Namanya Astrid
Anindita, dia adalah seorang wartawan yang bekerja di sebuah surat
kabar ibu kota .
Umurnya baru 25 tahun. Sangat disayangkan sebetulnya kalau Astrid bekerja
sebagai wartawan. Astrid memiliki wajah yang sangat cantik, banyak yang membandingkannya
dengan Siti Nurhaliza, penyanyi dari Malaysia yang memang jelita itu,
kulitnyapun putih mulus dengan bodi aduhai. Tingginya mungkin mencapai 170 cm
dan bobotnya ideal. Tubuhnya juga ramping berisi. Payudaranya yang kencang
sekitar 36B sering sekali menjadi pusat perhatian teman-teman prianya. Daya
tarik Astrid yang paling besar adalah rambutnya yang panjang dan hitam legam
berkilau, mungkin kalau jadi bintang iklan shampopun Astrid tidak terlalu
mengecewakan. Bos Astrid bernama Pak Bob, pria tua yang gendut dan mata
keranjang. Wajahnya bulat dengan leher pendek, tidak pernah muat memakai baju
model apapun. Berkumis lebat dan tidak teratur dengan sedikit jenggot yang
sudah mulai memutih. Orangnya galak bukan main. Kalau marah suaranya bisa menggentarkan
seisi ruangan. Dua kali Pak Bob menyatakan cinta pada Astrid, tapi Astrid
menolaknya karena tahu bosnya sudah beristri bahkan punya anak yang hampir
berumur 17 tahun. Belakangan ini Astrid sering mendapat teror dari orang tidak
dikenal, ini terkait dengan pemberitaan yang diliputnya tentang tindak kriminal
yang sering terjadi di ibu kota .
Hal itu
membuat teman-temannya cemas akan keselamatannya. Tapi Astrid hanya
menanggapinya dengan ucapan ‘tenang aja, gue nggak apa-apa’. Padahal teror itu
sering mampir ke padanya, lewat telepon maupun surat kaleng yang isinya benar-benar jorok
dan melecehkan. Rata-rata surat
kaleng yang ditujukan kepada Astrid berisi foto wanita cantik telanjang yang
sedang disetubuhi, dengan tulisan “Gue bakal perkosa elo” Malam itu sekitar
pukul 23.00 terlihat Astrid terlihat keluar dari kantornya setelah kerja
lembur. Pikirannya masih menyangkut pada naskah yang sudah hampir deadline. Dia
berjalan dengan langkah lambat dan pandangan menunduk. Astrid berjalan
menyusuri tempat parkir, mencari-cari tempat mobilnya diparkir. Mobil itu
pemberian orang tuanya sesaat setelah dia lulus dan diterima bekerja. Dengan
gerakan pelan Astrid membuka pintu mobilnya lalu mobil itu meluncur manuju ke
jalan raya yang lengang. Satu dua mobil yang berlari kencang mendahuluinya
dengan kilatan lampu seperti mendesing.
Mobil Astrid
tidak terpengaruh oleh mobil lain yang seolah memprovokasinya. Dia tetap melaju
dengan konstan. Tapi ketika membelok ke sebuah jalan kecil yang sangat sepi
Astrid merasakan gerakan mobilnya oleng ke kiri dengan suara gradak-gruduk dari
arah depan dan terdengar suara gesekan keras seperti suara benda logam
menggesek aspal jalan. Astrid segera turun dari mobilnya lalu memeriksa bagian
depan. Dilihatnya ban depan sebelah kiri kempes total. “Damn..” Astrid mengutuk
pendek. “Kenapa musti bocor? Dan kenapa musti di sini?” pikirnya, perasaaan
gelisah mulai merayapi punggungnya. Dan dalam kegelisahan itulah tiba-tiba
muncul sesosok bayangan dari balik kegelapan, Astrid hanya sempat melihatnya
sekilas karena sesaat bayangan yang jelas-jelas manusia itu memukul tengkuknya
membuat kepalanya pusing. Pandangan Astrid yang mengabur sempat melihat wajah
dari sosok bayangan itu, tapi sedetik kemudian satu kepalan besar negarah ke
dagunya membuatnya terlempar dan jatuh terkapar.
Kemudian dunia
menjadi gelap baginya. Keatika tersadar Astrid menemukan dirinya berada dalam
sebuah ruangan yang pengap. Dan dia sangat terkejut ketika mengetahui dirinya
dalam keadaan terikat pada sebuah tiang besar. Dia mencoba meronta tapi ikatan
yang membelit tangan dan kakinya begitu kuat. Dalam kebingungan dia mencoba
melihat ke sekeliling ruangan. Ruangan itu seperti bagian dari sebuah rumah
semi permanen dengan dinding separo tembok dan separo kayu papan, diterangi
oleh lampu listrik bertenaga batere ukuran besar di atasnya. Ukuran ruangan itu
cukup besar tapi terkesan sempit oleh tumpukan barang, Astrid melihat ada
sebuah lemari bobrok tanpa pintu di sebelah kirinya dan sebuah meja kayu usang
dan bocel-bocel berwarna cokelat plitur pudar di dekatnya serta sebuah sofa
usang berwarna merah marun yang sudah rusak. Ada sebuah ranjang ukuran besar di depannya
yang – anehnya - dibuat sangat rapi dan bersih, kontras dengan suasana si
sekitarnya. Ranjang itu terlihat bagus dan nyaman dengan kain bed cover
berwarna putih. Astrid terlonjak ketika pintu kayu yang ada di samping kanannya
berderit dan terbuka. Astrid langsung terkesiap pucat. Dua orang pria berwajah
sangar masuk ke ruangan itu dan menutup pintunya. “Kamu...” Astrid menjerit
tertahan. Dia kenal dua orang itu. Dua orang itu adalah penjahat kambuhan yang
sering keluar masuk penjara, kebetulan kasus terakhirnya terungkap berkat
investigasi Astrid.
Kasus
perampokan disertai perkosaan yang menimpa seorang gadis foto model berusia 19
tahun. Yang satu sering disapa Jack meski nama aslinya Joko. Orangnya beringas,
wajahnya ditumbuhi kumis dan janggut yang tidak rapi, rambutnya gondrong dan
awut-awutan. Badannya penuh tato, tinggi besar dan menyeramkan. Memakai kaus
buntung dan celana jeans robek-robek. Yang satunya sering disapa dengan sebutan
Jon, Astrid tidak tahu nama aslinya, orangnya bertampang tolol dan
menjengkelkan dengan senyum-senyum mirip orang gila, wajahnya hitam dengan
bekas luka dijahit melintang di pipinya, kumis dan janggutnya juga
jarang-jarang, badannya lebih kecil dari Jack, bahkan lebih pendek dari Astrid,
tapi berotot dan bertato. Astrid melihat ada tato naga ... ...hijau yang
melilit lengan kirinya sampai ke batas siku. “Hallo Nona manis.. masih ingat
gue kan ?”
Jack membuka suara. Suaranya terdengar berat dan kasar. “Apa-apaan ini?” Astrid
memberontak. “Lepasin saya!” Lepasin!” “Tsk.. tsk..” Jack menggeleng. “Masih
saja galak dan sombong ya..” dia mendekati Astrid, lalu dengan gerakan lembut
dia membelai pipi Astrid yang mulus. Astrid langsung melengos ketakutan.
“Jangan .. Jangan Bang..” Astrid merintih ketakutan, dari sudut matanya mulai
menetes air mata. “Ambil saja uang saya, tapi jangan sakiti saya..” “Jangan
sakiti? Jangan sakiti katanya..” Jack tertawa keras, Jon di belakangnya ikut
tertawa dengan suara sember. “Enak saja elo bilang jangan sakiti.. Karena
berita yang elo buat kami berdua masuk penjara. Memang enak dipenjara?” “Tapi..
Tapi.. itu karena..” Ucapan Astrid putus oleh bunyi Plak keras. Jack menampar
pipinya, meninggalkan bekas kemerahan di pipi yang putih mulus itu. Astrid
merasa kepalanya berputar, bintang-bintang seperti terhambur di depan matanya.
Tapi itu belum cukup, Jack kembali membenamkan tinjunya ke perut Astrid, Astrid
terhenyak kasakitan. Perutnya seperti pecah. Air mata mengalir dari sudut
matanya karena manahan sakit. “Hehehehe.. itu tadi baru icip-icip..” kata Jack
santai seolah tidak terjadi apa-apa. “Kalau elo tidak mau gue siksa elo harus
nurutin apa mau gue. Ngerti?” Jack menjambak rambut Astrid dan menyentakkannya
sehingga wajah Astrid menengadah, tepat berhadapan dengan wajahnya yang sangar.
“Atau kalau tidak..” Jack mengeluarkan sebilah pisau komando besar dari bagian
belakang tubuhnya. Pisau berwarna putih berkilau itu ditempelkannya ke wajah
Astrid. Darah Astrid seakan berhenti melihat pisau itu menelusuri wajahnya.
“Gimana Nona cantik?” Jack bertanya. Astrid memejamkan mata menghindari tatapan
Jack yang liar. Perlahan dia mengangguk. Jack langsung tertawa berderai sampai
badannya terguncang-guncang. Dia mau, dia mau katanya sambil menoleh ke arah
Jon yang juga tertawa. Dia lalu memerintahkan Jon melepaskan ikatan di kaki dan
tangan Astrid. Astrid langsung terpuruk ke lantai yang dingin. Sekilas
dilihatnya Jack mengambil sesuatu. Astrid tidak tahu apa itu, dia sudah tidak
mampu berpikir lagi karena katakutan. Tiba-tiba Jon mencengkeram tangannya dan
menyentaknya membuat Astrid terpaksa berdiri. Jack mendekat dan memberikan
secarik kertas pada Astrid. “Baca ini dengan baik!” perintahnya sambil
menyodorkan kertas itu ke wajah Astrid. Astrid membacanya sekilas, tulisannya
besar berwarna merah. “Tidak.. jangan..” Astrid ketakutan dan meronta seperti
melihat sesuatu yang mengerikan di kertas itu. Tapi Jack segera mengacungkan
pisaunya membuat Astrid terdiam meskipun masih saja menangis sesenggukan. “Baca
yang baik, jangan pakai menangis soalnya ini mau direkam..” Ucapan Jack membuat
Astrid tersentak seperti disambar gledek, wajahnya memucat dan makin
memelaskan, dia menggeleng-geleng pertanda tidak mau. Dia sekarang tahu apa
yang ada di tangan Jack, sebuah handycam.
“Ayo kita
mulai..” Jack mulai menyalakan handycamnya dan merekam ke arah Astrid. Dia
memberi tanda ke arah Astrid yang sedang menghapus air matanya. Astrid berusaha
tersenyum di kamera, lalu. “Hai, nama saya Astrid, saya adalah bintang film
bokep, dan saya paling suka disetubuhi. Ini adalah film saya yang terbaru.”
Astrid berujar datar dengan perasaan tidak karuan, berusaha untuk sewajar
mungkin meskipun perasaannya hancur bukan main. Inilah yang rupanya
direncanakan oleh kedua penjahat yang menculiknya. Astrid merasa hidupnya sudah
berakhir. Sebentar lagi dirinya akan diperkosa oleh dua penjahat yang brutal.
“Bagus.. bagus..” Jack berujar. “Sekarang buka bajunya..” perintahnya kalem
tapi menusuk hati, seolah memerintahkan seorang pelacur murahan saja. Astrid
dengan gemetar mulai menjamah bajunya, dilepaskannya kancing-kancing bajunya
satu persatu, diiringi tegukan ludah kedua bajingan di hadapannya.
Perlahan-lahan tubuh bagian atas Astrid tersingkap saat baju itu jatuh ke
lantai. “Uoohh.. muluss..” Jon berkomentar. Dia menatap liar ke tubuh putih
itu. Terutama ke payudara Astrid yang mencuat indah dan hanya tertutup BH
berenda warna putih. Payudara itu terlihat sangat kecang dan montok, ukurannya
terlihat lebih besar ketimbang saat Astrid memakai baju. Sementara perut Astrid
terlihat ramping dan padat dan sangat rata, Astrid memang termasuk hobi olah
raga sehingga perutnya sangat kencang. “Celananya juga.. celananya juga..”
Astrid mulai menangis lagi mendengar perintah itu.
Dia mulai
melepaskan sabuk di celana panjangnya lalu memelorotkan celana panjang itu.
Sepasang paha putih berkilau langsung menjadi pemandangan yang sangat indah.
Paha Astrid benar-benar proporsional, tidak terlalu besar, tapi juga tidak
terlalu kecil, membulat membentuk pinggul yang sempurna berakhir pada pinggang
yang ramping. Bagian selangkangannya membentuk sebuah gundukan yang masih
tertutup celana dalam putih berenda-renda. “Sekarang lepas itu BH dan celana
dalam.” Perintah Jack datar. Astrid terkesiap pucat. Dia menggeleng takut.
“Jangan .. jangan telanjangi saya..” Astrid menghiba memohon memuat wajahnya
semakin memelas tapi justru membuat Jack dan Jon ......tertawa senang. “Buka!”
Jack membentak. Astrid tidak punya pilihan lain, dengan gematar dia mulai
meraih kait BH di bagian belakang punggungnya lalu perlahan BH itu merosot dari
tempatnya, seketika sepasang payudara yang putih mulus mencuat telanjang di
depan Jack dan Jon, payudara yang sangat indah, bulat padat dan kenyal dengan
puting berwarna merah muda segar. Astrid secara reflek menutupi payudaranya
dengan kedua lengannya. Tapi Jack segera melarangnya. “Siapa yang suruh
menutupi, ayo sekarang copot itu celana dalam.” Astrid tidak mampu berbuat
banyak, dia menurut dan memelorotkan celana dalamnya sendiri. Sekarang Astrid
sudah bediri telanjang bulat di hadapan kedua penjahat itu, Satu-satunya yang
masih melekat di badannya Cuma kalung dan jam tangannya. Astrid berusaha sekuat
tenaga menutupi bagian-bagian vital tubuhnya dengan kedua belah tangannya. “Nah
Astrid, Elo senang nggak waktu kami telanjangi?” tanya Jack sambil terus
merekam Astrid yang berdiri bugil. “Se.. senang Bang..” jawab Astrid terbata di
sela tangisnya. “Jangan panggil Bang, panggil Tuan, ngerti?”Jack berkata lagi.
“Nger.. ngerti Tuan..” kembali Astrid terbata menjawab. “Nah, karena kamu suka
kami telanjangi, sekarang kamu berdiri yang tegak, pentangkan kaki lebar-lebar,
dan angkat tanganmu ke belakang kepala.” Jack memberi perintah jelas seperti
seorang sutradara mengarahkan artisnya. “Ngerti?” “I.. iya Tuan.. saya ngerti
Tuan..” kata Astrid diiringi isakan tangis. Astrid lalu berpose seperti yang
ddinginkan Jack, dibukanya kedua kakinya lebar-lebar lalu tangannya diangkat
dibelakang kepala, pose tersebut membuat bagian selangkangannya terbuka lebar
sehingga memperlihatkan vaginanya dengan jelas. Vagina Astrid yang masih
perawan terlihat terawat dengan baik, ditumbuhi rambut-rambut halus dan rapi,
Astrid selalu merawat bagian genitalnya dengan sangat cermat. Sementara dengan
tangan di belakang kepala membuat payudaranya makin membusung dan mencuat
menggemaskan. “Oke.. ini dia pelacur kita.. “ Jack mengarahkan kameranya ke
bagian payudara dan vagina Astrid yang telanjang berkali-kali. Astrid merasa
harga dirinya sudah hancur sama sekali, dirinya bahkan disamakan dengan pelacur
oleh Jack. Jack lalu mengarahkan kameranya ke wajah Astrid yang basah oleh air
mata. “Nah, sekarang karena kamu suka kami telanjangi, bolah nggak kami meraba
tubuhmu?” tanya Jack kalem dengan nada ramah. Astrid tidak bisa berbuat apa-apa
selain menuruti permintaan itu. “I.. iya Tuan, tentu saja boleh Tuan..” Astrid
meneguk ludah. Dia melihat Jack meletakkan kameranya di meja tinggi sehingga
Astrid yakin kamera itu bisa merekam seluruh tubuhnya. “Sekarang kita mulai
ya..” kata Jack, Astrid hanya mengangguk, dia merasakan sentuhan tangan Jack
bergerilya di wajahnya.
“Uhh.. wajahmu
mulus sekali Non..” Jack lalu mencium pipi Astrid, antara geli dan jijik Astrid
memajamkan mata. Lalu Jack mulai menelusuri bibir Astrid yang merah dan mulai
melumatnya dengan gerakan lembut. Astrid sampai megap-megap saat bibirnya
bersentuhan dengan bibir Jack. Tapi Jack terus berusaha mendesakkan bibirnya
mengulum bibir Astrid, lidahnyamencoba menerobos masuk ke mulut Astrid,
sementara tangannya juga bergerilya meraba-raba dan meremas payudara Astrid.
Astrid menggelinjang mendapat perlakuan itu. Sambil bibirnya terus mengulum
bibir Astrid, tangan Jack juga memelintir-melintir puting payudara Astrid
dengan gerakan kasar. Astrid meringis kesakitan tapi perlahan perlakuan Jack
justru menimbulkan sensasi aneh dalam dirinya, tubuh Astrid menegang saat
sensasi itu melandanya, tanpa sadar Astrid mulai mendesah. “Hoi Jon.. ngapain
lu bengong di situ?” Jack memanggil kawannya yang agak bego yang dari tadi cuma
menonton sambil mengocok penisnya sendiri. “Sini, Pelacur ini nggak puas kalau
berdua.” Astrid makin menderita mendengar ucapan itu, kali ini dua orang yang
mengerubutinya, mereka meraba-raba ke sekujur tubuhnya. Jon bahkan
meremas-remas payudara kiri Astrid dengan kasar, sementara sebelah tangannya
meraba dan meremas pantat Astrid yang sekal.
“Uohh.. Jack,
Pentilnya dahsyat, pantatnya juga nih.. kayaknya enak nih kalo ditidurin,” kata
Jon. Sementara Jack sedang asyik berkutat dengan payudara Astrid sebelah kanan.
Dia menjilati dan menyentil puting payudara Astrid dengan lidahnya. “Ohh.. baru
tahu lu?” Jack tertawa di tengah usahanya menjilati payudara Astrid. Astrid
hanya bisa merintih pasrah. Apalagi saat Jack mulai menggerayangi vaginanya.
“Ohh.. tempiknya bagus banget nih Jon..” Jack menggesek-gesekkan jarinya di
bibir vagina Astrid, sementara Jon kali ini sibuk menciumi dan menjilati
payudara Astrid sementara tangannya membelai-belai perut Astrid yang licin.
“Ohh..” Astrid menjerit kecil saat saat Jack mencoba memasukkan jari-jarinya ke
vagina Astrid. “Jangan Tuan..” Astrid merintih. “Saya masih perawan.. tolong
jangan lakukan..” “Masih perawan ya..? kebetulan..” kata Jack dingin, dia makin
liar menggesekkan jarinya ke selangkangan Astrid bahkan dia juga meremas-remas
gundukan vagina Astrid. Astrid merintih. Tubuhnya mengejang mendapat perlakuan
itu. “Hei Jack.. kayaknya lonte ini sudah mulai terangsang nih..tuh lihat dia
mulai merintih, ......keenakan kali ye..?” ujar Jon diiringi tawa, Astrid makin
sakit hati dilecehkan seperti itu, tapi memang dia tidak bisa mungkir kalau
dirinya mulai terangsang oleh perlakuan kedua penjahat itu. “Janganhh..ohh...”
Astrid mulai meracau tidak karuan saat Jack mulai menjilati vaginanya. Astrid
menjerit saat lidah Jack bermain di klitorisnya. Lidah Jack mencoba mendesak ke
bagian dalam vagina Astrid sambil sesekali jari-jarinya juga ikut mengocok
vagina itu. “Ahkkhh.. ohh.. janganhh..” Astrid menggeliat. Semantara Jon kali
ini berdiri di belakang Astrid sambil mendekap tubuhnya dan meremas-remas kedua
payudara Astrid dengan gerakan liar. Sesekali puting payudara Astrid
dipilin-pilin dengan ujung jarinya seperti orang sedang mencari gelombang
radio. Astrid mengejang, sebuah sensasi aneh secara dahsyat mengusir akal
sehatnya. Dia mendesah-desah dengan gerakan liar, hal ini membuat kedua
penjahat itu terlihat makin bernafsu. “Ayo terus Jack..sebentar lagi dia
orgasme..” Jon berteriak-teriak kegirangan seperti anak kecil sambil terus
menerus meremas payudara Astrid sementara Jack masih menelusupkan wajahnya ke
selangkangan Astrid. Lidahnya terus menyapu bibir vagina Astrid dan sesekali
menyentil klitorisnya. Astrid menjerit kecil setiap kali lidah Jack menyentuh
klitorisnya, semantara tangannya juga bermain meremasi pantat Astrid. Tubuh
Astrid sudah basah oleh keringat, sekuat tenaga dia menahan desakan sensasi
liar di dalam tubuhnya yang makin lama makin kuat sampai membuat wajahnya merah
padam. Tapi Astrid akhirnya menyerah, tubuhnya mengejang dahsyat dan tanpa
sadar dia mendorongkan vaginanya sendiri ke wajah Jack dan menggerakkannya maju
mundur dan bergerak liar menyentak-nyentak. Astrid tidak dapat menahan diri
lagi. Tubuhnya menggeliat dan menegang.
“OOHHHKKHHHH....
AHHHH...” Astrid mengerang kuat-kuat seperti mengejan. Dan seketika itu pula
“Crt... crt... crt...” cairan vaginanya muncrat keluar membasahi wajah Jack.
Tanpa sadar Astrid mengalami orgasme untuk pertama kali, dan kemudian tubuhnya
melemas lalu jatuh terpuruk, Jon menahan tubuh Astrid dengan kedua tangannya
yang kekar. “hahahahaha...” Jack tertawa. “Pelacur di mana-mana sama, bilang
nggak tapi muncrat juga.” “Iya nih.. dasar pelacur..” Jon menambahi.
Dibiarkannya tubuh Astrid terpuruk di lantai. Astrid merasa sangat hina,
ditelanjangi dan dilecehkan seperti seorang pelacur. Dia menangis sesenggukan.
“heheh.. lihat , dia menangis..” Jack kembali melontarkan penghinaan. “Oke Jon,
sekarang rekam yang ini..” Jack mengangkat wajah Astrid yang bersimbah air
mata. Jon mulai merekam adegan tersebut. “Nah Nona, sekarang Nona gue minta
untuk ngemutin kontol gue.. Nona mau nggak ngemut kontol gue?” ujar Jack
ringan. Astrid terkesiap mendengar permintaan Jack. “Jangan Tuan.. jangan..”
Astrid menggeleng mencoba menolak. “Mau menolak ya?” Jack mengacungkan
pisaunya. Hal itu mambuat Astrid ketakutan setengah mati. “Ti..tidak Tuan.. i..
iya Tuan.. saya mau ngemutin kontolnya tuan..” kata Astrid terbata-bata.
“Sekarang elo kesini.. merangkak, lalu memohon buat ngemutin gue punya kontol
ya..” kata Jack dengan ringan. Astrid menunduk malu campur takut. Belum pernah
sekalipun dalam hidupnya dia melakukan permainan seks model apapun dan sekarang
dia dipaksa untuk melakukannya. Tidak punya pilihan, Astrid akhirnya menuruti
perintah itu.
Dia merangkak
menuju ke arah Jack lalu menatap ke arah Jack dengan tatapan memelas. “Tuan,
boleh.. bolehkah saya ngemut kontolnya Tuan, plis Tuan.. ijinkan saya ngemut
kontolnya Tuan, “ kata Astrid dengan cukup jelas. “Coba ulangi dengan lebih
mesra..” kata Jack. Wajah Astrid langsung merah padam mendengar ucapan itu,
dipaksakannya untuk bicara. “Tuan, boleh nggak saya ngemut kontolnya Tuan,
plis.. ijinkan dong .. saya sudah enggak tahan.” Astrid berkata dengan senyum
dipaksakan. “Berapa gue harus bayar elo buat ngemut kontol gue?” Jack bertanya
yang membuat Astrid kebingungan. “Ehh... gratis Tuan.. Tuan nggak usah bayar..
saya sukarela kok,” kata Astrid akhirnya. “Hehehehe.. gratis ya? Jadi elo
sukarela ya? Bukan paksaan kan ?”
tanya Jack. “Eh.. iya Tuan.. saya nggak terpaksa..” jawab Astrid pendek. “Yah..
karena elo yang memaksa, buruan gih..” Jack membuka ritsletingnya sendiri, lalu
Astrid menurunkan celana jeans butut itu, seketika penis Jack yang panjnag
menonjol dari balik celana dalamnya yang kumal. Astrid dengan gerakan
terburu-buru memelorotkan celana dalam itu. Penis Jack yang besar dan panjang
langsung mencuat tegak di depan wajah Astrid. Penis itu besar sekali, mungkin
sekitar 20 cm dengan diameter hampir 4 cm, hitam dan berurat mengerikan. Astrid
memalingkan wajahnya saking jijiknya memandang penis itu. “Lho katanya mau
ngemut, kok malah melengos sih?” Jack berkata datar membuat Astrid tersadar.
Perlahan Astrid mulai memegang penis itu yang terasa penuh dalam genggamannya,
lalu dengan gerakan pelan Astrid mulai mengocok-ngocok penis itu. Astrid lalu
mendekatkan penis itu ke mulutnya, dan mulai menjilati ujung penisnya, terasa
asin, dan terasa ada cairan sedikit pada ujungnya, kemudian Astrid menahan
nafas ...dan langsung memasukkan penis itu ke dalam mulutnya kemudian
dihisap-hisapnya dengan kuluman lembut, dan dikocok-kocok dengan tangan, lama
kelamaan Astrid mulai terbiasa dengan penis itu, meskipun tidak pengalaman tapi
naluri seksualnya sudah mengalahkan akal sehatnya mulai dapat menyesuaikan
diri, Astrid juga menjilati samping sampingnya hingga ke buah pelirnya, Astrid
sedikit memberi ludah pada ujung penis itu dan memainkan ludah itu di penisnya,
kemudian diratakan dan dihisap dan dijilat kembali, tampaknya Astrid mulai menikmati
penis Jack.
"Ohh..
yess.. ahh... enak tenan… nggak kayak pelacur-pelacur pinggir jalan, asyik
tenan, mirip artis-artis bokep jepang atau bule." kata Jack mengomentari
kuluman Astrid. “Ayo teruss Nona.. teruss.. “ Jack mengerang. Astrid
mempercepat gerakan kulumannya, sesekali penis itu dikeluarkan dari mulutnya
lalu dimasukkan kembali, Astrid berusaha sekuat tenaga memuaskan Jack, terlihat
penis itu dikulumnya sampai mentok ke tenggorokannya, dikeluarkan lalu
dimasukkan lagi, dikeluarkan lagi dimasukkan lagi, persis seperti orang sedang
manikmati es mambo. “Ohhh.. Ahhh.. teruss..” Jack mengerang, sampai akhirnya
dia menjambak rambut Astrid lalu menekan wajah Astrid ke selangkangannya dan
dengan gerakan kasar Jack mendesakkan penisnya maju mundur di dalam mulut
Astrid, Astrid sampai tersedak dan kehabisan nafas,api Jack tidak memberinya
kesempatan, dia terus menggoyangkan pantatnya dengan liar. “AHH.. AHHH..
AHHHH...” gerakan Jack baru berhenti setelah dia mengerang keras, Astrid
merasakan semburan cairan kental di dalam mulutnya yang meluncur langsung ke
dalam tenggorokannya, rupanya Jack berejakulasi di dalam mulut Astrid, cairan
spermanya banyak sekali sampai memenuhi mulut Astrid, sebagian cairan putih
kental itu meleleh keluar di sudut bibir Astrid yang terpuruk di lantai sambil
terengah-engah kehabisan nafas. Astrid tersengal mencoba mengambil nafas dengan
terpaksa dia menelan sperma Jack yang ditumpahkan ke dalam mulutnya.
Dia hanya bisa menangis diperlakukan seperti
itu, tapi dia tidak kuasa melawan. Tapi penderitaan Astrid belumlah selesai.
Tiba-tiba Jack menyentak rambut Astrid dengan kasar. “Sekarang Nona cantik
merangkak ke teman gue yang di situ, lalu memohon untuk ngemut kontolnya, ingat
ya.. harus sopan,” Jack berujar kalem. “Iya Tuan.. ,” Astrid mengangguk
ketakutan. Dia lalu merangkak ke arah Jon yang sudah tidak sabar. Jon bahkan
sudah tidak memakai apa-apa lagi seningga penisnya yang besar mengacung tegak.
Dengan perasaan jijik Astrid belutut sehingga wajahnya tepat berada di depan
penis Jon yang besar dan hitam. “Tuan yang baik, bolehkah saya ngemut kontolnya
Tuan, saya ingin sekali ngemut kontolnya Tuan, boleh ya?” Astrid berkata dengan
suara tertahan, bernada memelaskan, tapi dia berusaha tersenyum semanis
mungkin.
Sementara Jack
beraksi merekam adegan demi adegan yang dilakukan Astrid dengan kameranya.
“Hehehe.. Nona ini sudah cantik, sopan pula..” Joan melontarkan sindiran. “Tapi
nggak bayar kan
Non?” “Tidak Tuan.. tidak.. saya rela kok.. nggak usah bayar..” Astrid
menggeleng-gelengkan kepalanya. “Yah.. karena Nona cantik dan sopan, saya mau
deh Non, ayo jangan malu-malu kalau mau ngemut..” Jon memajukan pinggulnya
membuat penisnya mengacung lebih dekat ke wajah Astrid. Dengan gerakan ragu
Astrid mulai menggenggam penis Jon, lalu dengan lembut mulai mengocok penis
yang seukuran genggaman tangannya itu. Jon langsung mengejang menerima kocokan
itu. Astrid lalu menjilati ujung penis Jon dengan ujung lidahnya, sesekali
lidahnya juga menyapu batang penis Jon sambil terus mengocoknya dengan gerakan
lembut. “Ohhh.. Ohhhh.. enakhh.. “ Jon mengerang. “Benar-benar nggak kayak
lonte-lonte murahan yang biasa kita entotin itu Jack..” Astrid berdesir
mendengar hinaan itu, hatinya terasa sakit, air matanya kembali menetes
disamakan dengan pelacur murahan.
Tapi dia tidak
mampu berbuat apa-apa selain menuruti perintah kedua penjahat itu dengan
harapan mereka akan segera melepaskannya. “Masukan ke mulut dong Non..” kata
Jon ringan. Astrid hanya melirik sekilas lalu mulai membenamkan batang penis
Jon ke mulutnya dan menggerakkan kepalanya maju mundur membuat penis itu keluar
masuk di mulutnya. “Diemut yang benar dong Non!” perintah Jon yang langsung
dituruti oleh Astrid, di dalam mulut dia mainkan lidahnya sehingga memberi
sensasi nikmat pada penis itu. Jon melenguh nikmat merasakan kuluman Astrid,
lalu tangannya menjulur ke bawah meraih buah dada Astrid yang menggantung
kenyal. Astrid menjerit kecil saat tangan Jon yang kasar mulai meremas
payudaranya dengan gerakan kasar, tapi remasan itu justru membuat dorongan seks
dari diri Astrid semakin menggelegak menimbulkan sensasi tersendiri membuatnya
semakin bergairah melakukan kuluman di penis Jon. “Ohh.. enak Non.. ahh.. ahh
teruss..” Jon mengerang sambil tangannya terus menerus meremas-remas payudara
Astrid dengan kasar, Astrid merasa sakit pada payudaranya, tapi gerakan kasar
itu sekaligus membakar nafsu seksualnya membuat wajahnya merah padam dan
gerakan kepalanya menjadi semakin teratur makin lama makin lembut membelai dan
mengocok penis Jon dengan bibir mungilnya. “Ahhkhh.. Ohhh..” Tiba-tiba Jon
mengejang dan mengerang.
Dengan dan
langsung memasukkan penis itu ke dalam mulutnya kemudian dihisap-hisapnya
dengan kuluman lembut, dan dikocok-kocok dengan tangan, lama kelamaan Astrid
mulai terbiasa dengan penis itu, meskipun tidak pengalaman tapi naluri
seksualnya sudah mengalahkan akal sehatnya mulai dapat menyesuaikan diri,
Astrid juga menjilati samping sampingnya hingga ke buah pelirnya, Astrid
sedikit memberi ludah pada ujung penis itu dan memainkan ludah itu di penisnya,
kemudian diratakan dan dihisap dan dijilat kembali, tampaknya Astrid mulai
menikmati penis Jack. "Ohh.. yess.. ahh... enak tenan… nggak kayak
pelacur-pelacur pinggir jalan, asyik tenan, mirip artis-artis bokep jepang atau
bule." kata Jack mengomentari kuluman Astrid. “Ayo teruss Nona.. teruss..
“ Jack mengerang. Astrid mempercepat gerakan kulumannya, sesekali penis itu
dikeluarkan dari mulutnya lalu dimasukkan kembali, Astrid berusaha sekuat
tenaga memuaskan Jack, terlihat penis itu dikulumnya sampai mentok ke
tenggorokannya, dikeluarkan lalu dimasukkan lagi, dikeluarkan lagi dimasukkan
lagi, persis seperti orang sedang manikmati es mambo. “Ohhh.. Ahhh.. teruss..”
Jack mengerang, sampai akhirnya dia menjambak rambut Astrid lalu menekan wajah
Astrid ke selangkangannya dan dengan gerakan kasar Jack mendesakkan penisnya
maju mundur di dalam mulut Astrid, Astrid sampai tersedak dan kehabisan
nafas,api Jack tidak memberinya kesempatan, dia terus menggoyangkan pantatnya
dengan liar. “AHH.. AHHH.. AHHHH...” gerakan Jack baru berhenti setelah dia
mengerang keras, Astrid merasakan semburan cairan kental di dalam mulutnya yang
meluncur langsung ke dalam tenggorokannya, rupanya Jack berejakulasi di dalam
mulut Astrid, cairan spermanya banyak sekali sampai memenuhi mulut Astrid,
sebagian cairan putih kental itu meleleh keluar di sudut bibir Astrid yang
terpuruk di lantai sambil terengah-engah kehabisan nafas. Astrid tersengal
mencoba mengambil nafas dengan terpaksa dia menelan sperma Jack yang
ditumpahkan ke dalam mulutnya. Dia hanya bisa menangis diperlakukan seperti
itu, tapi dia tidak kuasa melawan. Tapi penderitaan Astrid belumlah selesai.
Tiba-tiba Jack menyentak rambut Astrid dengan kasar. “Sekarang Nona cantik
merangkak ke teman gue yang di situ, lalu memohon untuk ngemut kontolnya, ingat
ya.. harus sopan,” Jack berujar kalem. “Iya Tuan.. ,” Astrid mengangguk
ketakutan.
Dia lalu
merangkak ke arah Jon yang sudah tidak sabar. Jon bahkan sudah tidak memakai
apa-apa lagi seningga penisnya yang besar mengacung tegak. Dengan perasaan
jijik Astrid belutut sehingga wajahnya tepat berada di depan penis Jon yang
besar dan hitam. “Tuan yang baik, bolehkah saya ngemut kontolnya Tuan, saya
ingin sekali ngemut kontolnya Tuan, boleh ya?” Astrid berkata dengan suara tertahan,
bernada memelaskan, tapi dia berusaha tersenyum semanis mungkin. Sementara Jack
beraksi merekam adegan demi adegan yang dilakukan Astrid dengan kameranya.
“Hehehe.. Nona ini sudah cantik, sopan pula..” Joan melontarkan sindiran. “Tapi
nggak bayar kan
Non?” “Tidak Tuan.. tidak.. saya rela kok.. nggak usah bayar..” Astrid
menggeleng-gelengkan kepalanya. “Yah.. karena Nona cantik dan sopan, saya mau
deh Non, ayo jangan malu-malu kalau mau ngemut..” Jon memajukan pinggulnya
membuat penisnya mengacung lebih dekat ke wajah Astrid. Dengan gerakan ragu
Astrid mulai menggenggam penis Jon, lalu dengan lembut mulai mengocok penis
yang seukuran genggaman tangannya itu. Jon langsung mengejang menerima kocokan
itu. Astrid lalu menjilati ujung penis Jon dengan ujung lidahnya, sesekali
lidahnya juga menyapu batang penis Jon sambil terus mengocoknya dengan gerakan
lembut. “Ohhh.. Ohhhh.. enakhh.. “ Jon mengerang. “Benar-benar nggak kayak
lonte-lonte murahan yang biasa kita entotin itu Jack..” Astrid berdesir
mendengar hinaan itu, hatinya terasa sakit, air matanya kembali menetes
disamakan dengan pelacur murahan.
Tapi dia tidak
mampu berbuat apa-apa selain menuruti perintah kedua penjahat itu dengan
harapan mereka akan segera melepaskannya. “Masukan ke mulut dong Non..” kata
Jon ringan. Astrid hanya melirik sekilas lalu mulai membenamkan batang penis
Jon ke mulutnya dan menggerakkan kepalanya maju mundur membuat penis itu keluar
masuk di mulutnya. “Diemut yang benar dong Non!” perintah Jon yang langsung
dituruti oleh Astrid, di dalam mulut dia mainkan lidahnya sehingga memberi
sensasi nikmat pada penis itu. Jon melenguh nikmat merasakan kuluman Astrid,
lalu tangannya menjulur ke bawah meraih buah dada Astrid yang menggantung
kenyal. Astrid menjerit kecil saat tangan Jon yang kasar mulai meremas
payudaranya dengan gerakan kasar, tapi remasan itu justru membuat dorongan seks
dari diri Astrid semakin menggelegak menimbulkan sensasi tersendiri membuatnya
semakin bergairah melakukan kuluman di penis Jon. “Ohh.. enak Non.. ahh.. ahh
teruss..” Jon mengerang sambil tangannya terus menerus meremas-remas payudara
Astrid dengan kasar, Astrid merasa sakit pada payudaranya, tapi gerakan kasar
itu sekaligus membakar nafsu seksualnya membuat wajahnya merah padam dan
gerakan kepalanya menjadi semakin teratur makin lama makin lembut membelai dan
mengocok penis Jon dengan bibir mungilnya. “Ahhkhh.. Ohhh..” Tiba-tiba Jon
mengejang dan mengerang. Dengan ...
ASTRID 2
Dua hari
setelah peristiwa perkosaan itu mobil Astrid dikembalikan oleh Jon yang
berlagak sopan. Astrid tidak berani menemuinya, peristiwa yang memalukan dan
menyakitkan itu masih membayang di pikirannya. Tapi tepat pada Sabtu malam
Astrid menerima telepon lewat HP nya. “Hallo sayang..” suara yang sudah dikenal
oleh Astrid membuat seluruh tubuh Astrid gemetar. Itu suara Jack. Hampir saja
Astrid mematikan HP nya, tapi Jack yang seolah bisa membaca pikirannya langsung
melarang Astrid mematikan HP. Dia menyuruh Astrid membawa mobilnya ke suatu
tempat. Astrid mematuhi perintah itu karena takut oleh ancaman Jack. Dia segera
menuju ke tempat yang sudah disebutkan oleh Jack. Di sana Jack sudah menunggu
dengan senyum liar. “Jalan aja terus Non, nanti gue beritahu,” kata Jack yang
tahu-tahu sudah masuk ke dalam mobil Astrid. Ternyata Jack mengajak Astrid ke
seorang dokter kandungan dan memaksa Astrid untuk dipasangi spiral. Jack
berpura-pura menjadi suami Astrid dan meminta dokter kandungan untuk memasang
spiral dengan alasan agar tidak hamil. Astrid dengan berat hati memenuhi
permintaan gila itu.
“hehehe.. gitu
dong Non, kalau Nona menurut semuanya pasti beres,” kata Jack saat mereka di
dalam mobil lagi. “Kali ini kayaknya Nona bakal kerja lebih keras deh, soalnya
seberapapun seringnya kita ngentot, Nona nggak bakalan bisa hamil kan..” Jack
tersenyum liar. Astrid terdiam dengan pikiran berkecamuk, rupanya Jack sudah
merencanakan semuanya dengan sangat rapi. Dia tidak menyangka kalau dirinya
akan menjadi budak seksual dua orang preman bejat macam mereka. Jack lalu
menyuruh Astrid mengarahkan mobilnya ke luar kota, Jack juga menyuruh Astrid
menelepon ke rumah kalau dirinya akan menginap selama beberapa hari di luar
kota supaya tidak mencari. Mereka menuju ke daerah yang sangat sepi dan
terpencil di daerah puncak. Astrid melihat ada sebuah rumah kecil di tengah
hutan kecil di depannya. Mereka lalu turun dari mobil dan berjalan mendekati
rumah itu. Rumah itu sebuah rumah tua, berukuran kecil, lebih mirip villa kecil
tapi tidak terawat, kemungkinan sebuah villa yang sudah tidak dipakai, meski
begitu rumah itu diterangi oleh lampu listrik yang dicuri dari kabel jaringan.
Suasana yang agak gelap membuat Astrid tidak bisa memperhatikan dengan jelas
keadaan di sekelilingnya. Astrid baru akan melangkah ketika Jack menahan
sembail mencengkeram pergelangan tangannya. “Tunggu dulu Non,” Jack tersenyum
liar sambil menjilati bibirnya. “Kayaknya sebelum masuk ke dalam rumah lebih
baik Nona buka baju dulu di sini..” Astrid terbelalak mendengar ucapan yang
disampaikan dengan nada datar itu, dia dipaksa bugil di luar ruangan. Tapi
Astrid takut pada ancaman Jack. Maka sambil berlinang air mata dia melepas
pakaiannya satu persatu. “Sampai bugil Non, sampai bugil,” kata Jack ketika
Astrid menyisakan celana dalam dan BH-nya. Mau tak mau Astrid melepaskan
pakaian dalamnya sampai dia telanjang bulat. Hanya tinggal kalung emas dan
sepatu hak tinggi yang saat ini dipakai Astrid. Pakaiannya diambil oleh Jack
dan dimasukkan ke kantong plastik. “Hehehe.. gitu kan lebih cantik, Nona
kelihatan lebih cantik lho kalau bugil,” ujar Jack menghina sambil memelototi
tubuh mulus Astrid yang telanjang. “Sekarang masuk,” Jack meremas pantat Astrid
sambil mendorongnya maju. Dengan gemetar Astrid membuka pintu. Dia menemukan
sebuah ruangan cukup lapang yang didesain agak aneh, penuh diisi dengan pot
tanaman, sebuah ranjang besar ada di tengah ruangan, ranjang itu terbuat dari
besi yang kokoh, kasurnya dilapisi kain warna pink. Jon, teman Jack sudah
menunggu di sofa merah usang yang ada di samping ranjang, sementara di seberang
ranjang, dekat ke dinding ada sebuah televisi ukuran besar yang diletakkan di
atas sebuah meja kayu usang. “Ah.. apa kabar Sayangku,” Jon tertawa melihat
Astrid yang sudah telanjang bulat. ”Kayaknya elo sudah nggak sabar pingin
ngentot ya, kok sudah bugil duluan?” Astrid memalingkan mukanya yang berlinang
air mata menghindari tatapan liar Jon yang memelototi bagian-bagian vital
tubuhnya. “Nggak usah buru-buru Nona cantik..” Jon menarik tubuh Astrid yang
bugil ke ranjang dan memaksanya duduk menghadap televisi.
“Hari ini kita
mau bikin film bokep lagi dengan Nona sebagai bintang utamanya,” kata Jon
sambil duduk di sebelah Astrid. Astrid hanya diam di tempatnya sambil
memalingkan wajah menghindari Jon. “Tapi sebelumnya lihat dulu yang ini,” Jon
menyalakan televisi di depannya dengan remote control. Astrid terkesiap
melihatnya, di televisi itu sedang diputar film saat dirinya sedang diperkosa.
Suara Astrid di televisi terdengar mendesah dan mengerang membuat Astrid merah
padam karena malu dan sakit hati. Tapi Jon memaksa Astrid terus menyaksikan
adegan perkosaan itu, dan mau tak mau adegan-adegan itu membuat Astrid
terangsang, apalagi saat kemudian Jon secara tiba-tiba menciumi pipinya dan
menjilati bagian belakang telinganya sambil tangannya membelai-belai dan
meremas payudaranya. “Ahh..” Astrid mendesah ketika dorongan seksualnya mulai
bangkit. Tubuhnya mulai menggeliat dan menegang. “hehehe.. enak kan nonton
bokep sambil beginian?” jon mengejek sambil terus menerus menciumi bagian tubuh
Astrid yang sensitif terutama di bagian sekitar leher dan pundaknya. Astrid
mengerang merasakan sentuhan liar itu, perasaannya mulai kacau balau.
Rangsangan dari dalam dirinya menyebabkan Astrid pun menyambut saat ciuman Jon
mulai mendarat di bibirnya. Lidah mereka bertemu, saling jilat dan saling
membelit. Sementara itu tangan Jon meremas lembut payudara Astrid, tangan
satunya .mengelus pantat. Keduanya terlibat dalam ciuman penuh nafsu selama
lima menit “Gimana Sayang, asyik kan ? Nona jadi tambah cantik kalau lagi horny
gitu loh” Kata Jon sambil tersenyum sambil memilin-milin kedua puting payudara
Astrid. “Mmhh… eengghh…sudah Tuan, sshh…sudahh... !” desahnya merasakan kedua
putingnya makin mengeras.
“Tenang
sayang, disini aman kok, kita have fun bentar yah !” Kemudian Jon mencumbui
payudara Astrid, lidahnya menyapu-nyapu puting kemerahan yang sudah menegang
itu. Astrid hanya bisa mendongak dan mendesah merasakan nikmatnya. Tangan Jon
merabai pahanya yang putih mulus itu. “Hhhssshh…eeemmmhh !” Astrid mendesis
lebih panjang dan tubuhnya menggelinjang ketika tangan Jon menyentuh
kemaluannya. Seperti ada getaran-getaran listrik kecil yang membuat tubuhnya
terasa tersengat dan tergelitik saat jari jari kasar itu menyusup menyentuh
bibir vaginanya, daerah itu jadi basah berlendir karena sentuhan-sentuhan
erotis itu. Astrid tidak tahan lagi mendapatkan serangan sehebat itu, perlahan
tubuhnya mulai menegang keras, gelora nafsu seksualnya makin meledak mambuat
tubuhnya menejang. “AHHHHHHHH...” Astrid mengerang keras, lalu tubuhnya melemas
kembali dan ambruk terlentang di kasur. Cairan vaginanya mengucur deras
membasahi seprei. Astrid terengah-engah setelah mengalami orgasme yang begitu
hebat. Jack dan Jon tertawa-tawa menyaksikan kejadian itu. Untuk beberapa saat
meraka membiarkan saja Astrid terkapar di kasur. Setelah agak lama, terlihat
Jack mempersiapkan kamera handycamnya yang dulu dipakainya untuk merekam
perkosaaan Astrid. Dia lalu menegakkan tubuh Astrid id ranjang. “Nah Sayang,
sekarang waktunya Nona untuk jadi bintang film bokep lagi.” Jack berujar datar.
“Nah, pertama, Nona harus melakukan onani dulu di situ, siap Non?” Jack memberi
aba-aba. Astrid sadar dia tidak bisa membantah perintah kedua preman itu,
perlahan diapun melai melakukan apa yang diperintahkan.
Mula-mula
Astrid meremasi payudaranya sendiri dengan gerakan lembut sambil
mendesah-desah, Jack merekam adegan itu dengan seksama. Astrid kemudian
memilin-milin puting payudaranya dengan lembut sambil sesekali meremas
payudaranya sendiri. “Teruss ayo teruss..” Jack memberi aba-aba seperti sorang
pelatih menyemangati atlitya yang sedang lomba. Astrid melenguh sambil bergerak
liar dan menggeliat-geliat, perlahan tapi pasti nafsu birahinya mulai memuncak.
Astrid mmpercepat remasan pada payudaranya sendiri dan hal itu membuat tubuhnya
kian dibakar oleh dorongan seksual yang makin meledak. Astrid lalu mengarahkan
tangannya ke daerah vaginanya. Dengan gerakan liar dia mengusap-usap bibir
vaginanya lalu memasukkan jari tengahnya k dalam liang vaginanya lalu
mengocok-ngocok jari itu di vaginanya. “Ohhkkkhh.. “ Astrid merintih merasakan
sentuhan tangannya sendiri di vaginanya, mulutnya megap-megap seolah ingin
dimasuki oleh penis, Astrid memasukkan jari tangannya yang lain ke mulutnya dan
mengulumnya seolah-olah dia sedang mengulum penis sesorang. Emhh.. ohhh.. “
Astrid merintih pelan merasakan kenikmatan yang melandanya, dia makin liar
beronani, liang vaginanya diaduk-aduk dengan jari-jarinya dengan gerakan liar,
tubuhnya mengejang, dan akhirnya. “AHHHH...OOOHHHH....” astrid mengerang kuat,
badannya menyentak sampai melengkung ke belakang. Cairan vaginanya tumpah
dengan deras membasahi seprei. Jack dan Jon tertawa senang melihat Astrid
kembali mengalami orgasme, untuk sesaat dibiarkannya Astrid terbaring di
ranjang. Tak lama kemudian Jon yang sudah bertelanjang bulat naik ke atas
ranjang dan menjamah tubuh bugil Astrid. Jon terlihat memakai topeng kain yang
menutupi seluruh wajahnya kecuali bagian mata, hidung dan mulutnya. Dia memaksa
Astrid untuk duduk lalu mendekap tubuh bugil itu. Jack masih tetap menyorot
setiap adegan demi adegan yang dimainkan oleh Astrid dan Jon. Jon mulai
menciumi dan menjilati pipi Astrid dan dengan gerakan kasar dicengkeramnya
wajah Astrid sampai bibir Astrid monyong.
“Hehe..
julurin lidah elo Nona..” perintah Jon. Astrid menjulurkan lidahnya, Jon
serentak mulai mengulum lidah Astrid dengan bibirnya berulang-ulang seperti
orang mengulum permen lolipop, dimainkannya lidah Astrid di bibirnya,
rangsangan itu membuat Astrid kembali mengerang, birahinya bangkit kembali,
nafasnya mulai megap-megap. Jon mengulangi kulumannya di lidah Astrid
berkali-kali, sementara tangannya bergerak menggerayangi payudara Astrid,
diremasnya payudara yang putih kenyal itu dengan gerakan lembut sambil sesekali
putingnya dipelintir lembut. Astrid melenguh pelan mendapat perlakuan seperti
itu, dan dalam keadaan terangsang, dia membiarkan tangan Jon yang satu lagi
memegangi tangannya dan membimbingnya ke bagian selangkangan Jon. “Pegang
kontol gue dong Non, terus kocokin kontol gue..” perintah Jon, Astrid menuruti
perintah itu dibawah ancaman dan juga dorongan birahinya, tangannya bergerak
memegang penis Jon yang sudah mencuat dan mengocok-ngocoknya dengan gerakan
lembut, sementara Jon tidak henti-hentinya mengulum lidah Astrid sambil
tangannya terus meremas-remas payudara Astrid. Jika Astrid menarik lidahnya,
Jon dengan kasar menyentak rambut Astrid membuat Astrid kembali menjulurkan
lidahnya untuk dikulum.
Sepuluh menit
lamanya Jon menikmati lidah Astrid, kemudian dia membaringkan tubuh mulus itu
terlentang di ranjang. Kemudian Jon mulai menyerbu payudara Astrid yang putih
dan kenyal, bibir dan lidahnya menciumi dan menjilati payudara Astrid sebelah
kiri sementara tangan kirinya asyik meremas-remas payudara Astrid yang sebelah
kanan. Tangan Jon yang satu lagi juga sibuk mengaduk-aduk vagina Astrid.
Diperlakukan seperti itu membuat tubuh Astrid menegang, dari mulutnya meluncur
erangan tertahan, tubuh Astrid bergetar dan nafasnya semakin tidak teratur,
rupanya dia sudah tak kuasa menahan diri lagi. Mulutnya menceracau tak jelas
dan kakinya terasa lemas, Jon meningkatkan serangannya untuk membuat gadis itu
takluk sepenuhnya dengan cara memainkan klitorisnya, daging kecil itu dia
gesekkan pada jarinya dan sesekali dipencet-pencet sehingga pemiliknya
tersentak dan mengerang, Astrid tinggal pasrah saja membiarkan Jon
mengocok-ngocok vaginanya dengan jarinya.
“Haha...enak
ya Non, liat udah basah gini !” ejeknya dekat telinga Astrid. Jon lalu mengulum
bibir Astrid lagi sambil tangannye terus menerus meremas payudara Astrid. Dia
kemudian mengarahkan cumbuannya ke bagian payudara Astrid, dimainkannya puting
payudara Astrid sebentar, kemudian lidah Jon menyusuri perut Astrid yang rata,
terus ke bawah dan ketika sampai di daerah selangkangan Astrid Jon lalu
merangkul pinggang ramping itu membawa tubuhnya lebih mendekat. Paha mulus itu
lalu dia ciumi inci demi inci sementara tangannya mengelusi paha yang lain.
Astrid merinding merasakan sapuan lidah dan dengusan nafas pria itu pada kulit
pahanya membuat gejolak birahinya makin naik . “Ssshhh…!” sebuah desisan keluar
dari mulutnya ketika jari Jon menyentuh bagian vaginanya “Aahhh… aahhh… jangan
!” Astrid mendesah antara menolak dan menikmati saat lidah Jon menelusuri
gundukan bukit kemaluannya Tanpa disadari kakinya melebar sehingga memberi
ruang lebih luas bagi Jon untuk menjilatinya.
Tubuh Astrid
seperti kesetrum ketika lidah Jon yang hangat membelah bibir kemaluannya
memasuki liangnya serta menari-nari di dalamnya. Astrid semakin tak kuasa
menahan kenikmatan itu, dia bergerak tak karuan akibat jilatan Jon sehingga Jon
harus memegangi tubuhnya. “Ahhhh…ahhh…oohh !” desahnya dengan tubuh bergetar
merasakan lidah Jon memainkan klitorisnya. Dan sekali lagi tubuhnya mengejang
kuat, dari vaginanya mengucur airan kewanitaan dengan deras yang langsung
dijilati oleh Jon. Astrid sekali lagi mengalami orgasme. Tubuh Astrid lalu
kembali melemas dan terkapar tak berdaya kelelahan. Tapi dengan kasar Jon
menarik tubuh Astrid dan memaksanya duduk. “Sekarang emutin kontol gue..”
Perintah Jon sambil tiduran terlentang dengan penis mengacung tegak seperti
tiang bendera. Atrid dipaksanya untuk menungging dengan wajah tepat menghadapi
penisnya. Lalu dengan kasar Jon memaksa Astrid untuk mengulum penisnya. Astrid
dengan terpaksa menurut, dia perlahan menjilati ujung penis Jon dengan lidah,
bibirnya yang mungil sesekali mengecup dan menciumi ujung penis itu. Lalu
Astrid menjilati keseluruhan batang penis Jon dengan lidahnya dengan
jilatan-jilatan lembut.
”Ohhhhh...
ahhhh enak Non...ahhhh..” Jon mengejang-ngejang mendapatkan belaian lembut
lidah Astrid di kemaluannya. Sambil sesekali Astrid mengocok lembut penis itu
dengan tangannya, dia kemudian mulai memasukkan batang penis itu ke dalam
mulutnya, lalu dengan gerakan amat lembut, dia mulai menggerakkan kepalanya,
bibirnya yang mungil mencengkeram lembut batang penis itu dan mengocoknya
dengan sangat lembut. Astrid sesekali juga mengeluarkan penis itu dari mulutnya
untuk dikocok dan dijilat-jilat kemudian dimasukan lagi dan disedot-sedot
seperti orang yang sedang menikmati permen loli. Perlakuan Astrid pada penis
Jon membuat Jon benar-benar melayang, dia mengerang-erang liar sambil menjambak
rambut Astrid. “Ahhh... Ahhhh...” Jon memejamkan matanya merasakan kenikmatan
di penisnya. Hampir lima menit lamanya Astrid mengulum penis Jon dengan
perasaan sangat menderita. Tapi karena sudah terangsang, perlahan-lahan Astrid
mulai merasakan sensasi tersendiri. Rasa jijik yang tadinya begitu
melingkupinya perlahan-lahan sirna, Astrid mulai menikmati oral seks yang dilakukannya
meskipun itu dikalukannya dengan terpaksa. dimaju-mundukannya kepalanya seperti
yang pernah dia dengar dari obrolan dengan teman-temannya, lidahnya menjilat
memutar kepala penisnya, akibatnya Jon keenakan dan mengerang-ngerang.
“Uuaaahh…terus Non, enak banget, harusnya Nona jadi lonte saja, hehehe !” ejek
Jon sambil mengerang keenakan. Astrid hanya bisa menggerakkan mata melihat ke
arah Jon yang tersenyum-senyum sambil meringis keenakan. Penis Jon semakin
mengeras dan berkedut-kedut di dalam mulut Astrid serta menebar rasa asin. Dia
sendiri tidak tahu bagaimana dia bisa segila ini, namun situasi saat itu
ditambah jilatan Jon yang tanggung tadi membuat gairahnya menggebu-gebu. Penis
yang besar mengerikan itu tidak muat seluruhnya ke dalam mulutnya yang mungil,
maka sesekali Jon menekan kepalanya agar bisa masuk lebih dalam lagi. Tapi
setalah agak lama, Jon tiba-tiba mendorong Astrid, melepaskan jepitan bibir
Astrid dari penisnya. Dia menelentangkan tubuh Astrid di ranjang. “Nah,sekarang
kita mulai ya Non..” kata Jon. Astrid hanya menggeleng lemah sambil menangis,
tapi Jon yang sudah terangsang berat tidak mempedulikan penolakan Astrid.
Perlahan ditindihnya tubuh bugil Astrid yang putih mulus itu. Lalu pelan-pelan
IJon menekan penisnya ke liang senggama Astrid.
“Sshhh…sakit,
aawhhh…!!” rintih Astrid ketika penis Jon yang besar itu menerobos
vaginanya.Astrid meringis dan merintih menahan rasa sakit pada vaginanya,
meskipun sudah tidak perawan lagi setelah diperkosa dua hari yang lalu tapi
kemaluannya masih sempit. Jon terus berusaha memasukkan senjatanya sambil
melenguh-lenguh. Setelah beberapa saat menarik dan mendorong akhirnya masuklah
seluruh penis itu ke vaginanya, saat itu airmata Astrid meleleh lagi merasakan
sakit pada vaginanya. “Huhh…masuk juga akhirnya, tempiknya seret banget Non,
gue suka yang kayak gini.” katanya dekat telinga Astrid. Sesaat kemudian, Jon
sudah menggoyangkan pinggulnya, mula-mula gerakannya perlahan, tapi makin lama
kecepatannya makin meningkat. Astrid benar-benar tidak kuasa menahan erangan
setiap kali Jon penis Jon menghujam vaginanya.
Gesekan demi
gesekan yang timbul dari gesekan alat kelamin mereka menimbulkan rasa nikmat
yang menjalari seluruh tubuh Astrid sehingga matanya membeliak-beliak dan
mulutnya megap-megap mengeluarkan rintihan. Jon lalu mengangkat paha kirinya
sepinggang agar bisa mengelusi paha dan pantat Astrid sambil terus menggenjot.
Jon meningkatkan tempo goyangannya, penis yang besar dan berurat itu menggesek
dan menekan klitorisnya ke dalam setiap kali menghujam. Kedua payudaranya yang
membusung tegak itu ikut berguncang hebat seirama guncangan badannya. Jon
meraih yang sebelah kanan dan meremasnya dengan gemas. Gairah Astrid mulai
bangkit lagi, dia merasakan kenikmatan yang berbeda dari biasanya, tanpa disadari
dia juga ikut menggoyangkan pinggulnya seolah merespon gerakan Jon. “Turun Non,
kita ganti gaya !” perintahnya Mungkin karena saking terangsangnya, Astrid
menurut saja apa yang dimintanya, Jon mengatur posisinya berdiri dengan pantat
agak ditunggingkan, tangannya bertumpu pada meja di depannya. Dan, penis Jon
kembali memasuki vaginanya dari belakang. Dalam posisi demikian, Jon
memaju-mundurkan pinggulnya sambil berpegangan pada kedua payudara Astrid.
Mulutnya sibuk menciumi pundak dan lehernya membuat Astrid serasa melayang,
sekonyong-konyong dia tidak merasa diperkosa karena turut menikmatinya.
Ditariknya wajah Astrid hingga menengok ke belakang dan begitu wajahnya menoleh
bibir tebalnya langsung memagut bibirnya. Karena sudah pasrah, Astrid pun ikut
membalas ciumannya, lidah mereka saling membelit dan beradu, air liur mereka
menetes-netes di pinggir bibir.
“Ahhh...
ahhhh.... oohhhhh... oohhhh...” Astrid mengerang setiap kali Jon menyodokkan
penisnya, di lain pihak, Jack ikut memberi semangat setiap kali Jon menyodok
vagina Astrid sambil merekam adegan persetubuhan itu. “Ayoo.. terusss.. teruss
Nona ... yeahh... oohhh... baguss..” Jack memberi semangat sembil merekam terus
persetubuhan itu, dia menyorot wajah Astrid yang memerah karena dorongan birahi
yang memuncak, sesekali Jack bahkan menyorot ke daerah vagina Astrid sehingga
proses keluar masuknya penis Jon di dalam vaginanya direkam dengan jelas. Menit
demi menit berlalu, Jon masih bersemangat menggenjot Astrid. Sementara Astrid
sendiri sudah mulai kehilangan kendali diri, dia kini sudah tidak terlihat
sebagai seseorang yang sedang diperkosa lagi, melainkan nampak hanyut menikmati
ulah preman itu. Kemudian Jon mengganti gaya lagi, kali ini ditelentangkannya
lagi tubuh Astrid, lalu diangkatnya kedua paha Astrid dan disampirkannya ke
pundaknya, lalu kedua tangannya mencengkeram pergelangan tangan Astrid, dan
menariknya kuat-kuat, kemudian Jon kembali mendesakkan penisnya ke vagina
Astrid dan menggenjotnya. Astrid menggeliat antara sakit bercampur nikmat,
perlakuan Jon yang kasar ternyata justru membuat gejolak birahi Astrid kian
meledak. gaya bercinta jon yang barbar justru menciptakan sensasi tersendiri.
Di ambang klimaks, tanpa sadar saat Jon melepaskan pegangannya dan kembali
menindih tubuhnya, Astrid memeluk Jon dan memberikan ciuman di mulutnya. Mereka
berpagutan sampai Astrid mendesis panjang dengan tubuh mengejang, tangannya
mencengkeram erat-erat lengan kokoh Jon. Sungguh dahsyat orgasme yang
didapatnya, namun ironisnya hal itu didapat dari seorang pria mesum yang
sebenarnya sedang memperkosa dirinya.
Penis Jon yang
masih menancap di vaginanya belumlah terpuaskan, maka setelah jeda beberapa
menit dia bangkit sehingga penis itu terlepas dari tempatnya menancap. Astrid
yang belum pulih sepenuhnya disuruhnya menungging dengan tangan dan wajah
bertumpu pada kasur. “Oohh…sudah Tuan... saya sudah nggak kuat... tolong !”
Astrid memelas dengan lirih Mendengar itu, Jon cuma nyengir saja, dia
merenggangkan kedua paha Astrid dan menempelkan penisnya pada bibir
kemaluannya. “Uugghh…oohh !” desah Astrid dengan mencengkram seperei dengan
kuat saat penis itu kembali melesak ke dalam vaginanya.
Sementara
tangan Jon memegang dan meremas pantatnya sambil menyodok-nyodokkan penisnya,
cairan yang sudah membanjir dari vagina Astrid menimbulkan bunyi berdecak
setiap kali penis itu menghujam. Suara desahan Astrid membuatnya semakin
bernafsu sehingga dia meraih payudara Astrid dan meremasnya dengan gemas seolah
ingin melumatkan tubuh sintal itu. Limabelas menit lamanya Jon menyetubuhinya
dalam posisi demikian, seluruh bagian tubuh Astrid tidak ada yang lepas dari
jamahannya. Sekalipun merasa pedih dan ngilu oleh cara Jon yang barbar, namun
Astrid tak bisa menyangkal dia juga merasakan nikmat yang sulit dilukiskan,
Akhirnya Jon menggeram dan merasakan sesuatu akan meledak dalam dirinya. Dan
serentak dia mencabut penisnya kemudian membalikkan tubuh Astrid sampai
terlentang lagi, lalu Jon mengangkangi wajah Astrid sembil mengocok-ngocok
penisnya sendiri tepat di depan wajah Astrid. “Crtt…crt…crt....,” spermanya
muncrat membasahi wajah Astrid. Belum cukup sampai situ, disuruhnya Astrid
menjilati penisnya hingga bersih, setelahnya barulah dia merasa puas dan
memakai kembali celananya. Dibiarkannya Astrid terkapar di ranjang itu, wajahnya
tampak sedih dan basah oleh keringat, air mata dan cairan sperma yang sangat
banyak melumuri wajahnya, dalam hatinya berkecamuk antara kepuasan yang
sensasional ini dan rasa benci pada pria yang baru saja memperkosanya.
“hehehehe..” Jack tertawa puas sambil mematikan handycamnya. “Kita dapat film
yang sangat bagus hari ini. Berkat pelacur kita yang satu ini..” “Benar Jack,”
Jon menambahkan sambil tersengal. ”Jepitan tempiknya mantap, gue jadi ketagihan
sama tempiknya.” “Suruh dia membersihkan wajahnya!” Jack memerintah. Jon dengan
gontai mengambil seember air yang memang sudah disiapkan di sudut ruangan.
Astrid ditariknya turun dari ranjang lalu dipaksanya untuk membersihkan mukanya
yang penuh cairan sperma.
Setelah agak
lama membiarkan Astrid -yang sengaja dibiarkan untuk memulihkan tenaganya- Jack
kemudian mendekati Astrid. “Nah, sekarang episode duanya sama gue,” kata Jack
tenang sambil melepas seluruh pakaiannya. Astrid terdiam antara shock dan
ketakutan melihat Jack yang sudah telanjang bulat di hadapannya. “Oke Jon, kita
mulai ya...?” Jack memberi komando dan Jon mulai merekam lewat handycamnya.
Jack memeluk tubuh Astrid yang bugil sampai rapat dengan tubuhnya. “Lihat ke
kamera dong Sayang.. senyum... ” kata Jack sambil memalingkan wajah Astrid ke
arah handycam di tangan Jon, mau tidak mau Astrid melihat ke arah handycam itu.
Astrid memaksakan diri untuk tersenyum meskipun wajahnya berlinang air mata.
Sementara itu Jakck mulai melancarkan aksinya dengan mencium pipi Astrid
berulang-ulang, Jack bahkan menggosok-gosokkan bibirnya di pipi Astrid yang
mulus itu. Kamudian dia juga menciumi dan mengulum bibir Astrid, Astrid hanya
bisa meronta lemah.
“Sekarang Nona
cantik tolong emut punya saya dong..” kata Jack santai. Astrid hanya bisa
mengangguk. Perlahan dia berlutut tepat di depan Jack. Wajahnya diturunkan
sampai tepat menghadap penis Jack. “Sekarang?” tanya Astrid yang sepertinya
ragu melakukannya. “Iya dong Non masa harus nunggu sampai besok!” jawab Jack
santai. Kemudian dengan tangan gemetar Astrid melingkarkan telapak tangannya
pada penis itu. Didekatkannya penis Jack ke mulutnya, dan mulai menjilati ujung
penisnya, terasa asin, dan terasa ada cairan sedikit pada ujungnya, Astrid
menutup matanya dan langsung memasukkan penis itu ke dalam mulutnya, dihisap
dan dikulumnya penis itu dengan lembut, sesekali Astrid mengocok-ngocok penis
itu dengan tangannya juga, lama kelamaan Astrid mulai terbiasa dengan penis
Jack dan mulai dapat menyesuaikan diri, Astrid menjilati samping-sampingnya
hingga ke buah pelirnya, Astrid bahkan memainkan ludahnya sedikit di penis itu,
kemudian Astrid kembali memasukkan kepala penis itu ke mulutnya. Jack mendesah
merasakan kehangatan mulut Astrid, sentuhan lidahnya memberi sensasi nikmat
padanya. Jack mendesah merasakan belaian lidah Astrid pada penisnya serta
kehangatan yang diberikan oleh ludah dan mulutnya. Pertama kalinya sejak keluar
penjara lalu dia kembali menikmati kehangatan tubuh wanita. Astrid sendiri
walaupun merasa jijik dan kotor, tanpa disadari mulai terangsang dan mulai
mengulum benda itu dalam mulutnya. “Uuhhh…gitu Non, enak…mmmm !” gumamnya
sambil memegangi kepala Astrid dan memaju-mundurkan pinggulnya. Astrid
merasakan wajahnya makin tertekan ke selangkangan dan buah pelir Jack yang
berbulu lebat itu, penis di dalam mulutnya semakin berdenyut-denyut dan
sesekali menyentuh kerongkongannya. Sekitar sepuluh menit lamanya dia harus
melakukan hal itu, sampai Jack menekan kepalanya sambil melenguh panjang.
“Ohhh... “ Jack melenguh, tapi dia tidak ingin buru-buru. Dia melepaskan
penisnya dari kuluman bibir Astrid. Dia lalu menyuruh Astrid untuk bergaya
seperti anjing. “Hehehehehe.. kita mulai ya Non..” kata Jack, rupanya dia ingin
menyetubuhi Astrid dengan gaya doggy style. Dia mengarahkan penisnya kearah
kemaluan Astrid, sementara Astrid masih dalam keadaan membungkuk terlungkup,
Astrid merasakan ujung penisnya menyentuh ujung vaginanya. "Dia yang minta
lho,” kata Jack sambil menghadap kamera diikuti tawa Jon yang men zoom wajah
Jack. Astrid merasa terhina oleh ucapan itu tapi Astrid tidak bisa berbuat
apa-apa, dia telah menjadi budak seks mereka. Akhirnya Astrid merasakan
penisnya menyeruak masuk ke dalam vaginanya, Jack mulai mengenjotnya dengan
posisi doggy style.
"OOugh…
ough… gila… enak… waduh…kok masih sempit sih tempiknya?” Jack meracau sambil
terus mengenjot vagina Astrid, tangannya meremas remas payudara Astrid dari
arah belakang. Sementara Jon mengarahkan kamera handycamnya ke arah di mana
penis Jack memasuki vagina Astrid dehingga setiap gerakan dan suara gesekan
penis Jack dan vagina Astrid terekam dengan jelas. Astrid membuka pahanya lebih
lebar seiring dengan sodokan Jack yang semakin ganas .agar tidak terlalu perih.
Selain itu dia juga mulai menggerakkan pinggulnya mengikuti irama goyangan
Jack. "Enak kan non? Gue bikin Nona ketagihan ya?" ledek Jack.
"Iya Tuan... ahhhh... enak banget...." Astrid tidak peduli lagi bahwa
saat ini dirinya sedang diperkosa. Sekitar sepuluh menit lamanya Jack
menyetubuhi Astrid dengan posisi seperti itu, lalu dia memeritahkan Astrid
berganti gaya. Sekarang Jack berbaring di lantai dengan memakai pakaiannya
sebagai alas kepala, disuruhnya Astrid melakukan gaya woman on top dengan
bergoyang di atas penisnya. Dengan pertimbangan mengakhiri perkosaan itu
secepatnya, Astridpun menaiki penis Jack lalu mulai menaik-turunkan tubuhnya.
Kemudian Jack menarik tubuh Astrid sampai merapat dengan tubuhnya sambil tetap
memaksa Astrid bergoyang di atas penisnya. Astrid sempat menggenjotkan
vaginanya sendiri di penis Jack sekitar lima menitan sebelum Jack memutuskan
berganti posisi, sekarang dia kembali menelentangkan tubuh Astrid lalu menarik
pergelangan kakinya dan membentangkan kedua pahanya, kemudian dia mengambil
posisi diantara kedua paha itu. Jack langsung menyodokkan penisnya diiringi erangan
panjang Astrid. Jack menghentak-hentakkan pinggulnya membuat tubuh Astrid
berkelojotan, mulutnya megap-megap mengeluarkan rintihan yang justru membuat
jack tambah bernafsu. “Ayo lihat sini, ke arah kamera!” sahut Jon yang
mengarahkan handycam itu pada mereka. “Jangan…tolong jangan ahhh… …ahhh !” kata
Astrid di tengah erangan nikmatnya, Jack merentangkan kedua tangannya itu ke
samping sehingga wajah Astrid yang terangsang hebat bisa direkam dengan jelas.
Jack tertawa-tawa melihat ke arah kamera seolah bangga bisa menikmati tubuh
wanita secantik Astrid. Tak lama kemudian, tubuh Astrid mengejang dan menekuk
ke atas sampai tulang-tulang rusuknya terjiplak di kulitnya. Dia merasa seperti
ada suatu ledakan hebat dari dalam tubuhnya yang tidak bisa ditahan dan menyebabkan
tubuhnya menggelepar-gelepar bak ikan keluar dari air. Tidak dapat disangkal
bahwa perasaan itu nikmat luar biasa melebihi kenikmatan yang pernah dirasakan
sebelumnya. Jack masih terus menggenjotnya selama beberapa menit ke depan, dan
akhirnya dia pun mencabut penisnya lalu buru-buru mendekati wajah Astrid dimana
dia menyemprotkan spermanya. Cairan putih kental pun berceceran membasahi wajah
dan rambut gadis itu. Mereka tertawa-tawa puas setelah memperkosa Astrid, tapi
itu belum selesai. Tiba-tiba mereka memberikan sesuatu pada Astrid, sebuah
penis mainan terbuat dari karet yang bisa menempel ketat di lantai. Mereka lalu
memasang penis mainan sepanjang 20 cm itu di lantai lalu memaksa Astrid
memasukkan penis itu ke vaginanya. Tadinya Astrid menolak sambil memohon-mohon,
tapi setelah satu tamparan mendarat di pipinya, Astrid pasrah. Dia lalu
mengangkangi penis karet itu dan mendesakkan vaginanya. “Ahhh.... AHHHKK..”
Astrid meringis dan merintih kesakitan saat penis karet itu menusuk vaginanya.
Dipaksakannya untuk terus mendorong vaginanya sampai penis karet itu amblas
sleluruhnya di dalam vaginanya. Astrid merngis kesakitan, air matanya meleleh
keluar menahan rasa sakit di vaginanya. “Goyangin pantatnya dong Non..” kata
Jack dengan nada memerintah.
Astrid
perlahan-lahan mengangkat kembali pantatnya, penis karet itu seperti lolos dari
vaginanya, tapi kemudian diturunkannya kembali pantatnya sehiangga penis itu
amblas lagi, diulanginya lagi gerakan itu berulang-ulang, semula pelan, tapi
kemudian Astrid mempercepat gerakan pantatnya yang naik turun membuat penis
karet itu mengocok-ngocok vaginanya. Astrid mengerang antara sakit dan nikmat
merasakan penis karet yang mengaduk-aduk vaginanya.Hampir sepuluh menit Astrid
memperkosa dirinya sendiri sampai akhirnya tubuhnya mengejang, badannnya
melengkung ke belakang membuat tulang iganya menjiplak di kulit tubuhnya,
diiringi satu erangan keras Astrid kembali mengalami orgasme lalu dia terkapar
di lantai dengan terengah-engah, sekujur badannya terasa nyeri terutama di
bagian selangkangannya. Dia memajamkan mata, kali ini dia lebih menderita
daripada sebelumnya, air matanya kembali meleleh, air mata kesedihan dan
penderitaan. “Hahahahahahaha...” Jack dan Jon tertawa mengejek. “Ternyata dia
seneng banget dientot, tuh buktinya pingin lagi, sampai pakai kontol mainan
pula..” Astrid hanya bisa menangis mendengar penghinaan demi penghinaan yang
dilontarkan oleh kedua preman itu, meskipun hatinya terasa perih tapi dia tidak
bisa berbuat apa-apa.
Dirinya sudah
dikuasai bulat-bulat oleh kedua preman itu. “Bagaimana Nona? Enak kan ngentot
sama kami?” Jack berjongkok sambil meremas payudara Astrid yang sebelah kiri.
“Nona sebetulnya berbakat lho jadi pelacur, kenapa Nona nggak nyoba saja jadi
pelacur? Pasti pelanggan Nona banyak.” Jon tertawa terbahak menengar ucapan
yang sangat merendahkan itu, sementara Astrid hanya bisa berlinang air mata.
Kemudian mereka menyeret Astrid ke kamar mandi. Di kamar mandi yang sempit itu
mereka mengguyur tubuh Astrid dengan air dingin membuat Astrid menggigil
kedinginan. Mereka juga menyabuni tubuh Astrid dengan sabun cair sambil
tentunya menggosok-gosok tubuh Astrid dan bagian yang paling sering disabuni
adalah bagian payudara, pantat dan vagina Astrid. Dan hal itu membuat kedua
preman itu menjadi terangsang lagi. Dengan kasar dipaksanya Astrid menungging
di lantai kamar mandi yang dingin lalu Jon kambali memperkosanya dari belakang,
kali ini bahkan lebih brutal dari sebelumnya, Astrid sampai menjerit-jerit
kesakitan. Tapi jeritan. Astrid itu justru menambah semangat Jon untuk
memperkosa Astrid.
Setiap sepuluh
menit mereka bergantian memperkosa Astrid berselang-seling, Jon sepuluh menit,
Jack sepuluh menit. Hal itu membuat keduanya bisa bertahan lama sekali. Astrid
sendiri makin lemas dan kelelahan, dia tidak tahu lagi berapa lama kedua preman
itu memperkosanya, dirinya sekarang hanya bisa merintih kesakitan sambil
sekaligus terangsang hebat. Astrid merasakan pedih luar biasa di vaginanya,
selama puluhan menit keduanya menyetubuhinya dan berkali-kali pula Astrid
mengalami orgasme sehingga tubuhnya menggelepar-gelepar di lantai. Perkosaan
itu baru berakhir setelah kedua preman itu merasa puas, mereka lalu
menyemprotkan spermanya di dalam rahim Astrid. Hampir satu jam lamanya kedua
preman itu secara bergantian menyetubuhi Astrid yang kini tertelungkup tidak
berdaya dengan rintihan kesakitan keluar dari bibirnya, sekujur tubuhnya terasa
sakit seperti habis dipukuli. Astrid tidak mampu lagi bergerak, dia hanya diam
saja saat kedua preman itu menyeretnya ke sebuah kamar tidur yang tertutup
rapat. Seluruh jendelanya tertutup dan berterali besi. Hanya ada sebuah kasur
busa usang yang ada di situ. “Nah, nona cantik, sekarang Nona boleh tidur di
sini, tapi ingat ya, jangan macam-macam, kalau Nona menurut maka tidak akan
terjadi apa-apa, mengerti?” Jack berkata dengan nada mengancam. Astrid hanya
mengangguk lemah. Dia kemudian ditinggalkan di kamar itu, sendirian, kedinginan
karena Jack dan Jon hanya memperbolehkan Astrid memakai BH dan celana dalam
saja. Tubuh Astrid gemetar karena dingin dan kelelahan. Pikirannya kacau balau,
dia tersiksa secara fisik dan mental tapi dia tidak berani melawan, dia takut
ancaman kedua preman itu yang akan menghabisi seluruh keluarganya. Karena
kekelahan dan putus asa, Astrid akhirnya tertidur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar