamarnya lagi.
Nafsuku sebenarnya berada di titik terendah. Namun aku sulit sekali menolak permintaan, apalagi ini adalah cewek Cina, cakep, umurnya sekitar 22 tahun, rambutnya di cat agak coklat tua terurai. “Jay kamu temenin aku dong di sini, aku khawatir pagi-pagi kambuh lagi, sebab biasanya sekitar jam 4 – 5 magku kambuh, aku takut tidur sendiri kalau lagi sakit gini, mau yaaaa,” pinta Kristin penuh harap.
“Aku mau tidur dimana,” tanyaku.
“Di sini berdua bareng aku,” katanya.
Tempat tidur Kristin sebenarnya cukup untuk satu orang . Ukuran lebarnya kira-kira 90 cm. Kalau aku paksakan tentu bisa saja tapi sempit sekali nanti gak bisa bergerak. Lalu aku berpikir, kalau memang minta ditemani lebih baik Kristin ngungsi ke kamarku. Kamarku lebih besar dan ranjangnya juga lebar.
“Aku gak keberatan sih nemenin kamu tidur, tapi gimana kalau kamu nginep di kamar ku aja, disana lebih tenang. Kalau disini besok pagi aku keluar dari kamarmu semua penghuni kos bisa ngliat, kalau di kamarku kan lebih leluasa,” aku membuka tawaran.
Kristin berpikir sebentar, lalu dia setuju. Dia lalu menarik aku keluar kamar dan menggandengku masuk ke kamarku diatas. Kamarku berantakan kayak kapal habis dirompak. Aku minta Kristin memaklumi, kamar lajang memang jarang rapi. Aku permisi sebentar turun mau pipis sekalian gosok gigi.
Sekembalinya aku masuk kamar, keadaan sudah rapi sampai ke meja belajarku. Buku-buku yang berantakan sudah rapi tersusun, lantai sudah pula disapu bersih. Aku berpikir ini bakal seminggu aku bebas tugas tidak merapikan kamar. Kristin duduk di meja belajarku. Wajahnya yang cantik sama sekali tidak menunjukkan dia ngantuk, padahal sudah hamper jam 2 malam. Sementara mataku sudah tinggal 5 watt.
“Aduh Jay aku seneng deh bisa tidur ditemeni kamu, aku jadi gak takut kambuh” katanya sambil bangkit lalu duduk ditempat tidur di sampingku.
“Nanti kalau pacarmu tau kamu tidur bareng aku, apa nggak terjadi perang dunia,” goda ku.
“Ah biarin aja, dia gak bakal tau kalau gak ada yang kasi tau, ala udah ah sebel ngomongi soal pacarku,” katanya.
Pacar Kristin, juga Cina dan tajir. Dia punya showroom mobil dan penampilannya selalu trendy. Aku memang sempat dikenalkan ketika Kristin dijemput, waktunya aku udah lupa kapan yaa.
Aku jadi berpikir bahwa perempuan juga punya hasrat selingkuh. Kalau dilihat dari penampilan luar, Kristin termasuk cewek alim dan tentunya setia. Nyatanya dia minta tidur bareng aku malam ini. Jadi kesimpulannya apa yaa…
“Kamu mau tidur di mana, di pinggir atau di tengah,” tanya ku.
“Aku di tengah, kalau di pinggir nanti takut jatuh,” katanya manja.
Lampu ku redupkan, dan aku menempati posisiku yang tersisa. Tapi tempat yang disisakan untuk ku sempit sekali. Kristin membiarkan tempat tersisa di bagian dia cukup lebar. Jadi begitu badan kuhempaskan langsung berhimpitan dengan tubuh Kristin. Aku masih menerawang tidur membujur, tiba-tiba Kristin memelukku. Dia tidak memberi aku kesempatan aku langsung diciuminya. Bahkan mulutku dicucupnya sampai aku sesak nafas.
Rupanya bara birahi yang kutinggalkan di benak Kristin tadi masih terus nyala. Dia ganas bener. Badanku ditindihnya, tidak lama kemudian bangkit dan menduduki pas di atas burungku. Untung saja posisi burungku sedang menghadap ke bawah, jadi tidak tersiksa. Di dorong kaus ku ke atas lalu di kembali menciumi bagian dada ku, perutku lalu di tariknya pelan pelan celana ku ke bawah.
Aku pasrah dan ingin menikmati woman domination. Kristin ganas sekali menyerangku, aku tidak diberinya kesempatan sedikit pun untuk membela diri atau membelainya. Akhirnya aku menutup mata saja menikmati babak selanjutnya.
Celana dalam pertahananku terakhir pun akhirnya di tarik kebawah. Aku sudah telanjang bulat, tetapi Kristin masih lengkap berpakaian. Aku berpikir, kalau dia terangsang , kenapa juga dia harus menyerangku habis-habisan. Wajarnya kalau dia yang konak ya dialah yang minta dipuaskan, bukan malah ingin memuaskan aku. Tapi aku diam saja menyimpan pertanyaan itu sambil menunggu jawabannya kelak.
Krsitin bangkit, dia membuka semua pakaiannya lalu tengkurap diantara kedua pahaku. Dia mulai menjilati kedua zakarku. Serangan ini membuat aku belingsatan. Batang yang sudah berdiri tegak menjadi target serangan berikutnya. Aku melenguh merasakan nikmatnya.
Dia kemudian bangkit lagi, mengubah posisinya. Dia merangkak di atas ku dan mulai lagi melakukan serangan. Aku menangkap kemauannya. Dia minta dioral, sehingga dia mengatur posisi 69. Aku mulai melancarkan serangan dengan mengoralnya. Tapi posisiku tidak bisa bertahan lama. Dia terlalu tinggi, sehingga aku harus cukup tinggi mengangkat kepala ku. Kugapai bantal untuk mengganjal kepala ku sampai posisiku pas di depan mekinya.
Serangannya membuat dia mengerang dan mendesis. Barangku jadi terabaikan ketika dia mendapat kenikmatan oral dari ku. Aku segera mengubah posisi, membalikkan badannya dan telungkup diantara kedua selangkangannya. Clitnya yang sudah mengeras dengan mudah ditemukan dan lidahku mulai mengulas ujung kelentit itu. Dia menjerit-jerit menahan kenikmatan. Gila bener, memeknya banjir bandang. Sambil mengoral aku mengingat mitos bahwa cewe yang kulitnya putih, memeknya cenderung lebih banjir. Ini baru kubuktikan. Sambil menjilat aku mencolokkan jari tengah kananku ke dalam lubang vaginanya. Pelan-pelan kutekan, tidak ada halangan. Berarti dia sudah bolong. Aku lalu mencari G spot. Agak lama merabanya karena selain pinggulnya terus menerus bergoyang di dalam liangnya banyak sekali bentuk-bentuk daging yang susah digambarkan. Yang mana sih G Spot anak ini. Aku mencoba berkonsentrasi sambil menahan pinggulnya agar tidak terus bergerak. Kutingkatkan kepekaan jari tengahku dengan lebih berkosentrasi, sampai kemudian kutemukan. Pantas agak susah, ternyata letaknya tidak tepat di posisi jam 12, dia di posisi 10.30. Untuk memastikan itu adalah G spot aku hentikan terpaan clitorisnya, lalu kumainkan G spot. Dia menggelinjang, berarti sudah kena sasarannya.
Serangan dengan dua target aku gencarkan, sampai kemudian dia menyerah. “Ampun –ampun ngilu …..,” katanya sesaat setelah orgasmenya tercapai. Dia menarikku keatas . Aku menindih badannya. Baru kusadari bahwa payudara Kristin ini ternyata tidak terlalu besar. Tapi bentuknya cukup menggairahkan . Kujilati kedua putingnya dia kembali mengelinjang.
Batang ku yang keras aku tuntun untuk bertamu ke gua Kristin. Pelan-pelan kusorongkan dan terbenamlah sudah seluruh batang penisku. Meski banjir, tapi aku merasa memek kristin tetap sempit. Cairan vaginanya ternyata agak kelat, bukan encer. Jadi rasa batangku seperti menyelam di cairan perekat, atau lem. Ketika ku maju- mundurkan terasa sekali agak lengket. Aku berfikir, mungkin Kristin sedang berada di puncak masa subur, sehingga vaginanya mempersiapkan cairan terbaik untuk menjamu batang yang masuk. Kalau begitu aku harus menghindar menembak di dalam.
Aku mengatur posisi genjotan untuk menggali kembali orgasme Kristin. Hampir 5 menit dia sudah bersemangat membalas hentakanku. Makin cepat dan akhirnya dia menarik tubuhku keras-keras. Dia ternyata mencapai kepuasan. Padahal aku sudah berada di gigi 5 untuk siap tinggal landas. Jadi terpaksa berhenti lagi untuk sementara . Setelah kedutan orgasmenya reda aku mulai lagi menyerang, tapi bisa langsung gigi 3 sehingga melaju lebih cepat. Aku berkosentrasi penuh untuk mencapai kenikmatanku. Aku abai saja terhadap Kristin apa nikmat apa tidak, toh dia sudah beberapa kali klimaks. Ketika hampir mencapai puncak tiba-tiba Kristin menahan pantatku untuk mempertahankan benaman maksimal batang bertopi baja ini. Padahal akau sudah hampir mencapai point no return. Bagaikan cangkir dia mengadukku, jadi bukan sendok yang mengaduk, keadaan sudah terbalik. Rupanya dia juga hampir sampai ke puncak everest. Batangku mendapat kejutan berupa kontraksi yang tidak mungkin lagi aku mampu menahan luapan lumpur seperti Lapindo. Maka akupun terpaksa meledak di dalam.
Sambil merasakan kenikmatan puncak, aku pun diliputi kekuatiran mengenai kemungkinan Kristin hamil membesarkan janin dari sperma ku. Aduh sulit berfikir dalam keadaan nikmat begini, aku nikmati ajalah, soal kemungkinan itu bagaimana berikutnya sajalah.
Setelah ketegangan mereda, gencatan senjata ditandatangani. Aku memprotes Kristin kenapa dia tahan aku sehingga aku tidak bisa melepas ejakulasiku di luar. Risiko hamil sangat besar, dan itu bakal menjadi tanggunganku nanti. “ Tenang aja Jay, aku kan dipasang spiral,”
Meledaklah keheranan di kepalaku, sampai aku tidak sadar mangap lebar terlalu lama. “Mau tanya apa lagi lu Jay……”
“Nggak punya pertanyaan lagi aku ngantuk………….” kata ku.
****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar