Selasa, 11 Desember 2012

ASTRID


Namanya Astrid Anindita, dia adalah seorang wartawan yang bekerja di sebuah surat kabar ibu kota. Umurnya baru 25 tahun. Sangat disayangkan sebetulnya kalau Astrid bekerja sebagai wartawan. Astrid memiliki wajah yang sangat cantik, banyak yang membandingkannya dengan Siti Nurhaliza, penyanyi dari Malaysia yang memang jelita itu, kulitnyapun putih mulus dengan bodi aduhai. Tingginya mungkin mencapai 170 cm dan bobotnya ideal. Tubuhnya juga ramping berisi. Payudaranya yang kencang sekitar 36B sering sekali menjadi pusat perhatian teman-teman prianya. Daya tarik Astrid yang paling besar adalah rambutnya yang panjang dan hitam legam berkilau, mungkin kalau jadi bintang iklan shampopun Astrid tidak terlalu mengecewakan. Bos Astrid bernama Pak Bob, pria tua yang gendut dan mata keranjang. Wajahnya bulat dengan leher pendek, tidak pernah muat memakai baju model apapun. Berkumis lebat dan tidak teratur dengan sedikit jenggot yang sudah mulai memutih. Orangnya galak bukan main. Kalau marah suaranya bisa menggentarkan seisi ruangan. Dua kali Pak Bob menyatakan cinta pada Astrid, tapi Astrid menolaknya karena tahu bosnya sudah beristri bahkan punya anak yang hampir berumur 17 tahun. Belakangan ini Astrid sering mendapat teror dari orang tidak dikenal, ini terkait dengan pemberitaan yang diliputnya tentang tindak kriminal yang sering terjadi di ibu kota.
Hal itu membuat teman-temannya cemas akan keselamatannya. Tapi Astrid hanya menanggapinya dengan ucapan ‘tenang aja, gue nggak apa-apa’. Padahal teror itu sering mampir ke padanya, lewat telepon maupun surat kaleng yang isinya benar-benar jorok dan melecehkan. Rata-rata surat kaleng yang ditujukan kepada Astrid berisi foto wanita cantik telanjang yang sedang disetubuhi, dengan tulisan “Gue bakal perkosa elo” Malam itu sekitar pukul 23.00 terlihat Astrid terlihat keluar dari kantornya setelah kerja lembur. Pikirannya masih menyangkut pada naskah yang sudah hampir deadline. Dia berjalan dengan langkah lambat dan pandangan menunduk. Astrid berjalan menyusuri tempat parkir, mencari-cari tempat mobilnya diparkir. Mobil itu pemberian orang tuanya sesaat setelah dia lulus dan diterima bekerja. Dengan gerakan pelan Astrid membuka pintu mobilnya lalu mobil itu meluncur manuju ke jalan raya yang lengang. Satu dua mobil yang berlari kencang mendahuluinya dengan kilatan lampu seperti mendesing.
Mobil Astrid tidak terpengaruh oleh mobil lain yang seolah memprovokasinya. Dia tetap melaju dengan konstan. Tapi ketika membelok ke sebuah jalan kecil yang sangat sepi Astrid merasakan gerakan mobilnya oleng ke kiri dengan suara gradak-gruduk dari arah depan dan terdengar suara gesekan keras seperti suara benda logam menggesek aspal jalan. Astrid segera turun dari mobilnya lalu memeriksa bagian depan. Dilihatnya ban depan sebelah kiri kempes total. “Damn..” Astrid mengutuk pendek. “Kenapa musti bocor? Dan kenapa musti di sini?” pikirnya, perasaaan gelisah mulai merayapi punggungnya. Dan dalam kegelisahan itulah tiba-tiba muncul sesosok bayangan dari balik kegelapan, Astrid hanya sempat melihatnya sekilas karena sesaat bayangan yang jelas-jelas manusia itu memukul tengkuknya membuat kepalanya pusing. Pandangan Astrid yang mengabur sempat melihat wajah dari sosok bayangan itu, tapi sedetik kemudian satu kepalan besar negarah ke dagunya membuatnya terlempar dan jatuh terkapar.
Kemudian dunia menjadi gelap baginya. Keatika tersadar Astrid menemukan dirinya berada dalam sebuah ruangan yang pengap. Dan dia sangat terkejut ketika mengetahui dirinya dalam keadaan terikat pada sebuah tiang besar. Dia mencoba meronta tapi ikatan yang membelit tangan dan kakinya begitu kuat. Dalam kebingungan dia mencoba melihat ke sekeliling ruangan. Ruangan itu seperti bagian dari sebuah rumah semi permanen dengan dinding separo tembok dan separo kayu papan, diterangi oleh lampu listrik bertenaga batere ukuran besar di atasnya. Ukuran ruangan itu cukup besar tapi terkesan sempit oleh tumpukan barang, Astrid melihat ada sebuah lemari bobrok tanpa pintu di sebelah kirinya dan sebuah meja kayu usang dan bocel-bocel berwarna cokelat plitur pudar di dekatnya serta sebuah sofa usang berwarna merah marun yang sudah rusak. Ada sebuah ranjang ukuran besar di depannya yang – anehnya - dibuat sangat rapi dan bersih, kontras dengan suasana si sekitarnya. Ranjang itu terlihat bagus dan nyaman dengan kain bed cover berwarna putih. Astrid terlonjak ketika pintu kayu yang ada di samping kanannya berderit dan terbuka. Astrid langsung terkesiap pucat. Dua orang pria berwajah sangar masuk ke ruangan itu dan menutup pintunya. “Kamu...” Astrid menjerit tertahan. Dia kenal dua orang itu. Dua orang itu adalah penjahat kambuhan yang sering keluar masuk penjara, kebetulan kasus terakhirnya terungkap berkat investigasi Astrid.
Kasus perampokan disertai perkosaan yang menimpa seorang gadis foto model berusia 19 tahun. Yang satu sering disapa Jack meski nama aslinya Joko. Orangnya beringas, wajahnya ditumbuhi kumis dan janggut yang tidak rapi, rambutnya gondrong dan awut-awutan. Badannya penuh tato, tinggi besar dan menyeramkan. Memakai kaus buntung dan celana jeans robek-robek. Yang satunya sering disapa dengan sebutan Jon, Astrid tidak tahu nama aslinya, orangnya bertampang tolol dan menjengkelkan dengan senyum-senyum mirip orang gila, wajahnya hitam dengan bekas luka dijahit melintang di pipinya, kumis dan janggutnya juga jarang-jarang, badannya lebih kecil dari Jack, bahkan lebih pendek dari Astrid, tapi berotot dan bertato. Astrid melihat ada tato naga ... ...hijau yang melilit lengan kirinya sampai ke batas siku. “Hallo Nona manis.. masih ingat gue kan?” Jack membuka suara. Suaranya terdengar berat dan kasar. “Apa-apaan ini?” Astrid memberontak. “Lepasin saya!” Lepasin!” “Tsk.. tsk..” Jack menggeleng. “Masih saja galak dan sombong ya..” dia mendekati Astrid, lalu dengan gerakan lembut dia membelai pipi Astrid yang mulus. Astrid langsung melengos ketakutan. “Jangan .. Jangan Bang..” Astrid merintih ketakutan, dari sudut matanya mulai menetes air mata. “Ambil saja uang saya, tapi jangan sakiti saya..” “Jangan sakiti? Jangan sakiti katanya..” Jack tertawa keras, Jon di belakangnya ikut tertawa dengan suara sember. “Enak saja elo bilang jangan sakiti.. Karena berita yang elo buat kami berdua masuk penjara. Memang enak dipenjara?” “Tapi.. Tapi.. itu karena..” Ucapan Astrid putus oleh bunyi Plak keras. Jack menampar pipinya, meninggalkan bekas kemerahan di pipi yang putih mulus itu. Astrid merasa kepalanya berputar, bintang-bintang seperti terhambur di depan matanya. Tapi itu belum cukup, Jack kembali membenamkan tinjunya ke perut Astrid, Astrid terhenyak kasakitan. Perutnya seperti pecah. Air mata mengalir dari sudut matanya karena manahan sakit. “Hehehehe.. itu tadi baru icip-icip..” kata Jack santai seolah tidak terjadi apa-apa. “Kalau elo tidak mau gue siksa elo harus nurutin apa mau gue. Ngerti?” Jack menjambak rambut Astrid dan menyentakkannya sehingga wajah Astrid menengadah, tepat berhadapan dengan wajahnya yang sangar. “Atau kalau tidak..” Jack mengeluarkan sebilah pisau komando besar dari bagian belakang tubuhnya. Pisau berwarna putih berkilau itu ditempelkannya ke wajah Astrid. Darah Astrid seakan berhenti melihat pisau itu menelusuri wajahnya. “Gimana Nona cantik?” Jack bertanya. Astrid memejamkan mata menghindari tatapan Jack yang liar. Perlahan dia mengangguk. Jack langsung tertawa berderai sampai badannya terguncang-guncang. Dia mau, dia mau katanya sambil menoleh ke arah Jon yang juga tertawa. Dia lalu memerintahkan Jon melepaskan ikatan di kaki dan tangan Astrid. Astrid langsung terpuruk ke lantai yang dingin. Sekilas dilihatnya Jack mengambil sesuatu. Astrid tidak tahu apa itu, dia sudah tidak mampu berpikir lagi karena katakutan. Tiba-tiba Jon mencengkeram tangannya dan menyentaknya membuat Astrid terpaksa berdiri. Jack mendekat dan memberikan secarik kertas pada Astrid. “Baca ini dengan baik!” perintahnya sambil menyodorkan kertas itu ke wajah Astrid. Astrid membacanya sekilas, tulisannya besar berwarna merah. “Tidak.. jangan..” Astrid ketakutan dan meronta seperti melihat sesuatu yang mengerikan di kertas itu. Tapi Jack segera mengacungkan pisaunya membuat Astrid terdiam meskipun masih saja menangis sesenggukan. “Baca yang baik, jangan pakai menangis soalnya ini mau direkam..” Ucapan Jack membuat Astrid tersentak seperti disambar gledek, wajahnya memucat dan makin memelaskan, dia menggeleng-geleng pertanda tidak mau. Dia sekarang tahu apa yang ada di tangan Jack, sebuah handycam.
“Ayo kita mulai..” Jack mulai menyalakan handycamnya dan merekam ke arah Astrid. Dia memberi tanda ke arah Astrid yang sedang menghapus air matanya. Astrid berusaha tersenyum di kamera, lalu. “Hai, nama saya Astrid, saya adalah bintang film bokep, dan saya paling suka disetubuhi. Ini adalah film saya yang terbaru.” Astrid berujar datar dengan perasaan tidak karuan, berusaha untuk sewajar mungkin meskipun perasaannya hancur bukan main. Inilah yang rupanya direncanakan oleh kedua penjahat yang menculiknya. Astrid merasa hidupnya sudah berakhir. Sebentar lagi dirinya akan diperkosa oleh dua penjahat yang brutal. “Bagus.. bagus..” Jack berujar. “Sekarang buka bajunya..” perintahnya kalem tapi menusuk hati, seolah memerintahkan seorang pelacur murahan saja. Astrid dengan gemetar mulai menjamah bajunya, dilepaskannya kancing-kancing bajunya satu persatu, diiringi tegukan ludah kedua bajingan di hadapannya. Perlahan-lahan tubuh bagian atas Astrid tersingkap saat baju itu jatuh ke lantai. “Uoohh.. muluss..” Jon berkomentar. Dia menatap liar ke tubuh putih itu. Terutama ke payudara Astrid yang mencuat indah dan hanya tertutup BH berenda warna putih. Payudara itu terlihat sangat kecang dan montok, ukurannya terlihat lebih besar ketimbang saat Astrid memakai baju. Sementara perut Astrid terlihat ramping dan padat dan sangat rata, Astrid memang termasuk hobi olah raga sehingga perutnya sangat kencang. “Celananya juga.. celananya juga..” Astrid mulai menangis lagi mendengar perintah itu.
Dia mulai melepaskan sabuk di celana panjangnya lalu memelorotkan celana panjang itu. Sepasang paha putih berkilau langsung menjadi pemandangan yang sangat indah. Paha Astrid benar-benar proporsional, tidak terlalu besar, tapi juga tidak terlalu kecil, membulat membentuk pinggul yang sempurna berakhir pada pinggang yang ramping. Bagian selangkangannya membentuk sebuah gundukan yang masih tertutup celana dalam putih berenda-renda. “Sekarang lepas itu BH dan celana dalam.” Perintah Jack datar. Astrid terkesiap pucat. Dia menggeleng takut. “Jangan .. jangan telanjangi saya..” Astrid menghiba memohon memuat wajahnya semakin memelas tapi justru membuat Jack dan Jon ......tertawa senang. “Buka!” Jack membentak. Astrid tidak punya pilihan lain, dengan gematar dia mulai meraih kait BH di bagian belakang punggungnya lalu perlahan BH itu merosot dari tempatnya, seketika sepasang payudara yang putih mulus mencuat telanjang di depan Jack dan Jon, payudara yang sangat indah, bulat padat dan kenyal dengan puting berwarna merah muda segar. Astrid secara reflek menutupi payudaranya dengan kedua lengannya. Tapi Jack segera melarangnya. “Siapa yang suruh menutupi, ayo sekarang copot itu celana dalam.” Astrid tidak mampu berbuat banyak, dia menurut dan memelorotkan celana dalamnya sendiri. Sekarang Astrid sudah bediri telanjang bulat di hadapan kedua penjahat itu, Satu-satunya yang masih melekat di badannya Cuma kalung dan jam tangannya. Astrid berusaha sekuat tenaga menutupi bagian-bagian vital tubuhnya dengan kedua belah tangannya. “Nah Astrid, Elo senang nggak waktu kami telanjangi?” tanya Jack sambil terus merekam Astrid yang berdiri bugil. “Se.. senang Bang..” jawab Astrid terbata di sela tangisnya. “Jangan panggil Bang, panggil Tuan, ngerti?”Jack berkata lagi. “Nger.. ngerti Tuan..” kembali Astrid terbata menjawab. “Nah, karena kamu suka kami telanjangi, sekarang kamu berdiri yang tegak, pentangkan kaki lebar-lebar, dan angkat tanganmu ke belakang kepala.” Jack memberi perintah jelas seperti seorang sutradara mengarahkan artisnya. “Ngerti?” “I.. iya Tuan.. saya ngerti Tuan..” kata Astrid diiringi isakan tangis. Astrid lalu berpose seperti yang ddinginkan Jack, dibukanya kedua kakinya lebar-lebar lalu tangannya diangkat dibelakang kepala, pose tersebut membuat bagian selangkangannya terbuka lebar sehingga memperlihatkan vaginanya dengan jelas. Vagina Astrid yang masih perawan terlihat terawat dengan baik, ditumbuhi rambut-rambut halus dan rapi, Astrid selalu merawat bagian genitalnya dengan sangat cermat. Sementara dengan tangan di belakang kepala membuat payudaranya makin membusung dan mencuat menggemaskan. “Oke.. ini dia pelacur kita.. “ Jack mengarahkan kameranya ke bagian payudara dan vagina Astrid yang telanjang berkali-kali. Astrid merasa harga dirinya sudah hancur sama sekali, dirinya bahkan disamakan dengan pelacur oleh Jack. Jack lalu mengarahkan kameranya ke wajah Astrid yang basah oleh air mata. “Nah, sekarang karena kamu suka kami telanjangi, bolah nggak kami meraba tubuhmu?” tanya Jack kalem dengan nada ramah. Astrid tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti permintaan itu. “I.. iya Tuan, tentu saja boleh Tuan..” Astrid meneguk ludah. Dia melihat Jack meletakkan kameranya di meja tinggi sehingga Astrid yakin kamera itu bisa merekam seluruh tubuhnya. “Sekarang kita mulai ya..” kata Jack, Astrid hanya mengangguk, dia merasakan sentuhan tangan Jack bergerilya di wajahnya.
“Uhh.. wajahmu mulus sekali Non..” Jack lalu mencium pipi Astrid, antara geli dan jijik Astrid memajamkan mata. Lalu Jack mulai menelusuri bibir Astrid yang merah dan mulai melumatnya dengan gerakan lembut. Astrid sampai megap-megap saat bibirnya bersentuhan dengan bibir Jack. Tapi Jack terus berusaha mendesakkan bibirnya mengulum bibir Astrid, lidahnyamencoba menerobos masuk ke mulut Astrid, sementara tangannya juga bergerilya meraba-raba dan meremas payudara Astrid. Astrid menggelinjang mendapat perlakuan itu. Sambil bibirnya terus mengulum bibir Astrid, tangan Jack juga memelintir-melintir puting payudara Astrid dengan gerakan kasar. Astrid meringis kesakitan tapi perlahan perlakuan Jack justru menimbulkan sensasi aneh dalam dirinya, tubuh Astrid menegang saat sensasi itu melandanya, tanpa sadar Astrid mulai mendesah. “Hoi Jon.. ngapain lu bengong di situ?” Jack memanggil kawannya yang agak bego yang dari tadi cuma menonton sambil mengocok penisnya sendiri. “Sini, Pelacur ini nggak puas kalau berdua.” Astrid makin menderita mendengar ucapan itu, kali ini dua orang yang mengerubutinya, mereka meraba-raba ke sekujur tubuhnya. Jon bahkan meremas-remas payudara kiri Astrid dengan kasar, sementara sebelah tangannya meraba dan meremas pantat Astrid yang sekal.
“Uohh.. Jack, Pentilnya dahsyat, pantatnya juga nih.. kayaknya enak nih kalo ditidurin,” kata Jon. Sementara Jack sedang asyik berkutat dengan payudara Astrid sebelah kanan. Dia menjilati dan menyentil puting payudara Astrid dengan lidahnya. “Ohh.. baru tahu lu?” Jack tertawa di tengah usahanya menjilati payudara Astrid. Astrid hanya bisa merintih pasrah. Apalagi saat Jack mulai menggerayangi vaginanya. “Ohh.. tempiknya bagus banget nih Jon..” Jack menggesek-gesekkan jarinya di bibir vagina Astrid, sementara Jon kali ini sibuk menciumi dan menjilati payudara Astrid sementara tangannya membelai-belai perut Astrid yang licin. “Ohh..” Astrid menjerit kecil saat saat Jack mencoba memasukkan jari-jarinya ke vagina Astrid. “Jangan Tuan..” Astrid merintih. “Saya masih perawan.. tolong jangan lakukan..” “Masih perawan ya..? kebetulan..” kata Jack dingin, dia makin liar menggesekkan jarinya ke selangkangan Astrid bahkan dia juga meremas-remas gundukan vagina Astrid. Astrid merintih. Tubuhnya mengejang mendapat perlakuan itu. “Hei Jack.. kayaknya lonte ini sudah mulai terangsang nih..tuh lihat dia mulai merintih, ......keenakan kali ye..?” ujar Jon diiringi tawa, Astrid makin sakit hati dilecehkan seperti itu, tapi memang dia tidak bisa mungkir kalau dirinya mulai terangsang oleh perlakuan kedua penjahat itu. “Janganhh..ohh...” Astrid mulai meracau tidak karuan saat Jack mulai menjilati vaginanya. Astrid menjerit saat lidah Jack bermain di klitorisnya. Lidah Jack mencoba mendesak ke bagian dalam vagina Astrid sambil sesekali jari-jarinya juga ikut mengocok vagina itu. “Ahkkhh.. ohh.. janganhh..” Astrid menggeliat. Semantara Jon kali ini berdiri di belakang Astrid sambil mendekap tubuhnya dan meremas-remas kedua payudara Astrid dengan gerakan liar. Sesekali puting payudara Astrid dipilin-pilin dengan ujung jarinya seperti orang sedang mencari gelombang radio. Astrid mengejang, sebuah sensasi aneh secara dahsyat mengusir akal sehatnya. Dia mendesah-desah dengan gerakan liar, hal ini membuat kedua penjahat itu terlihat makin bernafsu. “Ayo terus Jack..sebentar lagi dia orgasme..” Jon berteriak-teriak kegirangan seperti anak kecil sambil terus menerus meremas payudara Astrid sementara Jack masih menelusupkan wajahnya ke selangkangan Astrid. Lidahnya terus menyapu bibir vagina Astrid dan sesekali menyentil klitorisnya. Astrid menjerit kecil setiap kali lidah Jack menyentuh klitorisnya, semantara tangannya juga bermain meremasi pantat Astrid. Tubuh Astrid sudah basah oleh keringat, sekuat tenaga dia menahan desakan sensasi liar di dalam tubuhnya yang makin lama makin kuat sampai membuat wajahnya merah padam. Tapi Astrid akhirnya menyerah, tubuhnya mengejang dahsyat dan tanpa sadar dia mendorongkan vaginanya sendiri ke wajah Jack dan menggerakkannya maju mundur dan bergerak liar menyentak-nyentak. Astrid tidak dapat menahan diri lagi. Tubuhnya menggeliat dan menegang.
“OOHHHKKHHHH.... AHHHH...” Astrid mengerang kuat-kuat seperti mengejan. Dan seketika itu pula “Crt... crt... crt...” cairan vaginanya muncrat keluar membasahi wajah Jack. Tanpa sadar Astrid mengalami orgasme untuk pertama kali, dan kemudian tubuhnya melemas lalu jatuh terpuruk, Jon menahan tubuh Astrid dengan kedua tangannya yang kekar. “hahahahaha...” Jack tertawa. “Pelacur di mana-mana sama, bilang nggak tapi muncrat juga.” “Iya nih.. dasar pelacur..” Jon menambahi. Dibiarkannya tubuh Astrid terpuruk di lantai. Astrid merasa sangat hina, ditelanjangi dan dilecehkan seperti seorang pelacur. Dia menangis sesenggukan. “heheh.. lihat , dia menangis..” Jack kembali melontarkan penghinaan. “Oke Jon, sekarang rekam yang ini..” Jack mengangkat wajah Astrid yang bersimbah air mata. Jon mulai merekam adegan tersebut. “Nah Nona, sekarang Nona gue minta untuk ngemutin kontol gue.. Nona mau nggak ngemut kontol gue?” ujar Jack ringan. Astrid terkesiap mendengar permintaan Jack. “Jangan Tuan.. jangan..” Astrid menggeleng mencoba menolak. “Mau menolak ya?” Jack mengacungkan pisaunya. Hal itu mambuat Astrid ketakutan setengah mati. “Ti..tidak Tuan.. i.. iya Tuan.. saya mau ngemutin kontolnya tuan..” kata Astrid terbata-bata. “Sekarang elo kesini.. merangkak, lalu memohon buat ngemutin gue punya kontol ya..” kata Jack dengan ringan. Astrid menunduk malu campur takut. Belum pernah sekalipun dalam hidupnya dia melakukan permainan seks model apapun dan sekarang dia dipaksa untuk melakukannya. Tidak punya pilihan, Astrid akhirnya menuruti perintah itu.
Dia merangkak menuju ke arah Jack lalu menatap ke arah Jack dengan tatapan memelas. “Tuan, boleh.. bolehkah saya ngemut kontolnya Tuan, plis Tuan.. ijinkan saya ngemut kontolnya Tuan, “ kata Astrid dengan cukup jelas. “Coba ulangi dengan lebih mesra..” kata Jack. Wajah Astrid langsung merah padam mendengar ucapan itu, dipaksakannya untuk bicara. “Tuan, boleh nggak saya ngemut kontolnya Tuan, plis.. ijinkan dong .. saya sudah enggak tahan.” Astrid berkata dengan senyum dipaksakan. “Berapa gue harus bayar elo buat ngemut kontol gue?” Jack bertanya yang membuat Astrid kebingungan. “Ehh... gratis Tuan.. Tuan nggak usah bayar.. saya sukarela kok,” kata Astrid akhirnya. “Hehehehe.. gratis ya? Jadi elo sukarela ya? Bukan paksaan kan?” tanya Jack. “Eh.. iya Tuan.. saya nggak terpaksa..” jawab Astrid pendek. “Yah.. karena elo yang memaksa, buruan gih..” Jack membuka ritsletingnya sendiri, lalu Astrid menurunkan celana jeans butut itu, seketika penis Jack yang panjnag menonjol dari balik celana dalamnya yang kumal. Astrid dengan gerakan terburu-buru memelorotkan celana dalam itu. Penis Jack yang besar dan panjang langsung mencuat tegak di depan wajah Astrid. Penis itu besar sekali, mungkin sekitar 20 cm dengan diameter hampir 4 cm, hitam dan berurat mengerikan. Astrid memalingkan wajahnya saking jijiknya memandang penis itu. “Lho katanya mau ngemut, kok malah melengos sih?” Jack berkata datar membuat Astrid tersadar. Perlahan Astrid mulai memegang penis itu yang terasa penuh dalam genggamannya, lalu dengan gerakan pelan Astrid mulai mengocok-ngocok penis itu. Astrid lalu mendekatkan penis itu ke mulutnya, dan mulai menjilati ujung penisnya, terasa asin, dan terasa ada cairan sedikit pada ujungnya, kemudian Astrid menahan nafas ...dan langsung memasukkan penis itu ke dalam mulutnya kemudian dihisap-hisapnya dengan kuluman lembut, dan dikocok-kocok dengan tangan, lama kelamaan Astrid mulai terbiasa dengan penis itu, meskipun tidak pengalaman tapi naluri seksualnya sudah mengalahkan akal sehatnya mulai dapat menyesuaikan diri, Astrid juga menjilati samping sampingnya hingga ke buah pelirnya, Astrid sedikit memberi ludah pada ujung penis itu dan memainkan ludah itu di penisnya, kemudian diratakan dan dihisap dan dijilat kembali, tampaknya Astrid mulai menikmati penis Jack.
"Ohh.. yess.. ahh... enak tenan… nggak kayak pelacur-pelacur pinggir jalan, asyik tenan, mirip artis-artis bokep jepang atau bule." kata Jack mengomentari kuluman Astrid. “Ayo teruss Nona.. teruss.. “ Jack mengerang. Astrid mempercepat gerakan kulumannya, sesekali penis itu dikeluarkan dari mulutnya lalu dimasukkan kembali, Astrid berusaha sekuat tenaga memuaskan Jack, terlihat penis itu dikulumnya sampai mentok ke tenggorokannya, dikeluarkan lalu dimasukkan lagi, dikeluarkan lagi dimasukkan lagi, persis seperti orang sedang manikmati es mambo. “Ohhh.. Ahhh.. teruss..” Jack mengerang, sampai akhirnya dia menjambak rambut Astrid lalu menekan wajah Astrid ke selangkangannya dan dengan gerakan kasar Jack mendesakkan penisnya maju mundur di dalam mulut Astrid, Astrid sampai tersedak dan kehabisan nafas,api Jack tidak memberinya kesempatan, dia terus menggoyangkan pantatnya dengan liar. “AHH.. AHHH.. AHHHH...” gerakan Jack baru berhenti setelah dia mengerang keras, Astrid merasakan semburan cairan kental di dalam mulutnya yang meluncur langsung ke dalam tenggorokannya, rupanya Jack berejakulasi di dalam mulut Astrid, cairan spermanya banyak sekali sampai memenuhi mulut Astrid, sebagian cairan putih kental itu meleleh keluar di sudut bibir Astrid yang terpuruk di lantai sambil terengah-engah kehabisan nafas. Astrid tersengal mencoba mengambil nafas dengan terpaksa dia menelan sperma Jack yang ditumpahkan ke dalam mulutnya.
 Dia hanya bisa menangis diperlakukan seperti itu, tapi dia tidak kuasa melawan. Tapi penderitaan Astrid belumlah selesai. Tiba-tiba Jack menyentak rambut Astrid dengan kasar. “Sekarang Nona cantik merangkak ke teman gue yang di situ, lalu memohon untuk ngemut kontolnya, ingat ya.. harus sopan,” Jack berujar kalem. “Iya Tuan.. ,” Astrid mengangguk ketakutan. Dia lalu merangkak ke arah Jon yang sudah tidak sabar. Jon bahkan sudah tidak memakai apa-apa lagi seningga penisnya yang besar mengacung tegak. Dengan perasaan jijik Astrid belutut sehingga wajahnya tepat berada di depan penis Jon yang besar dan hitam. “Tuan yang baik, bolehkah saya ngemut kontolnya Tuan, saya ingin sekali ngemut kontolnya Tuan, boleh ya?” Astrid berkata dengan suara tertahan, bernada memelaskan, tapi dia berusaha tersenyum semanis mungkin.
Sementara Jack beraksi merekam adegan demi adegan yang dilakukan Astrid dengan kameranya. “Hehehe.. Nona ini sudah cantik, sopan pula..” Joan melontarkan sindiran. “Tapi nggak bayar kan Non?” “Tidak Tuan.. tidak.. saya rela kok.. nggak usah bayar..” Astrid menggeleng-gelengkan kepalanya. “Yah.. karena Nona cantik dan sopan, saya mau deh Non, ayo jangan malu-malu kalau mau ngemut..” Jon memajukan pinggulnya membuat penisnya mengacung lebih dekat ke wajah Astrid. Dengan gerakan ragu Astrid mulai menggenggam penis Jon, lalu dengan lembut mulai mengocok penis yang seukuran genggaman tangannya itu. Jon langsung mengejang menerima kocokan itu. Astrid lalu menjilati ujung penis Jon dengan ujung lidahnya, sesekali lidahnya juga menyapu batang penis Jon sambil terus mengocoknya dengan gerakan lembut. “Ohhh.. Ohhhh.. enakhh.. “ Jon mengerang. “Benar-benar nggak kayak lonte-lonte murahan yang biasa kita entotin itu Jack..” Astrid berdesir mendengar hinaan itu, hatinya terasa sakit, air matanya kembali menetes disamakan dengan pelacur murahan.
Tapi dia tidak mampu berbuat apa-apa selain menuruti perintah kedua penjahat itu dengan harapan mereka akan segera melepaskannya. “Masukan ke mulut dong Non..” kata Jon ringan. Astrid hanya melirik sekilas lalu mulai membenamkan batang penis Jon ke mulutnya dan menggerakkan kepalanya maju mundur membuat penis itu keluar masuk di mulutnya. “Diemut yang benar dong Non!” perintah Jon yang langsung dituruti oleh Astrid, di dalam mulut dia mainkan lidahnya sehingga memberi sensasi nikmat pada penis itu. Jon melenguh nikmat merasakan kuluman Astrid, lalu tangannya menjulur ke bawah meraih buah dada Astrid yang menggantung kenyal. Astrid menjerit kecil saat tangan Jon yang kasar mulai meremas payudaranya dengan gerakan kasar, tapi remasan itu justru membuat dorongan seks dari diri Astrid semakin menggelegak menimbulkan sensasi tersendiri membuatnya semakin bergairah melakukan kuluman di penis Jon. “Ohh.. enak Non.. ahh.. ahh teruss..” Jon mengerang sambil tangannya terus menerus meremas-remas payudara Astrid dengan kasar, Astrid merasa sakit pada payudaranya, tapi gerakan kasar itu sekaligus membakar nafsu seksualnya membuat wajahnya merah padam dan gerakan kepalanya menjadi semakin teratur makin lama makin lembut membelai dan mengocok penis Jon dengan bibir mungilnya. “Ahhkhh.. Ohhh..” Tiba-tiba Jon mengejang dan mengerang.
Dengan dan langsung memasukkan penis itu ke dalam mulutnya kemudian dihisap-hisapnya dengan kuluman lembut, dan dikocok-kocok dengan tangan, lama kelamaan Astrid mulai terbiasa dengan penis itu, meskipun tidak pengalaman tapi naluri seksualnya sudah mengalahkan akal sehatnya mulai dapat menyesuaikan diri, Astrid juga menjilati samping sampingnya hingga ke buah pelirnya, Astrid sedikit memberi ludah pada ujung penis itu dan memainkan ludah itu di penisnya, kemudian diratakan dan dihisap dan dijilat kembali, tampaknya Astrid mulai menikmati penis Jack. "Ohh.. yess.. ahh... enak tenan… nggak kayak pelacur-pelacur pinggir jalan, asyik tenan, mirip artis-artis bokep jepang atau bule." kata Jack mengomentari kuluman Astrid. “Ayo teruss Nona.. teruss.. “ Jack mengerang. Astrid mempercepat gerakan kulumannya, sesekali penis itu dikeluarkan dari mulutnya lalu dimasukkan kembali, Astrid berusaha sekuat tenaga memuaskan Jack, terlihat penis itu dikulumnya sampai mentok ke tenggorokannya, dikeluarkan lalu dimasukkan lagi, dikeluarkan lagi dimasukkan lagi, persis seperti orang sedang manikmati es mambo. “Ohhh.. Ahhh.. teruss..” Jack mengerang, sampai akhirnya dia menjambak rambut Astrid lalu menekan wajah Astrid ke selangkangannya dan dengan gerakan kasar Jack mendesakkan penisnya maju mundur di dalam mulut Astrid, Astrid sampai tersedak dan kehabisan nafas,api Jack tidak memberinya kesempatan, dia terus menggoyangkan pantatnya dengan liar. “AHH.. AHHH.. AHHHH...” gerakan Jack baru berhenti setelah dia mengerang keras, Astrid merasakan semburan cairan kental di dalam mulutnya yang meluncur langsung ke dalam tenggorokannya, rupanya Jack berejakulasi di dalam mulut Astrid, cairan spermanya banyak sekali sampai memenuhi mulut Astrid, sebagian cairan putih kental itu meleleh keluar di sudut bibir Astrid yang terpuruk di lantai sambil terengah-engah kehabisan nafas. Astrid tersengal mencoba mengambil nafas dengan terpaksa dia menelan sperma Jack yang ditumpahkan ke dalam mulutnya. Dia hanya bisa menangis diperlakukan seperti itu, tapi dia tidak kuasa melawan. Tapi penderitaan Astrid belumlah selesai. Tiba-tiba Jack menyentak rambut Astrid dengan kasar. “Sekarang Nona cantik merangkak ke teman gue yang di situ, lalu memohon untuk ngemut kontolnya, ingat ya.. harus sopan,” Jack berujar kalem. “Iya Tuan.. ,” Astrid mengangguk ketakutan.
Dia lalu merangkak ke arah Jon yang sudah tidak sabar. Jon bahkan sudah tidak memakai apa-apa lagi seningga penisnya yang besar mengacung tegak. Dengan perasaan jijik Astrid belutut sehingga wajahnya tepat berada di depan penis Jon yang besar dan hitam. “Tuan yang baik, bolehkah saya ngemut kontolnya Tuan, saya ingin sekali ngemut kontolnya Tuan, boleh ya?” Astrid berkata dengan suara tertahan, bernada memelaskan, tapi dia berusaha tersenyum semanis mungkin. Sementara Jack beraksi merekam adegan demi adegan yang dilakukan Astrid dengan kameranya. “Hehehe.. Nona ini sudah cantik, sopan pula..” Joan melontarkan sindiran. “Tapi nggak bayar kan Non?” “Tidak Tuan.. tidak.. saya rela kok.. nggak usah bayar..” Astrid menggeleng-gelengkan kepalanya. “Yah.. karena Nona cantik dan sopan, saya mau deh Non, ayo jangan malu-malu kalau mau ngemut..” Jon memajukan pinggulnya membuat penisnya mengacung lebih dekat ke wajah Astrid. Dengan gerakan ragu Astrid mulai menggenggam penis Jon, lalu dengan lembut mulai mengocok penis yang seukuran genggaman tangannya itu. Jon langsung mengejang menerima kocokan itu. Astrid lalu menjilati ujung penis Jon dengan ujung lidahnya, sesekali lidahnya juga menyapu batang penis Jon sambil terus mengocoknya dengan gerakan lembut. “Ohhh.. Ohhhh.. enakhh.. “ Jon mengerang. “Benar-benar nggak kayak lonte-lonte murahan yang biasa kita entotin itu Jack..” Astrid berdesir mendengar hinaan itu, hatinya terasa sakit, air matanya kembali menetes disamakan dengan pelacur murahan.
Tapi dia tidak mampu berbuat apa-apa selain menuruti perintah kedua penjahat itu dengan harapan mereka akan segera melepaskannya. “Masukan ke mulut dong Non..” kata Jon ringan. Astrid hanya melirik sekilas lalu mulai membenamkan batang penis Jon ke mulutnya dan menggerakkan kepalanya maju mundur membuat penis itu keluar masuk di mulutnya. “Diemut yang benar dong Non!” perintah Jon yang langsung dituruti oleh Astrid, di dalam mulut dia mainkan lidahnya sehingga memberi sensasi nikmat pada penis itu. Jon melenguh nikmat merasakan kuluman Astrid, lalu tangannya menjulur ke bawah meraih buah dada Astrid yang menggantung kenyal. Astrid menjerit kecil saat tangan Jon yang kasar mulai meremas payudaranya dengan gerakan kasar, tapi remasan itu justru membuat dorongan seks dari diri Astrid semakin menggelegak menimbulkan sensasi tersendiri membuatnya semakin bergairah melakukan kuluman di penis Jon. “Ohh.. enak Non.. ahh.. ahh teruss..” Jon mengerang sambil tangannya terus menerus meremas-remas payudara Astrid dengan kasar, Astrid merasa sakit pada payudaranya, tapi gerakan kasar itu sekaligus membakar nafsu seksualnya membuat wajahnya merah padam dan gerakan kepalanya menjadi semakin teratur makin lama makin lembut membelai dan mengocok penis Jon dengan bibir mungilnya. “Ahhkhh.. Ohhh..” Tiba-tiba Jon mengejang dan mengerang. Dengan ...


ASTRID 2
Dua hari setelah peristiwa perkosaan itu mobil Astrid dikembalikan oleh Jon yang berlagak sopan. Astrid tidak berani menemuinya, peristiwa yang memalukan dan menyakitkan itu masih membayang di pikirannya. Tapi tepat pada Sabtu malam Astrid menerima telepon lewat HP nya. “Hallo sayang..” suara yang sudah dikenal oleh Astrid membuat seluruh tubuh Astrid gemetar. Itu suara Jack. Hampir saja Astrid mematikan HP nya, tapi Jack yang seolah bisa membaca pikirannya langsung melarang Astrid mematikan HP. Dia menyuruh Astrid membawa mobilnya ke suatu tempat. Astrid mematuhi perintah itu karena takut oleh ancaman Jack. Dia segera menuju ke tempat yang sudah disebutkan oleh Jack. Di sana Jack sudah menunggu dengan senyum liar. “Jalan aja terus Non, nanti gue beritahu,” kata Jack yang tahu-tahu sudah masuk ke dalam mobil Astrid. Ternyata Jack mengajak Astrid ke seorang dokter kandungan dan memaksa Astrid untuk dipasangi spiral. Jack berpura-pura menjadi suami Astrid dan meminta dokter kandungan untuk memasang spiral dengan alasan agar tidak hamil. Astrid dengan berat hati memenuhi permintaan gila itu.
“hehehe.. gitu dong Non, kalau Nona menurut semuanya pasti beres,” kata Jack saat mereka di dalam mobil lagi. “Kali ini kayaknya Nona bakal kerja lebih keras deh, soalnya seberapapun seringnya kita ngentot, Nona nggak bakalan bisa hamil kan..” Jack tersenyum liar. Astrid terdiam dengan pikiran berkecamuk, rupanya Jack sudah merencanakan semuanya dengan sangat rapi. Dia tidak menyangka kalau dirinya akan menjadi budak seksual dua orang preman bejat macam mereka. Jack lalu menyuruh Astrid mengarahkan mobilnya ke luar kota, Jack juga menyuruh Astrid menelepon ke rumah kalau dirinya akan menginap selama beberapa hari di luar kota supaya tidak mencari. Mereka menuju ke daerah yang sangat sepi dan terpencil di daerah puncak. Astrid melihat ada sebuah rumah kecil di tengah hutan kecil di depannya. Mereka lalu turun dari mobil dan berjalan mendekati rumah itu. Rumah itu sebuah rumah tua, berukuran kecil, lebih mirip villa kecil tapi tidak terawat, kemungkinan sebuah villa yang sudah tidak dipakai, meski begitu rumah itu diterangi oleh lampu listrik yang dicuri dari kabel jaringan. Suasana yang agak gelap membuat Astrid tidak bisa memperhatikan dengan jelas keadaan di sekelilingnya. Astrid baru akan melangkah ketika Jack menahan sembail mencengkeram pergelangan tangannya. “Tunggu dulu Non,” Jack tersenyum liar sambil menjilati bibirnya. “Kayaknya sebelum masuk ke dalam rumah lebih baik Nona buka baju dulu di sini..” Astrid terbelalak mendengar ucapan yang disampaikan dengan nada datar itu, dia dipaksa bugil di luar ruangan. Tapi Astrid takut pada ancaman Jack. Maka sambil berlinang air mata dia melepas pakaiannya satu persatu. “Sampai bugil Non, sampai bugil,” kata Jack ketika Astrid menyisakan celana dalam dan BH-nya. Mau tak mau Astrid melepaskan pakaian dalamnya sampai dia telanjang bulat. Hanya tinggal kalung emas dan sepatu hak tinggi yang saat ini dipakai Astrid. Pakaiannya diambil oleh Jack dan dimasukkan ke kantong plastik. “Hehehe.. gitu kan lebih cantik, Nona kelihatan lebih cantik lho kalau bugil,” ujar Jack menghina sambil memelototi tubuh mulus Astrid yang telanjang. “Sekarang masuk,” Jack meremas pantat Astrid sambil mendorongnya maju. Dengan gemetar Astrid membuka pintu. Dia menemukan sebuah ruangan cukup lapang yang didesain agak aneh, penuh diisi dengan pot tanaman, sebuah ranjang besar ada di tengah ruangan, ranjang itu terbuat dari besi yang kokoh, kasurnya dilapisi kain warna pink. Jon, teman Jack sudah menunggu di sofa merah usang yang ada di samping ranjang, sementara di seberang ranjang, dekat ke dinding ada sebuah televisi ukuran besar yang diletakkan di atas sebuah meja kayu usang. “Ah.. apa kabar Sayangku,” Jon tertawa melihat Astrid yang sudah telanjang bulat. ”Kayaknya elo sudah nggak sabar pingin ngentot ya, kok sudah bugil duluan?” Astrid memalingkan mukanya yang berlinang air mata menghindari tatapan liar Jon yang memelototi bagian-bagian vital tubuhnya. “Nggak usah buru-buru Nona cantik..” Jon menarik tubuh Astrid yang bugil ke ranjang dan memaksanya duduk menghadap televisi.
“Hari ini kita mau bikin film bokep lagi dengan Nona sebagai bintang utamanya,” kata Jon sambil duduk di sebelah Astrid. Astrid hanya diam di tempatnya sambil memalingkan wajah menghindari Jon. “Tapi sebelumnya lihat dulu yang ini,” Jon menyalakan televisi di depannya dengan remote control. Astrid terkesiap melihatnya, di televisi itu sedang diputar film saat dirinya sedang diperkosa. Suara Astrid di televisi terdengar mendesah dan mengerang membuat Astrid merah padam karena malu dan sakit hati. Tapi Jon memaksa Astrid terus menyaksikan adegan perkosaan itu, dan mau tak mau adegan-adegan itu membuat Astrid terangsang, apalagi saat kemudian Jon secara tiba-tiba menciumi pipinya dan menjilati bagian belakang telinganya sambil tangannya membelai-belai dan meremas payudaranya. “Ahh..” Astrid mendesah ketika dorongan seksualnya mulai bangkit. Tubuhnya mulai menggeliat dan menegang. “hehehe.. enak kan nonton bokep sambil beginian?” jon mengejek sambil terus menerus menciumi bagian tubuh Astrid yang sensitif terutama di bagian sekitar leher dan pundaknya. Astrid mengerang merasakan sentuhan liar itu, perasaannya mulai kacau balau. Rangsangan dari dalam dirinya menyebabkan Astrid pun menyambut saat ciuman Jon mulai mendarat di bibirnya. Lidah mereka bertemu, saling jilat dan saling membelit. Sementara itu tangan Jon meremas lembut payudara Astrid, tangan satunya .mengelus pantat. Keduanya terlibat dalam ciuman penuh nafsu selama lima menit “Gimana Sayang, asyik kan ? Nona jadi tambah cantik kalau lagi horny gitu loh” Kata Jon sambil tersenyum sambil memilin-milin kedua puting payudara Astrid. “Mmhh… eengghh…sudah Tuan, sshh…sudahh... !” desahnya merasakan kedua putingnya makin mengeras.
“Tenang sayang, disini aman kok, kita have fun bentar yah !” Kemudian Jon mencumbui payudara Astrid, lidahnya menyapu-nyapu puting kemerahan yang sudah menegang itu. Astrid hanya bisa mendongak dan mendesah merasakan nikmatnya. Tangan Jon merabai pahanya yang putih mulus itu. “Hhhssshh…eeemmmhh !” Astrid mendesis lebih panjang dan tubuhnya menggelinjang ketika tangan Jon menyentuh kemaluannya. Seperti ada getaran-getaran listrik kecil yang membuat tubuhnya terasa tersengat dan tergelitik saat jari jari kasar itu menyusup menyentuh bibir vaginanya, daerah itu jadi basah berlendir karena sentuhan-sentuhan erotis itu. Astrid tidak tahan lagi mendapatkan serangan sehebat itu, perlahan tubuhnya mulai menegang keras, gelora nafsu seksualnya makin meledak mambuat tubuhnya menejang. “AHHHHHHHH...” Astrid mengerang keras, lalu tubuhnya melemas kembali dan ambruk terlentang di kasur. Cairan vaginanya mengucur deras membasahi seprei. Astrid terengah-engah setelah mengalami orgasme yang begitu hebat. Jack dan Jon tertawa-tawa menyaksikan kejadian itu. Untuk beberapa saat meraka membiarkan saja Astrid terkapar di kasur. Setelah agak lama, terlihat Jack mempersiapkan kamera handycamnya yang dulu dipakainya untuk merekam perkosaaan Astrid. Dia lalu menegakkan tubuh Astrid id ranjang. “Nah Sayang, sekarang waktunya Nona untuk jadi bintang film bokep lagi.” Jack berujar datar. “Nah, pertama, Nona harus melakukan onani dulu di situ, siap Non?” Jack memberi aba-aba. Astrid sadar dia tidak bisa membantah perintah kedua preman itu, perlahan diapun melai melakukan apa yang diperintahkan.
Mula-mula Astrid meremasi payudaranya sendiri dengan gerakan lembut sambil mendesah-desah, Jack merekam adegan itu dengan seksama. Astrid kemudian memilin-milin puting payudaranya dengan lembut sambil sesekali meremas payudaranya sendiri. “Teruss ayo teruss..” Jack memberi aba-aba seperti sorang pelatih menyemangati atlitya yang sedang lomba. Astrid melenguh sambil bergerak liar dan menggeliat-geliat, perlahan tapi pasti nafsu birahinya mulai memuncak. Astrid mmpercepat remasan pada payudaranya sendiri dan hal itu membuat tubuhnya kian dibakar oleh dorongan seksual yang makin meledak. Astrid lalu mengarahkan tangannya ke daerah vaginanya. Dengan gerakan liar dia mengusap-usap bibir vaginanya lalu memasukkan jari tengahnya k dalam liang vaginanya lalu mengocok-ngocok jari itu di vaginanya. “Ohhkkkhh.. “ Astrid merintih merasakan sentuhan tangannya sendiri di vaginanya, mulutnya megap-megap seolah ingin dimasuki oleh penis, Astrid memasukkan jari tangannya yang lain ke mulutnya dan mengulumnya seolah-olah dia sedang mengulum penis sesorang. Emhh.. ohhh.. “ Astrid merintih pelan merasakan kenikmatan yang melandanya, dia makin liar beronani, liang vaginanya diaduk-aduk dengan jari-jarinya dengan gerakan liar, tubuhnya mengejang, dan akhirnya. “AHHHH...OOOHHHH....” astrid mengerang kuat, badannya menyentak sampai melengkung ke belakang. Cairan vaginanya tumpah dengan deras membasahi seprei. Jack dan Jon tertawa senang melihat Astrid kembali mengalami orgasme, untuk sesaat dibiarkannya Astrid terbaring di ranjang. Tak lama kemudian Jon yang sudah bertelanjang bulat naik ke atas ranjang dan menjamah tubuh bugil Astrid. Jon terlihat memakai topeng kain yang menutupi seluruh wajahnya kecuali bagian mata, hidung dan mulutnya. Dia memaksa Astrid untuk duduk lalu mendekap tubuh bugil itu. Jack masih tetap menyorot setiap adegan demi adegan yang dimainkan oleh Astrid dan Jon. Jon mulai menciumi dan menjilati pipi Astrid dan dengan gerakan kasar dicengkeramnya wajah Astrid sampai bibir Astrid monyong.
“Hehe.. julurin lidah elo Nona..” perintah Jon. Astrid menjulurkan lidahnya, Jon serentak mulai mengulum lidah Astrid dengan bibirnya berulang-ulang seperti orang mengulum permen lolipop, dimainkannya lidah Astrid di bibirnya, rangsangan itu membuat Astrid kembali mengerang, birahinya bangkit kembali, nafasnya mulai megap-megap. Jon mengulangi kulumannya di lidah Astrid berkali-kali, sementara tangannya bergerak menggerayangi payudara Astrid, diremasnya payudara yang putih kenyal itu dengan gerakan lembut sambil sesekali putingnya dipelintir lembut. Astrid melenguh pelan mendapat perlakuan seperti itu, dan dalam keadaan terangsang, dia membiarkan tangan Jon yang satu lagi memegangi tangannya dan membimbingnya ke bagian selangkangan Jon. “Pegang kontol gue dong Non, terus kocokin kontol gue..” perintah Jon, Astrid menuruti perintah itu dibawah ancaman dan juga dorongan birahinya, tangannya bergerak memegang penis Jon yang sudah mencuat dan mengocok-ngocoknya dengan gerakan lembut, sementara Jon tidak henti-hentinya mengulum lidah Astrid sambil tangannya terus meremas-remas payudara Astrid. Jika Astrid menarik lidahnya, Jon dengan kasar menyentak rambut Astrid membuat Astrid kembali menjulurkan lidahnya untuk dikulum.
Sepuluh menit lamanya Jon menikmati lidah Astrid, kemudian dia membaringkan tubuh mulus itu terlentang di ranjang. Kemudian Jon mulai menyerbu payudara Astrid yang putih dan kenyal, bibir dan lidahnya menciumi dan menjilati payudara Astrid sebelah kiri sementara tangan kirinya asyik meremas-remas payudara Astrid yang sebelah kanan. Tangan Jon yang satu lagi juga sibuk mengaduk-aduk vagina Astrid. Diperlakukan seperti itu membuat tubuh Astrid menegang, dari mulutnya meluncur erangan tertahan, tubuh Astrid bergetar dan nafasnya semakin tidak teratur, rupanya dia sudah tak kuasa menahan diri lagi. Mulutnya menceracau tak jelas dan kakinya terasa lemas, Jon meningkatkan serangannya untuk membuat gadis itu takluk sepenuhnya dengan cara memainkan klitorisnya, daging kecil itu dia gesekkan pada jarinya dan sesekali dipencet-pencet sehingga pemiliknya tersentak dan mengerang, Astrid tinggal pasrah saja membiarkan Jon mengocok-ngocok vaginanya dengan jarinya.
“Haha...enak ya Non, liat udah basah gini !” ejeknya dekat telinga Astrid. Jon lalu mengulum bibir Astrid lagi sambil tangannye terus menerus meremas payudara Astrid. Dia kemudian mengarahkan cumbuannya ke bagian payudara Astrid, dimainkannya puting payudara Astrid sebentar, kemudian lidah Jon menyusuri perut Astrid yang rata, terus ke bawah dan ketika sampai di daerah selangkangan Astrid Jon lalu merangkul pinggang ramping itu membawa tubuhnya lebih mendekat. Paha mulus itu lalu dia ciumi inci demi inci sementara tangannya mengelusi paha yang lain. Astrid merinding merasakan sapuan lidah dan dengusan nafas pria itu pada kulit pahanya membuat gejolak birahinya makin naik . “Ssshhh…!” sebuah desisan keluar dari mulutnya ketika jari Jon menyentuh bagian vaginanya “Aahhh… aahhh… jangan !” Astrid mendesah antara menolak dan menikmati saat lidah Jon menelusuri gundukan bukit kemaluannya Tanpa disadari kakinya melebar sehingga memberi ruang lebih luas bagi Jon untuk menjilatinya.
Tubuh Astrid seperti kesetrum ketika lidah Jon yang hangat membelah bibir kemaluannya memasuki liangnya serta menari-nari di dalamnya. Astrid semakin tak kuasa menahan kenikmatan itu, dia bergerak tak karuan akibat jilatan Jon sehingga Jon harus memegangi tubuhnya. “Ahhhh…ahhh…oohh !” desahnya dengan tubuh bergetar merasakan lidah Jon memainkan klitorisnya. Dan sekali lagi tubuhnya mengejang kuat, dari vaginanya mengucur airan kewanitaan dengan deras yang langsung dijilati oleh Jon. Astrid sekali lagi mengalami orgasme. Tubuh Astrid lalu kembali melemas dan terkapar tak berdaya kelelahan. Tapi dengan kasar Jon menarik tubuh Astrid dan memaksanya duduk. “Sekarang emutin kontol gue..” Perintah Jon sambil tiduran terlentang dengan penis mengacung tegak seperti tiang bendera. Atrid dipaksanya untuk menungging dengan wajah tepat menghadapi penisnya. Lalu dengan kasar Jon memaksa Astrid untuk mengulum penisnya. Astrid dengan terpaksa menurut, dia perlahan menjilati ujung penis Jon dengan lidah, bibirnya yang mungil sesekali mengecup dan menciumi ujung penis itu. Lalu Astrid menjilati keseluruhan batang penis Jon dengan lidahnya dengan jilatan-jilatan lembut.
”Ohhhhh... ahhhh enak Non...ahhhh..” Jon mengejang-ngejang mendapatkan belaian lembut lidah Astrid di kemaluannya. Sambil sesekali Astrid mengocok lembut penis itu dengan tangannya, dia kemudian mulai memasukkan batang penis itu ke dalam mulutnya, lalu dengan gerakan amat lembut, dia mulai menggerakkan kepalanya, bibirnya yang mungil mencengkeram lembut batang penis itu dan mengocoknya dengan sangat lembut. Astrid sesekali juga mengeluarkan penis itu dari mulutnya untuk dikocok dan dijilat-jilat kemudian dimasukan lagi dan disedot-sedot seperti orang yang sedang menikmati permen loli. Perlakuan Astrid pada penis Jon membuat Jon benar-benar melayang, dia mengerang-erang liar sambil menjambak rambut Astrid. “Ahhh... Ahhhh...” Jon memejamkan matanya merasakan kenikmatan di penisnya. Hampir lima menit lamanya Astrid mengulum penis Jon dengan perasaan sangat menderita. Tapi karena sudah terangsang, perlahan-lahan Astrid mulai merasakan sensasi tersendiri. Rasa jijik yang tadinya begitu melingkupinya perlahan-lahan sirna, Astrid mulai menikmati oral seks yang dilakukannya meskipun itu dikalukannya dengan terpaksa. dimaju-mundukannya kepalanya seperti yang pernah dia dengar dari obrolan dengan teman-temannya, lidahnya menjilat memutar kepala penisnya, akibatnya Jon keenakan dan mengerang-ngerang. “Uuaaahh…terus Non, enak banget, harusnya Nona jadi lonte saja, hehehe !” ejek Jon sambil mengerang keenakan. Astrid hanya bisa menggerakkan mata melihat ke arah Jon yang tersenyum-senyum sambil meringis keenakan. Penis Jon semakin mengeras dan berkedut-kedut di dalam mulut Astrid serta menebar rasa asin. Dia sendiri tidak tahu bagaimana dia bisa segila ini, namun situasi saat itu ditambah jilatan Jon yang tanggung tadi membuat gairahnya menggebu-gebu. Penis yang besar mengerikan itu tidak muat seluruhnya ke dalam mulutnya yang mungil, maka sesekali Jon menekan kepalanya agar bisa masuk lebih dalam lagi. Tapi setalah agak lama, Jon tiba-tiba mendorong Astrid, melepaskan jepitan bibir Astrid dari penisnya. Dia menelentangkan tubuh Astrid di ranjang. “Nah,sekarang kita mulai ya Non..” kata Jon. Astrid hanya menggeleng lemah sambil menangis, tapi Jon yang sudah terangsang berat tidak mempedulikan penolakan Astrid. Perlahan ditindihnya tubuh bugil Astrid yang putih mulus itu. Lalu pelan-pelan IJon menekan penisnya ke liang senggama Astrid.
“Sshhh…sakit, aawhhh…!!” rintih Astrid ketika penis Jon yang besar itu menerobos vaginanya.Astrid meringis dan merintih menahan rasa sakit pada vaginanya, meskipun sudah tidak perawan lagi setelah diperkosa dua hari yang lalu tapi kemaluannya masih sempit. Jon terus berusaha memasukkan senjatanya sambil melenguh-lenguh. Setelah beberapa saat menarik dan mendorong akhirnya masuklah seluruh penis itu ke vaginanya, saat itu airmata Astrid meleleh lagi merasakan sakit pada vaginanya. “Huhh…masuk juga akhirnya, tempiknya seret banget Non, gue suka yang kayak gini.” katanya dekat telinga Astrid. Sesaat kemudian, Jon sudah menggoyangkan pinggulnya, mula-mula gerakannya perlahan, tapi makin lama kecepatannya makin meningkat. Astrid benar-benar tidak kuasa menahan erangan setiap kali Jon penis Jon menghujam vaginanya.
Gesekan demi gesekan yang timbul dari gesekan alat kelamin mereka menimbulkan rasa nikmat yang menjalari seluruh tubuh Astrid sehingga matanya membeliak-beliak dan mulutnya megap-megap mengeluarkan rintihan. Jon lalu mengangkat paha kirinya sepinggang agar bisa mengelusi paha dan pantat Astrid sambil terus menggenjot. Jon meningkatkan tempo goyangannya, penis yang besar dan berurat itu menggesek dan menekan klitorisnya ke dalam setiap kali menghujam. Kedua payudaranya yang membusung tegak itu ikut berguncang hebat seirama guncangan badannya. Jon meraih yang sebelah kanan dan meremasnya dengan gemas. Gairah Astrid mulai bangkit lagi, dia merasakan kenikmatan yang berbeda dari biasanya, tanpa disadari dia juga ikut menggoyangkan pinggulnya seolah merespon gerakan Jon. “Turun Non, kita ganti gaya !” perintahnya Mungkin karena saking terangsangnya, Astrid menurut saja apa yang dimintanya, Jon mengatur posisinya berdiri dengan pantat agak ditunggingkan, tangannya bertumpu pada meja di depannya. Dan, penis Jon kembali memasuki vaginanya dari belakang. Dalam posisi demikian, Jon memaju-mundurkan pinggulnya sambil berpegangan pada kedua payudara Astrid. Mulutnya sibuk menciumi pundak dan lehernya membuat Astrid serasa melayang, sekonyong-konyong dia tidak merasa diperkosa karena turut menikmatinya. Ditariknya wajah Astrid hingga menengok ke belakang dan begitu wajahnya menoleh bibir tebalnya langsung memagut bibirnya. Karena sudah pasrah, Astrid pun ikut membalas ciumannya, lidah mereka saling membelit dan beradu, air liur mereka menetes-netes di pinggir bibir.
“Ahhh... ahhhh.... oohhhhh... oohhhh...” Astrid mengerang setiap kali Jon menyodokkan penisnya, di lain pihak, Jack ikut memberi semangat setiap kali Jon menyodok vagina Astrid sambil merekam adegan persetubuhan itu. “Ayoo.. terusss.. teruss Nona ... yeahh... oohhh... baguss..” Jack memberi semangat sembil merekam terus persetubuhan itu, dia menyorot wajah Astrid yang memerah karena dorongan birahi yang memuncak, sesekali Jack bahkan menyorot ke daerah vagina Astrid sehingga proses keluar masuknya penis Jon di dalam vaginanya direkam dengan jelas. Menit demi menit berlalu, Jon masih bersemangat menggenjot Astrid. Sementara Astrid sendiri sudah mulai kehilangan kendali diri, dia kini sudah tidak terlihat sebagai seseorang yang sedang diperkosa lagi, melainkan nampak hanyut menikmati ulah preman itu. Kemudian Jon mengganti gaya lagi, kali ini ditelentangkannya lagi tubuh Astrid, lalu diangkatnya kedua paha Astrid dan disampirkannya ke pundaknya, lalu kedua tangannya mencengkeram pergelangan tangan Astrid, dan menariknya kuat-kuat, kemudian Jon kembali mendesakkan penisnya ke vagina Astrid dan menggenjotnya. Astrid menggeliat antara sakit bercampur nikmat, perlakuan Jon yang kasar ternyata justru membuat gejolak birahi Astrid kian meledak. gaya bercinta jon yang barbar justru menciptakan sensasi tersendiri. Di ambang klimaks, tanpa sadar saat Jon melepaskan pegangannya dan kembali menindih tubuhnya, Astrid memeluk Jon dan memberikan ciuman di mulutnya. Mereka berpagutan sampai Astrid mendesis panjang dengan tubuh mengejang, tangannya mencengkeram erat-erat lengan kokoh Jon. Sungguh dahsyat orgasme yang didapatnya, namun ironisnya hal itu didapat dari seorang pria mesum yang sebenarnya sedang memperkosa dirinya.
Penis Jon yang masih menancap di vaginanya belumlah terpuaskan, maka setelah jeda beberapa menit dia bangkit sehingga penis itu terlepas dari tempatnya menancap. Astrid yang belum pulih sepenuhnya disuruhnya menungging dengan tangan dan wajah bertumpu pada kasur. “Oohh…sudah Tuan... saya sudah nggak kuat... tolong !” Astrid memelas dengan lirih Mendengar itu, Jon cuma nyengir saja, dia merenggangkan kedua paha Astrid dan menempelkan penisnya pada bibir kemaluannya. “Uugghh…oohh !” desah Astrid dengan mencengkram seperei dengan kuat saat penis itu kembali melesak ke dalam vaginanya.
Sementara tangan Jon memegang dan meremas pantatnya sambil menyodok-nyodokkan penisnya, cairan yang sudah membanjir dari vagina Astrid menimbulkan bunyi berdecak setiap kali penis itu menghujam. Suara desahan Astrid membuatnya semakin bernafsu sehingga dia meraih payudara Astrid dan meremasnya dengan gemas seolah ingin melumatkan tubuh sintal itu. Limabelas menit lamanya Jon menyetubuhinya dalam posisi demikian, seluruh bagian tubuh Astrid tidak ada yang lepas dari jamahannya. Sekalipun merasa pedih dan ngilu oleh cara Jon yang barbar, namun Astrid tak bisa menyangkal dia juga merasakan nikmat yang sulit dilukiskan, Akhirnya Jon menggeram dan merasakan sesuatu akan meledak dalam dirinya. Dan serentak dia mencabut penisnya kemudian membalikkan tubuh Astrid sampai terlentang lagi, lalu Jon mengangkangi wajah Astrid sembil mengocok-ngocok penisnya sendiri tepat di depan wajah Astrid. “Crtt…crt…crt....,” spermanya muncrat membasahi wajah Astrid. Belum cukup sampai situ, disuruhnya Astrid menjilati penisnya hingga bersih, setelahnya barulah dia merasa puas dan memakai kembali celananya. Dibiarkannya Astrid terkapar di ranjang itu, wajahnya tampak sedih dan basah oleh keringat, air mata dan cairan sperma yang sangat banyak melumuri wajahnya, dalam hatinya berkecamuk antara kepuasan yang sensasional ini dan rasa benci pada pria yang baru saja memperkosanya. “hehehehe..” Jack tertawa puas sambil mematikan handycamnya. “Kita dapat film yang sangat bagus hari ini. Berkat pelacur kita yang satu ini..” “Benar Jack,” Jon menambahkan sambil tersengal. ”Jepitan tempiknya mantap, gue jadi ketagihan sama tempiknya.” “Suruh dia membersihkan wajahnya!” Jack memerintah. Jon dengan gontai mengambil seember air yang memang sudah disiapkan di sudut ruangan. Astrid ditariknya turun dari ranjang lalu dipaksanya untuk membersihkan mukanya yang penuh cairan sperma.
Setelah agak lama membiarkan Astrid -yang sengaja dibiarkan untuk memulihkan tenaganya- Jack kemudian mendekati Astrid. “Nah, sekarang episode duanya sama gue,” kata Jack tenang sambil melepas seluruh pakaiannya. Astrid terdiam antara shock dan ketakutan melihat Jack yang sudah telanjang bulat di hadapannya. “Oke Jon, kita mulai ya...?” Jack memberi komando dan Jon mulai merekam lewat handycamnya. Jack memeluk tubuh Astrid yang bugil sampai rapat dengan tubuhnya. “Lihat ke kamera dong Sayang.. senyum... ” kata Jack sambil memalingkan wajah Astrid ke arah handycam di tangan Jon, mau tidak mau Astrid melihat ke arah handycam itu. Astrid memaksakan diri untuk tersenyum meskipun wajahnya berlinang air mata. Sementara itu Jakck mulai melancarkan aksinya dengan mencium pipi Astrid berulang-ulang, Jack bahkan menggosok-gosokkan bibirnya di pipi Astrid yang mulus itu. Kamudian dia juga menciumi dan mengulum bibir Astrid, Astrid hanya bisa meronta lemah.
“Sekarang Nona cantik tolong emut punya saya dong..” kata Jack santai. Astrid hanya bisa mengangguk. Perlahan dia berlutut tepat di depan Jack. Wajahnya diturunkan sampai tepat menghadap penis Jack. “Sekarang?” tanya Astrid yang sepertinya ragu melakukannya. “Iya dong Non masa harus nunggu sampai besok!” jawab Jack santai. Kemudian dengan tangan gemetar Astrid melingkarkan telapak tangannya pada penis itu. Didekatkannya penis Jack ke mulutnya, dan mulai menjilati ujung penisnya, terasa asin, dan terasa ada cairan sedikit pada ujungnya, Astrid menutup matanya dan langsung memasukkan penis itu ke dalam mulutnya, dihisap dan dikulumnya penis itu dengan lembut, sesekali Astrid mengocok-ngocok penis itu dengan tangannya juga, lama kelamaan Astrid mulai terbiasa dengan penis Jack dan mulai dapat menyesuaikan diri, Astrid menjilati samping-sampingnya hingga ke buah pelirnya, Astrid bahkan memainkan ludahnya sedikit di penis itu, kemudian Astrid kembali memasukkan kepala penis itu ke mulutnya. Jack mendesah merasakan kehangatan mulut Astrid, sentuhan lidahnya memberi sensasi nikmat padanya. Jack mendesah merasakan belaian lidah Astrid pada penisnya serta kehangatan yang diberikan oleh ludah dan mulutnya. Pertama kalinya sejak keluar penjara lalu dia kembali menikmati kehangatan tubuh wanita. Astrid sendiri walaupun merasa jijik dan kotor, tanpa disadari mulai terangsang dan mulai mengulum benda itu dalam mulutnya. “Uuhhh…gitu Non, enak…mmmm !” gumamnya sambil memegangi kepala Astrid dan memaju-mundurkan pinggulnya. Astrid merasakan wajahnya makin tertekan ke selangkangan dan buah pelir Jack yang berbulu lebat itu, penis di dalam mulutnya semakin berdenyut-denyut dan sesekali menyentuh kerongkongannya. Sekitar sepuluh menit lamanya dia harus melakukan hal itu, sampai Jack menekan kepalanya sambil melenguh panjang. “Ohhh... “ Jack melenguh, tapi dia tidak ingin buru-buru. Dia melepaskan penisnya dari kuluman bibir Astrid. Dia lalu menyuruh Astrid untuk bergaya seperti anjing. “Hehehehehe.. kita mulai ya Non..” kata Jack, rupanya dia ingin menyetubuhi Astrid dengan gaya doggy style. Dia mengarahkan penisnya kearah kemaluan Astrid, sementara Astrid masih dalam keadaan membungkuk terlungkup, Astrid merasakan ujung penisnya menyentuh ujung vaginanya. "Dia yang minta lho,” kata Jack sambil menghadap kamera diikuti tawa Jon yang men zoom wajah Jack. Astrid merasa terhina oleh ucapan itu tapi Astrid tidak bisa berbuat apa-apa, dia telah menjadi budak seks mereka. Akhirnya Astrid merasakan penisnya menyeruak masuk ke dalam vaginanya, Jack mulai mengenjotnya dengan posisi doggy style.
"OOugh… ough… gila… enak… waduh…kok masih sempit sih tempiknya?” Jack meracau sambil terus mengenjot vagina Astrid, tangannya meremas remas payudara Astrid dari arah belakang. Sementara Jon mengarahkan kamera handycamnya ke arah di mana penis Jack memasuki vagina Astrid dehingga setiap gerakan dan suara gesekan penis Jack dan vagina Astrid terekam dengan jelas. Astrid membuka pahanya lebih lebar seiring dengan sodokan Jack yang semakin ganas .agar tidak terlalu perih. Selain itu dia juga mulai menggerakkan pinggulnya mengikuti irama goyangan Jack. "Enak kan non? Gue bikin Nona ketagihan ya?" ledek Jack. "Iya Tuan... ahhhh... enak banget...." Astrid tidak peduli lagi bahwa saat ini dirinya sedang diperkosa. Sekitar sepuluh menit lamanya Jack menyetubuhi Astrid dengan posisi seperti itu, lalu dia memeritahkan Astrid berganti gaya. Sekarang Jack berbaring di lantai dengan memakai pakaiannya sebagai alas kepala, disuruhnya Astrid melakukan gaya woman on top dengan bergoyang di atas penisnya. Dengan pertimbangan mengakhiri perkosaan itu secepatnya, Astridpun menaiki penis Jack lalu mulai menaik-turunkan tubuhnya. Kemudian Jack menarik tubuh Astrid sampai merapat dengan tubuhnya sambil tetap memaksa Astrid bergoyang di atas penisnya. Astrid sempat menggenjotkan vaginanya sendiri di penis Jack sekitar lima menitan sebelum Jack memutuskan berganti posisi, sekarang dia kembali menelentangkan tubuh Astrid lalu menarik pergelangan kakinya dan membentangkan kedua pahanya, kemudian dia mengambil posisi diantara kedua paha itu. Jack langsung menyodokkan penisnya diiringi erangan panjang Astrid. Jack menghentak-hentakkan pinggulnya membuat tubuh Astrid berkelojotan, mulutnya megap-megap mengeluarkan rintihan yang justru membuat jack tambah bernafsu. “Ayo lihat sini, ke arah kamera!” sahut Jon yang mengarahkan handycam itu pada mereka. “Jangan…tolong jangan ahhh… …ahhh !” kata Astrid di tengah erangan nikmatnya, Jack merentangkan kedua tangannya itu ke samping sehingga wajah Astrid yang terangsang hebat bisa direkam dengan jelas. Jack tertawa-tawa melihat ke arah kamera seolah bangga bisa menikmati tubuh wanita secantik Astrid. Tak lama kemudian, tubuh Astrid mengejang dan menekuk ke atas sampai tulang-tulang rusuknya terjiplak di kulitnya. Dia merasa seperti ada suatu ledakan hebat dari dalam tubuhnya yang tidak bisa ditahan dan menyebabkan tubuhnya menggelepar-gelepar bak ikan keluar dari air. Tidak dapat disangkal bahwa perasaan itu nikmat luar biasa melebihi kenikmatan yang pernah dirasakan sebelumnya. Jack masih terus menggenjotnya selama beberapa menit ke depan, dan akhirnya dia pun mencabut penisnya lalu buru-buru mendekati wajah Astrid dimana dia menyemprotkan spermanya. Cairan putih kental pun berceceran membasahi wajah dan rambut gadis itu. Mereka tertawa-tawa puas setelah memperkosa Astrid, tapi itu belum selesai. Tiba-tiba mereka memberikan sesuatu pada Astrid, sebuah penis mainan terbuat dari karet yang bisa menempel ketat di lantai. Mereka lalu memasang penis mainan sepanjang 20 cm itu di lantai lalu memaksa Astrid memasukkan penis itu ke vaginanya. Tadinya Astrid menolak sambil memohon-mohon, tapi setelah satu tamparan mendarat di pipinya, Astrid pasrah. Dia lalu mengangkangi penis karet itu dan mendesakkan vaginanya. “Ahhh.... AHHHKK..” Astrid meringis dan merintih kesakitan saat penis karet itu menusuk vaginanya. Dipaksakannya untuk terus mendorong vaginanya sampai penis karet itu amblas sleluruhnya di dalam vaginanya. Astrid merngis kesakitan, air matanya meleleh keluar menahan rasa sakit di vaginanya. “Goyangin pantatnya dong Non..” kata Jack dengan nada memerintah.
Astrid perlahan-lahan mengangkat kembali pantatnya, penis karet itu seperti lolos dari vaginanya, tapi kemudian diturunkannya kembali pantatnya sehiangga penis itu amblas lagi, diulanginya lagi gerakan itu berulang-ulang, semula pelan, tapi kemudian Astrid mempercepat gerakan pantatnya yang naik turun membuat penis karet itu mengocok-ngocok vaginanya. Astrid mengerang antara sakit dan nikmat merasakan penis karet yang mengaduk-aduk vaginanya.Hampir sepuluh menit Astrid memperkosa dirinya sendiri sampai akhirnya tubuhnya mengejang, badannnya melengkung ke belakang membuat tulang iganya menjiplak di kulit tubuhnya, diiringi satu erangan keras Astrid kembali mengalami orgasme lalu dia terkapar di lantai dengan terengah-engah, sekujur badannya terasa nyeri terutama di bagian selangkangannya. Dia memajamkan mata, kali ini dia lebih menderita daripada sebelumnya, air matanya kembali meleleh, air mata kesedihan dan penderitaan. “Hahahahahahaha...” Jack dan Jon tertawa mengejek. “Ternyata dia seneng banget dientot, tuh buktinya pingin lagi, sampai pakai kontol mainan pula..” Astrid hanya bisa menangis mendengar penghinaan demi penghinaan yang dilontarkan oleh kedua preman itu, meskipun hatinya terasa perih tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.
Dirinya sudah dikuasai bulat-bulat oleh kedua preman itu. “Bagaimana Nona? Enak kan ngentot sama kami?” Jack berjongkok sambil meremas payudara Astrid yang sebelah kiri. “Nona sebetulnya berbakat lho jadi pelacur, kenapa Nona nggak nyoba saja jadi pelacur? Pasti pelanggan Nona banyak.” Jon tertawa terbahak menengar ucapan yang sangat merendahkan itu, sementara Astrid hanya bisa berlinang air mata. Kemudian mereka menyeret Astrid ke kamar mandi. Di kamar mandi yang sempit itu mereka mengguyur tubuh Astrid dengan air dingin membuat Astrid menggigil kedinginan. Mereka juga menyabuni tubuh Astrid dengan sabun cair sambil tentunya menggosok-gosok tubuh Astrid dan bagian yang paling sering disabuni adalah bagian payudara, pantat dan vagina Astrid. Dan hal itu membuat kedua preman itu menjadi terangsang lagi. Dengan kasar dipaksanya Astrid menungging di lantai kamar mandi yang dingin lalu Jon kambali memperkosanya dari belakang, kali ini bahkan lebih brutal dari sebelumnya, Astrid sampai menjerit-jerit kesakitan. Tapi jeritan. Astrid itu justru menambah semangat Jon untuk memperkosa Astrid.
Setiap sepuluh menit mereka bergantian memperkosa Astrid berselang-seling, Jon sepuluh menit, Jack sepuluh menit. Hal itu membuat keduanya bisa bertahan lama sekali. Astrid sendiri makin lemas dan kelelahan, dia tidak tahu lagi berapa lama kedua preman itu memperkosanya, dirinya sekarang hanya bisa merintih kesakitan sambil sekaligus terangsang hebat. Astrid merasakan pedih luar biasa di vaginanya, selama puluhan menit keduanya menyetubuhinya dan berkali-kali pula Astrid mengalami orgasme sehingga tubuhnya menggelepar-gelepar di lantai. Perkosaan itu baru berakhir setelah kedua preman itu merasa puas, mereka lalu menyemprotkan spermanya di dalam rahim Astrid. Hampir satu jam lamanya kedua preman itu secara bergantian menyetubuhi Astrid yang kini tertelungkup tidak berdaya dengan rintihan kesakitan keluar dari bibirnya, sekujur tubuhnya terasa sakit seperti habis dipukuli. Astrid tidak mampu lagi bergerak, dia hanya diam saja saat kedua preman itu menyeretnya ke sebuah kamar tidur yang tertutup rapat. Seluruh jendelanya tertutup dan berterali besi. Hanya ada sebuah kasur busa usang yang ada di situ. “Nah, nona cantik, sekarang Nona boleh tidur di sini, tapi ingat ya, jangan macam-macam, kalau Nona menurut maka tidak akan terjadi apa-apa, mengerti?” Jack berkata dengan nada mengancam. Astrid hanya mengangguk lemah. Dia kemudian ditinggalkan di kamar itu, sendirian, kedinginan karena Jack dan Jon hanya memperbolehkan Astrid memakai BH dan celana dalam saja. Tubuh Astrid gemetar karena dingin dan kelelahan. Pikirannya kacau balau, dia tersiksa secara fisik dan mental tapi dia tidak berani melawan, dia takut ancaman kedua preman itu yang akan menghabisi seluruh keluarganya. Karena kekelahan dan putus asa, Astrid akhirnya tertidur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar