Ceritaku, yang menurutku tidak hanya dilatari nafsu semata, tapi oleh
rasa kasih yang menurutku aneh. Semuanya bermula sejak aku dikirim ke
Medan untuk menemani pamanku yang tinggal sendirian ditinggal meninggal
oleh istrinya. Memang sejak kecil, aku sudah sering berpindah tempat.
Sekolah Dasar, aku lewati di Bandung, SMP, aku lalui di Balikpapan, dan
SMA di Medan. Aku tidak tahu alasan orangtuaku yang memperlakukanku
begitu. Aku punya asumsi mereka kurang menerima kehadiranku, aku benci
mereka semua. Tapi tidak dengan kakakku Mira (Mira kakakku yang nomor 2,
dan kakak satu-satunya, aku punya satu adik perempuan, dan dua saudara
laki-laki). Aku sangat menyayangi Kak Mira, karena dia sangat
pengertian, mau menghibur hatiku yang sering kalau rinduku sangat
menggebu, karena kami sangat jarang bertemu. Sewaktu aku dikirim ke
Medan, dia melanjutkan kuliah ke London. Kamu kembali bertemu di Jakarta
sewaktu aku tamat SMA, dan dia kembali dari London untuk persiapan
pernikahannya.
Tiga bulan kami banyak bersama, tapi dasar Kak Mira yang sangat
pengertian, dia malah bukan mengurusi pernikahannya, eh malah mengurusi
aku. Kami banyak bersama, aku sangat menyanginya. Saking sayangnya dia
pernah menciumku, tapi tanpa sadar aku membalasnya dengan mencium
bibirnya, dia memelukku dengan hangat. Tapi aneh kurasakan, dia tidak
menolaknya, malah mulai memainkan lidahnya di mulutnya. Hmm, sungguh
indah saat itu. Tanpa sadar aku mulai meremas payudaranya yang besar
menantang. Dia mulai menjerit lirih. Dari bibir, ciumanku turun ke
lehernya, lama aku bermain di sana. Kak Mira menekan kepalaku seolah
menuntunku untuk menciumi dadanya. Aku mulai nekat, membuka bra-nya dan
muncullah pemandangan yang sangat indah. Mula-mula kuciumi ketiaknya,
sementara tangan kiriku meremas bukit tanpa pelapis itu. Ciumanku
berpindah ke payudaranya. Kucium perlahan pangkalnya, dia nyeletuk,
"Ah.. Andre, nikmat sekali.." lalu kuciumi putingnya yang merah merekah.
Ah, nikmat sekali waktu itu. Kami melakukannya hampir satu jam, sampai
kami sama-sama sadar. Kejadian itu terhenti begitu saja setelah tiga
bulan menikah. Kami kembali melakukannya. Saat itu kutahu Kak Mira
kurang bahagia, karena setelah bulan madunya yang 2 minggu, suaminya
harus kembali ke Pekanbaru. Tinggallah kakakku sendirian.
Suatu malam, aku menemaninya menonton Selasa Drama di SCTV. Saat itu
kembali dia memelukku, kami saling berciuman mesra sekali. Malu-malu aku
mulai membuka pakaiannya. Dia membiarkan saja, bahkan mulai mengusap
permukaan resleting celana panjangku dengan sangat bernafsu. Aku makin
gemas dan bernafsu melihat tingkahnya, pakaiannya kupreteli sampai
lembar terakhir. Tanganku meraih pinggulnya yang seksi dan kudekatkan ke
arahku. Mukaku persis di depan selangkangannya sehingga aku dapat
melihat gundukan bukit kemaluannya tepat didepan mata. Aku semakin tak
sabar, aku memandang ke atas dan Kak Mira menatapku sambil tetap
tersenyum. Wajahnya tampak memerah menahan malu. Tanpa aba-aba dariku
Kak Mira menganggukan kepalanya perlahan, seolah mempersilakanku
memmainkan kemaluannya. Dengan gemetar jemari kedua tanganku kembali
merayap ke atas menelusuri dari kedua betisnya yang mulus terus ke atas
sampai kedua belah pahanya yang putih mulus tanpa cacat sedikitpun.
Halus sekali kulit pahanya dan begitu seksi dan padat. Aku mengusap
perlahan dan mulai meremas. "Oooh.." Kak Mira merintih kecil, kemudian
jemari kedua tanganku merayap ke belakang, kebelahan bokongnya yang
bulat. Aku meremas gemas di situ. Aahh.. begitu halus, kenyal dan padat.
Tiba giliran lagi aku berhadapan dengan lubang kemaluannya.
Sejenak aku berhenti, menikmati pemandangan itu. Bau alat kelaminnya
langsung menyergap hidungku. Mmm.. harum. Kini terpampanglah sudah
daerah "forbidden" itu, menggembung membentuk seperti sebuah gundukan
bukit kecil mulai dari bawah pusarnya sampai ke bawah di antara kedua
belah pangkal pahanya yang seksi. Sementara di bagian tengah gundukan
bukit kemaluannya terbelah membentuk sebuah bibir tebal yang mengarah ke
bawah dan masih tertutup rapat menutupi celah liang kemaluannya. Dan di
sekitar situ aku mengagumui bulu-bulunya yang seperti kawanan domba di
bukit. Aku hanya bisa melongo menyaksikan keindahan bukit kemaluannya
dan tanpa terasa kedua tanganku sampai gemetar menyaksikan pemandangan
yang baru pertama kalinya ini. "Oohh.. Kak Mira.. indahnya.." Hanya
kalimat itu yang sanggup kuucapkan saat itu. Selanjutnya aku masih
melongo menikmati keindahan surga dunia milik Kakakku, Mira. Bau yang
keluar dari alat kelamin miliknya membuat hidungku jadi kembang kempis
menikmati aroma aneh namun terasa menyenangkan buatku. Aku mulai
menciumi pahanya yang mulus, sementara tanganku sibuk mengusap-usap
pahanya yang lain. Tangannya meremas rambutku sambil berteriak
kenikmatan. Ciumanku mulai naik ke selangkangannya. Kak Mira tidak
sabaran, dia menuntun kepalaku ke arah kemaluannya, aku hanya menuruti.
Kuciumi kemaluannya, remasannya mulai keras, apalagi saat lidahku
bermain di klitorisnya. Aku tak puas juga, aku mengisapnya sekuatnya,
mungkin ciuman di lubang kemaluannya itu berlangsung lebih dari 15
menit.
Kembali aku memandang ke wajahnya, walaupun wajahnya sedikit memerah
karena malu. Ia berusaha untuk tetap tersenyum. Dadanya terlihat sangat
menonjol. Alamak! Buah dadanya itu ternyata memang berbentuk bulat,
ukurannya 34B, warnanya putih bersih, putingnya tampak berwarna merah
muda kecoklatan. Aaah.. cantiknya kakakku ini apalagi kalau sedang
telanjang bulat seperti ini, "Kak.." bisikku lirih. Batang kemaluanku
semakin berdenyut tak karuan. Lalu Kak Mira mengulurkan kedua tangannya
kepadaku mengajakku berdiri lagi. Kini rasanya kami seperti Adam dan
Hawa saja. Bertelanjang bulat satu sama lain seperti kaum nudis saja.
"Aku tahu, kamu tidak pernah bahagia, aku ingin membahagianmu, dengan
cara apapun itu.. kini nikmatilah!" bisiknya mesra. Aku merangkul
tubuhnya yang telanjang merasa terharu. Badanku seperti kesetrum saat
kulitku menyentuh kulit halusnya yang hangat dan mulus apalagi ketika
kedua payudaranya yang bulat menekan lembut dadaku yang bidang. Aaah,
aku merintih nikmat. Jemari tanganku tergetar saat mengusap punggungnya
yang telanjang. Begitu halus dan mulus, aku tak sanggup menahan gejolak
nafsuku. Aku tak tahan lagi, aku menyetubuhinya. "Aahh.. Kak, kita
lakukan di kamar yuk!" bisikku tanpa malu-malu lagi. Kak Mira tersenyum
dalam pelukanku. "Terserah mau melakukannya dimana," sahutnya mesra.
Dengan penuh nafsu, aku segera meraih tubuhnya dan kugendong ke dalam
kamar. Saat itu aku sempat melirik jam dinding ruangan, sudah hampir
pukul 12:00. Kurebahkan tubuhnya yang telanjang bulat itu di atas kasur
busa di dalam kamar tengah. Suasana dalam kamar kelihatan sangat
romantis (maklum kamar pengantin baru). Jantungku berdegup kencang saat
kunaiki ranjang dimana tubuh Kak Mira yang telanjang berada. Ia
memandangku tetap dengan senyumnya yang manis. Aku merayap ke atas
tubuhnya yang bugil dan menindihnya. Aku tak sabar ingin segera memasuki
tubuhnya. Aku merasakan kehangatan saat kulitku bersentuhan dengan
kulitnya yang halus mulus. Buah dadanya kelihatan sangat kencang dan
bundar dengan puting-putingnya yang kemerahan sangat menawan hatiku,
namun kutahan sementara keinginanku untuk menjamah buah terlarangnya
itu. "Ah.." ia hanya melenguh pasrah saat aku setengah menindih tubuhnya
dan batang kemaluanku yang tegang itu mulai menusuk celah bukit
kemaluannya, mencari liang kemaluannya. Kurasakan bukit kemaluannya
terasa lunak dan hangat. Aahh.. tanganku tergetar saat kubimbing alat
vitalku mengelus bukit kemaluannya yang empuk lalu menelusup di antara
kedua bibir kemaluannya. "Pelan-pelan Ndree.." bisiknya pasrah. Lalu
dengan jemari tangan kananku kuarahkan kepala kemaluanku yang sudah tak
sabar ingin segera masuk. Kak Mira memeluk pinggangku mesra, sementara
kulihat ia memejamkan kedua matanya seolah menungguku yang akan segera
memasuki tubuhnya. Aku mencari liang kemaluannya di antara belahan bukit
kemaluannya yang lunak. Aku tak dapat melihat celah kemaluannya karena
posisi tubuhku yang memang tak memungkinkan untuk itu namun aku berusaha
untuk mencari sendiri. Kucoba untuk menelusup celah bibir kemaluannya
bagian atas namun setelah kutekan ternyata jalan buntu. "Agak ke bawah..
aahh kurang ke bawah lagi, mm.. yah tekan di situ Ndre.. aaww
pelan-pelan.. sakiit.." Kak Mira memekik kecil dan menggeliat kesakitan,
namun segera kupegang pinggulnya agar jangan bergerak.
Akhirnya aku berhasil menemukan celah kemaluannya itu setelah kakakku
itu menuntunku. Aku pun mulai menekan ke bawah, "Hhgkghh.." kepala
kemaluanku kupaksa untuk menelusup ke dalam liang kemaluannya yang
sempit. Terasa hangat dan sedikit basah. Kukecup bibirnya sekilas, lalu
aku berkonsentrasi kembali untuk segera dapat membenamkan batang
kemaluanku sepanjang 16 cm itu seluruhnya ke dalam liang kemaluannya.
Kak Mira mulai merintih dan memekik-mekik kecil ketika kepala kemaluanku
yang besar mulai berhasil menerobos liang kemaluannya yang
sangat-sangat sempit sekali. "Tahan Kak.. Kak masukkan lagi! Hhgghh..
ahh sempit sekali Sayang aahh.." erangku mulai merasakan kenikmatan dan
"Sssrrtt," kurasakan kepala batang kemaluanku berhasil masuk dan
terjepit ketat sekali dalam liang kemaluannya. "Aaawww.." teriak Kak
Mira memelas, tubuhnya menggeliat kesakitan. Aku berusaha
menentramkannya sambil kukecup mesra bibir mungil yang basah merekah dan
kulumat dengan perlahan. "Mmm.. cuupp.. cuupp." Lalu.. "Hhhgghh.. tahan
sayang! kutekan lagi yaah.." bisikku di antara rasa pedih dan nikmat
karena jepitan liang kemaluannya itu begitu ketat seolah-olah kepala
batang kemaluanku diremas oleh sebuah daging yang sangat kuat
cengkeramannya, walaupun terasa hangat dan lunak. Mmm.. nikmatnya saat
batang kemaluanku menggesek celah kemaluannya.
"Hhh.. liang kemaluan Kakak masih sangat sempit."
"Kemaluanku sakit.. " erang Kak Mira lirih.
"Yahh.. kita tahan dulu, mungkin pemanasannya kurang lama.." bisiknya bernafsu.
Segera kurebahkan badanku di atas tubuhnya dan memeluknya dengan kasih
sayang. "Aahh.." aku menggelinjang nikmat merasakan kehangatan dan
kehalusan kulitnya. Apalagi saat dadaku menekan kedua buah payudaranya
yang montok rasanya begitu kenyal dan hangat. Puting-puting susunya
terasa sedikit keras dan lancip. Mmm.. mm.. kemudian kurasakan pula
perut kami bersentuhan lembut dan yang paling merangsang adalah saat
batang kemaluanku yang kucabut tadi kini menekan nikmat bukit
kemaluannya yang empuk. Ingin rasanya aku mencoba untuk memasuki liang
kemaluannya lagi dan mengeluarkan air maniku sebanyak-banyaknya di dalam
situ, tapi aahh.. aku tak ingin hanya diriku saja yang merasakan
kenikmatan. Aku ingin mencumbunya ini dulu, mengulum bibirnya, meremas
dan mengenyot-enyot kedua buah payudaranya, dan terakhir akan kucumbu
seluruh tubuhnya dari atas sampai ke kaki, kukecup dan kucumbu alat
kelaminnya, kujilati bibir kemaluan dan klitorisnya sampai Kak Mira
merasakan kenikmatan seks sesungguhnya dan orgasme sepuasnya. Ia
memandangku dari jarak yang kurang dari 10 senti dan tertawa renyah,
"Mmm.. Kakak bahagia sekali bersamamu seperti ini.." Belum sempat ia
selesai ngomong, aku sudah melumat bibirnya yang nakal itu. Kak Mira
membalas ciumanku dan melumat bibirku dengan mesra. Kujulurkan lidahku
ke dalam mulutnya dan Kak Mira langsung mengulumnya hangat, begitu
sebaliknya. Semua terasa indah. Kurayapkan jemari tangan kiriku ke bawah
menelusuri sambil mengusap tubuhnya mulai pundak terus ke bawah sampai
ke pinggulnya yang hangat padat dan kuremas gemas.
Ketika tanganku bergerak ke belakang ke bulatan bokongnya yang bulat
merangsang, bersamaan dengan itu aku mulai menggoyangkan seluruh badanku
menggesek tubuh Kak Mira yang bugil terutama pada bagian selangkangan
dimana batang kemaluanku yang sedang tegang-tegangnya menekan gundukan
bukit kecil milik Kak Mira yang empuk. Kugerakkan pinggulku secara
memutar sambil kugesek-gesekkan batang kemaluanku di permukaan bibir
kemaluannya yang empuk sambil sesekali kutekan-tekan nikmat. Kak Mira
ikut-ikutan menggelinjang kegelian, namun ia sama sekali tak menolak
walaupun beberapa kali kepala batang kemaluanku yang tegang salah
sasaran memasuki belahan bibir kemaluan, seolah akan menembus liang
kemaluannya lagi. Ia hanya merintih kesakitan dan memekik kecil kalau
aku salah menekan. "Aawww.. saakiit.." erangnya membuatku makin
terangsang saja. "Aahh.. sshh.." aku melenguh keenakan. Setan-setan
burik di belakangku semakin gila berjoget dangdut, seolah bernyanyi
"Hangat terasa, terlena..". Beberapa menit kemudian setelah kami puas
bercumbu, bibirku menggeser tubuhku ke bawah sampai mukaku tepat berada
di atas kedua bulatan payudara yang bundar bak buah apel. Kini ganti
perutku yang menekan bukit kemaluannya yang empuk itu. Woow.. enakk.
Jemari kedua tanganku secara bersamaan mulai menggerayangi "Gunung Fuji"
miliknya itu, seolah hendak mencakar kedua payudaranya. Kelima jemari
masing-masing tanganku kurenggangkan satu sama lain dan membentuk
seperti cakar burung dan aku mulai menggesekkan ujung-ujung jemariku
mulai dari bawah payudaranya di atas perut terus menuju gumpalan kedua
buah dadanya yang kenyal dan montok. Kak Mira merintih dan menggelinjang
antara geli dan nikmat. "Mm.. mm.. iih geli.." erangnya lirih.
Beberapa saat kupermainkan kedua puting-puting susunya yang kemerahan
dengan ujung jemariku. Kak Mira menggelinjang lagi. Kupuntir sedikit
putingnya dengan lembut. "Mmm.." Kak Mira semakin mendesah tak karuan.
Aku tak tahan, secara bersamaan akhirnya kuremas-remas gemas kedua buah
dadanya dengan sepenuh nafsu. "Aawww.. nngg.." dia mengerang dan kedua
tangannya memegangi kain sprei dengan kuat. Aku semakin menggila, tak
puas kuremas lalu mulutku mulai menjilati kedua buah dadanya secara
bergantian. Lidahku kujulur-julurkan menjilati seluruh permukaan susunya
itu sampai basah, mulai dari payudara yang kiri lalu berpindah ke
payudaranya yang kanan. Kugigit-gigit puting-puting susunya secara
bergantian sambil kuremas-remas dengan gemas sampai dia berteriak-teriak
kesakitan. "Sshh.. shh.. oohh.. oouwww.. Ndre.." erangnya. Lima menit
kemudian lidahku bukan saja menjilati, kini mulutku mulai beraksi
menghisap kedua puting-puting susunya sekuat-kuatnya. Aku tak peduli Kak
Mira menjerit dan menggeliat kesana kemari. Sesekali kedua jemari
tangannya memegang dan mengeremasi rambut kepalaku yang bergerak liar.
Sementara kedua tanganku tetap mencengkeram dan meremasi kedua buah
dadanya bergantian sambil kuhisap-hisap dengan penuh rasa nikmat. Bibir
dan lidahku dengan sangat rakus mengecup, mengulum dan menghisap kedua
payudaranya yang kenyal dan padat. Di dalam mulut puting susunya
kupilin-pilin dengan lidahku sambil terus menghisap sampai pipiku terasa
kempot, aku mengkhayal meminum air susunya. Dia hanya bisa mendesis,
mengerang, dan beberapa kali memekik kuat ketika gigiku menggigiti
putingnya dengan gemas, hingga tak heran kalau di beberapa tempat di
kedua bulatan susu-susunya itu tampak berwarna kemerahan bekas hisapan
dan garis-garis kecil bekas gigitanku.
Mmm, ini benar-benar nikmat. Cukup lama sekali aku menetek susunya,
mungkin sekitar 15 menit, sampai setelah cukup puas bibir dan lidahku
kini merayap menurun ke bawah. Kutinggalkan kedua belah payudaranya yang
basah dan penuh dengan lukisan bekas gigitanku dan juga cupangan
berwarna merah bekas hisapanku, sangat kontras sekali dengan warna
kulitnya yang putih. Ketika lidahku bermain di atas pusarnya, dia mulai
mengerang-erang kecil keenakan. Bau tubuhnya yang harum bercampur dengan
keringatnya yang khas menambah nafsu seks-ku semakin memuncak. Kukecup
dan kubasahi seluruh perutnya yang kecil sampai basah. Ketika aku
bergeser ke bawah lagi dengan cepat lidah dan bibirku yang tak pernah
lepas dari kulit tubuhnya itu telah berada di atas gundukan bukit
kemaluannya yang indah mempesona. Aku mulai mencumbu alat kelaminnya
itu. "Oooh.." Kak Mira hanya merintih lirih, kelihatannya dia sudah
lemas kupermainkan sejak tadi, tapi aku tahu dia belum orgasme walaupun
sudah sangat terangsang semenjak kuhisap kedua buah susunya. Sekarang
ini aku ingin merasakan kelezatan cairan kewanitaan dari liang
kemaluannya, sebab pernah sahabatku bilang terus terang kepadaku kalau
ia sangat ketagihan untuk selalu meminum cairan lendir pacarnya ketika
mereka sedang melakukan oral seks, katanya rasanya aneh tapi membuat
dirinya bergairah.
Aku membetulkan posisiku di atas selangkangan kakakku. Kak Mira membuka
kedua belah pahanya lebar-lebar, ia sudah sangat terangsang sekali. Kini
wajahnya yang manis kelihatan kusut dan rambutnya tampak awut-awutan.
Kedua matanya tetap terpejam rapat namum bibirnya kelihatan basah
merekah indah sekali. Kedua tangannya juga masih tetap memegangi kain
sprei, kelihatannya dia tegang sekali. "I.. m.. Ndree.. e.. enaak.."
katanya. Aku tersenyum senang, sebentar lagi kau akan merasakan
kenikmatan yang luar biasa sayang, bisikku dalam hati. Aku akan
menyetubuhimu sepuasnya. Kupandangi beberapa saat keindahan bentuk alat
kelaminnya itu, baru pertama kali ini aku menyaksikan alat kelamin
cewek. Ternyata di samping baunya sangat khas dan merangsang hidungku,
keringat yang membasahi di sekitar selangkangannya pun berbau harum dan
khas. Labia mayoranya kelihatan gemuk dan padat berwarna putih sedikit
kecoklatan, sedangkan celah sempit yang berada di antara kedua labia
mayoranya itu tertutup rapat sehingga aku tidak bisa melihat lubang
kemaluannya sama sekali. Betapa nikmatnya nanti saat celah kemaluan dan
liang kemaluannya menjepit batang kemaluanku, akan kutumpahkan
sebanyak-banyaknya nanti air maniku ke dalam liangnya sebagai tanda
hilangnya keperjakaanku. Aku juga ingin nantinya dia bisa merasakan
semprotan air maniku yang hangat dan banyak agar ia dapat pula merasakan
kenikmatan yang sedang kurasakan. Cukup lama aku melamun sambil
memandangi keindahan alat kelaminnya sembari menikmati aroma khas yang
keluar dari celah kemaluannya yang rapat.
Tiba-tiba Kak Mira berbisik lirih menyadarkanku, "Ngapain sih.. kok
ngelamun.. bau yaa Ndre.." tanyanya sambil tersenyum manis. Wajahnya
walaupun sedikit kusut berkeringat tapi tetap manis sekali. Habis
berkata begitu tangan Kak Mira bergerak memegang kepalaku dan
mengucek-ucek rambut kepalaku. Aku tertawa geli. Selanjutnya tanpa
kuduga kedua tangannya itu menekan kepalaku ke bawah, sontak mukaku
terutama hidung dan bibirku langsung nyosor menekan bukit kemaluannya,
"Mmff mffphh.." hidungku menyelip di antara kedua bibir kemaluannya,
empuk dan hangat. Kuhirup sepuas-puasnya bau alat kelaminnya penuh
perasaan, sementara bibirku mengecup bagian bawah labia mayoranya dengan
bernafsu. Aku mulai mencumbui bibir kemaluannya yang tebal itu secara
bergantian seperti kalau aku mencium bibir Kak Mira. Puas mengecup dan
mengulum bibirnya bagian atas aku berpindah untuk mengecup dan mengulum
bibir kemaluannya bagian bawah. Rasanya.. "Mmm.. yummi.." ada sedikit
manis dan asin. "Mmm.. mm.." bercampur bau kemaluannya yang memabukkan.
Pokoknya dari Sabang sampai Merauke dah! tidak bisa di ungkapkan. Tidak
heran karena ulahku Kak Mira sampai memekik-mekik nikmat tak karuan,
tubuhnya menggeliat hebat dan terkadang meregang kencang. Beberapa kali
kedua pahanya sampai menjepit kepalaku yang sedang asyik masyuk bercumbu
dengan bibir kemaluannya. Kupegangi kedua belah bokongnya yang sudah
berkeringat agar tidak bergerak terlalu banyak, bagaimanapun juga aku
tak rela melepaskan pagutan bibirku pada labia mayoranya yang
merangsang. Salah sendiri, pikirku, siapa dulu yang mulai. "Mmm..
Ndree.. aauuwww.. auuwww.. aawww.. hgghhkhh.. aduuh.. e.. naak.. aahh
aduuhh.. oouuhh.." Kak Mira mengerang-erang dan tak jarang memekik cukup
kuat saking nikmatnya. Kedua tangannya bergerak mengeremasi rambut
kepalaku sampai kacau, sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya yang
seksi. Kadang pantatnya dinaikkannya sambil mengejan nikmat atau kadang
digoyangkan memutar seirama dengan jilatan lidahku pada seluruh
permukaan alat kelaminnya yang montok itu.
"Oouhh.. yaahh.. yaha.. huhuhu.. huhu.." Kak Mira berteriak makin keras,
dan terkadang seperti orang menangis mungkin saking tak kuatnya menahan
kenikmatan yang kuciptakan pada alat kelaminnya. Tubuhnya menggeliat
hebat dan kulihat sambil mulutku tetap memagut bibir kemaluannya. Kepala
kakakku, Kak Mira dipalingkan ke kiri dan ke kanan dengan cepat.
Mulutnya mendesis dan mengerang tak karuan. Aku semakin bersemangat
melihat tingkahnya, sebentar lagi dia pasti orgasme. Kini mulutku
semakin buas. Dengan nafas setengah memburu kusibakkan bibir kemaluannya
yang menawan dengan jemari tangan kananku. Mmm, hangat dan empuk. Kini
kulihat daging berwarna merah muda yang basah oleh air liurku bercampur
dengan cairan lendir kewanitaannya, agak sebelah bawah dagingnya itu
barulah aku dapat melihat celah liang kemaluannya yang amat sangat kecil
dan berwarna kemerahan pula. Aku mencoba untuk membuka bibir
kemaluannya agak lebar agar aku dapat mengintip ke dalam liang kemaluan
bagaimana bentuk selaput daranya. Namun Kak Mira tiba-tiba memekik
kecil, ternyata aku terlalu lebar menyibakkan bibir kemaluannya itu
sehingga ia mengerang kesakitan. "Aawww.. iih.. Ndre.." pekiknya
kesakitan. Aku jadi terkejut dan menyesal. "Yaa.." bisikku kuwatir.
Kuusap dengan lembut penuh kemesraan bibir kemaluannya agar sakitnya
hilang. Sebentar kemudian lalu kusibakkan kembali pelan-pelan bibir
nakalnya itu, celah merahnya kembali terlihat, agak ke atas dari liang
kemaluannya yang sempit itu. Aku melihat ada tonjolan daging kecil
sebesar kacang hijau yang juga berwarna kemerahan, inilah klitorisnya
bagian paling sensitif dari alat kelamin wanita.
Mmm, ini dia biang kenikmatan bagi cewek, pikirku. Lalu secepat kilat
dengan rakus lidahku kujulurkan sekuatnya keluar dan mulai
menyentil-nyentil daging klitorisnya. Benar saja karena tiba-tiba Kak
Mira memekik sangat keras sambil menyentak-nyentakkan kedua kakinya ke
bawah. Kak Mira mengejan hebat, aku sampai kaget dibuatnya karena
pinggulnya bergerak liar dan kaku, jilatanku pada klitorisnya jadi
luput. Dengan gemas aku memegang kuat-kuat kedua belah pahanya yang
putih mulus lalu kembali kutempelkan bibir dan hidungku di atas celah
kedua bibir kemaluannya. Kujulurkan lidahku keluar sepanjang mungkin
lalu kutelusupkan lidahku menembus jepitan bibir kemaluannya dan kembali
menyentil nikmat klitorisnya dan.. "Hgghggh.. hghgh.. sshh.." Dia
memekik tertahan dan mendesis panjang. Tubuhnya kembali mengejan sambil
menghentak-hentakkan kedua kakinya yang kecil. Pantatnya diangkat ke
atas sehingga memberi keuntungan bagiku untuk lebih dalam memasuki celah
labia mayoranya menyentil-nyentil klitorisnya. Begitu singkat karena
tak sampai satu menit tiba-tiba kurasakan Kak Mira amat tegang dan
kurasakan di dalam mulutku terasa ada semburan lemah dari dalam liang
kemaluannya berupa cairan hangat agak kental banyak sekali. Aku
menyentil klitorisnya beberapa saat sampai kurasakan tubuh Kak Mira
mulai terkulai lemah dan akhirnya pantatnya pun jatuh kembali ke kasur.
Dia melenguh panjang pendek meresapi kenikmatan yang baru ia rasakan,
kenikmatan sorga dunia miliknya.
Sementara aku masih menyedot sisa-sisa lendir yang keluar hasil
orgasmenya yang terasa asin manis dari celah kemaluannya yang kini
tampak agak memerah. Seluruh selangkangannya itu tampak basah penuh air
liur bercampur lendir yang kental. Mmm, aku menjilati seluruh permukaan
bukit kemaluannya sampai agak kering. Cairan lendirnya itu membuatku
makin bergairah. Perasaanku benar-benar fresh setelah menghirup dan
menelan cairan lendir kemaluannya. Aku tak tahu apa memang cairannya itu
mengandung vitamin atau obat perangsang? Masa bodoh, yang jelas kini
nafsu seks-ku telah memuncak, aku akan melakukan tugasku sebagai seorang
laki-laki. "Sekarang giliranku," ucapku. Aku belum sempat bergerak, Kak
Mira terlebih dahulu meraih batang kemaluanku, dia mengusapnya sambil
berkata, "Ndree, ini gede sekali.. pantas tadi sakit. Punya abang iparmu
tidak sebegini." Aku mulai bangga, dia mengocok perlahan, mataku
terpejam menahan kenikmatan. Dia berhenti, ku buka mataku, ah ternyata
dia mendekatkan wajahnya ke batang kemaluanku. Aku berteriak ingin
melarang, tapi terlambat. Terlebih dahulu dia menjilati batang
kemaluanku. Ah, aku tidak bisa berkata apa-apa selain mengerang
kenikmatan, apalagi dia mulai menjilati buah zakarku naik sampai ke
helmnya. "Oh.. nikmat sekali," ujarku tanpa sengaja tapi itu belum
seberapa, sewaktu dia mulai memasukkan batang kemaluanku ke mulutnya.
Susah payah dia melakukannya, akhirnya berhasil. Dia memainkan batang
kemaluanku di dalam mulutnya. Dia menghisapnya kuat-kuat. Ah, tanpa
terasa aku hampir orgasme. Lalu dia berhenti. "Keluarkan saja di
mulutku!" katanya sambil mengocok batang kemaluanku. Kemudian dia
kembali mengisapnya.
Aku mulai merasakan seluruh tubuhku tengang sekali. Rasanya darahku
mengalir ke suatu titik. Yah.. hingga akhirnya aku melepaskannya di
mulut kakakku. "Ah.. ehh.. ohh.." erangku sambil berusaha menyemburkan
semua cairan kenikmatanku. Dia sangat menikmatinya. "Banyak sekali air
Manimu Ndree.." ucapnya sambil mulai menjilati maniku yang tersembur di
pipinya dan kini mulai menjilati sisanya yang ada di ujung kemaluanku.
Oh, rasanya nikmat sekali. Kami istirahat sejenak, lalu dia berbisik,
"Kamu masih kuat kan? Ayo lanjutkan lagi permainanmu.. hancurkan aku
dengan kenikmatan!" Tanpa komentar lagi aku menaiki tubuhnya. "Tahan
sakitnya yah.." bisikku lagi tanpa menunggu jawabannya. Aku segera
bangkit dan duduk setengah berlutut di atas tubuhnya yang telanjang
berkeringat. Buah dadanya yang penuh lukisan hasil karyaku kelihatan
turun naik mengatur nafas. Sebodo, pikirku. Dengan agak kasar kutarik
kakinya ke atas dan kutumpangkan kedua pahanya pada pangkal pahaku
sendiri sehingga kini selangkangannya menjadi terbuka lebar
mempertontonkan alat kewanitaannya yang merangsang itu. Kutarik
bokongnya ke arahku sehingga batang kemaluanku yang sudah sengsara cukup
lama hampir satu jam itu langsung menempel di atas bukit kemaluan milik
Kak Mira yang masih basah. Kuusap-usapkan kepala batang kemaluanku pada
kedua belah bibir kemaluannya yang lunak. Kembali kubenamkan mesra ke
dalam liang kemaluannya mili demi mili secara perlahan. "Aahhggh.. sa..
yangku.. aahghgh.. nikmat sekali.." erangku pula. Kenikmatan yang
kurasakan membuat jiwaku semakin tinggi terbang ke awang-awang, mataku
merem-melek menahan rasa nikmat yang tiada tara.
Aku mulai memompanya dengan gerakan naik turun. Badannya ikut bergoyang
pelan naik-turun, bahkan terkadang sedikit memutar seirama dengan
tarikan batang kemaluan dan goyangan pinggulku yang bergerak turun naik.
Beberapa kali ia melepaskan ciumannya dan mendesah lembut melepas rasa
nikmat, karena ia sudah terbiasa dengan gerakan senggama ini. Terasa
begitu lama sekali kami saling mengadu alat kemaluan masing-masing,
sampai akhirnya kira-kira 10 menit kemudian, tiba-tiba tubuh Kak Mira
mengejan dan bergetar lembut, mulutnya mendesis dalam cumbuan bibirku,
kedua kakinya tiba-tiba dihentakkan ke bawah dan meregang. Aku merasakan
tiba-tiba pula liang kemaluan miliknya berkontraksi, mengerut mengecil
membuat batang kemaluanku seakan diremas kuat seperti dipilin-pilin.
Tubuhku berkelojotan ikut merasakan kenikmatan yang begitu sangat luaar
biasa. Kubenamkan batang kemaluanku secara perlahan ke dalam liang
kemaluan yang sedang berkontraksi itu sampai kandas, kuresapi setiap
gesekan mili demi mili dengan daging kemaluannya. Bersamaan dengan itu
pula sebuah cairan hangat dan licin mulai membasahi seluruh batang
kemaluanku banyak sekali. Kak Mira memekik dan melenguh panjang.
"Aaaghh.. aaghg.. oouuhh.." erangnya nikmat. Kubiarkan kakakku menikmati
orgasmenya yang indah, matanya terpejam rapat. Ia tak tahu kalau aku
pun sebenarnya sedang meregang menahan rasa nikmat yang sedang
ditimbulkannya pada alat kelelakianku. Air maniku sontak mengalir deras
menuju batang kemaluanku dan mendesak-desak di ujung batang kemaluanku
hendak muncrat keluar. Kucoba menahan sekuat tenaga agar jangan sampai
muncrat, namun hanya 3 detik akhirnya aku menyerah kalah.
Di saat Kak Mira sedang terbang menikmati orgasmenya yang panjang aku
pun akhirnya ikut melepaskan rasa nikmat tertahan dan mencapai puncak,
"Craatt.. cratt.. craat" air maniku menyembur-nyembur tumpah keluar di
dalam liang kemaluannya. "Oougghh.." aku pun memekik keras, lepas sudah
pendakian yang melelahkan itu. "Aaaghh.. maniikuu.. ke.. keluar Sayang..
hggh.." aku menggeram keras sambil menyemburkan air mani ke dalam liang
rahimnya. Tubuh kami berdua sama-sama bergetar dan meregang-regang
merasakan puncak kenikmatan seks. Kedua alat kelamin kami sama-sama pula
memuntahkan cairan kenikmatan hasil buah cinta kami sesaat. "Ooouuh..
oouugghh.." Kak Mira melenguh melepas orgasmenya. Dia memandangku
tersenyum sambil berkata, "Kamu bahagia?" Aku mengangguk dan berkata,
"Aku mencintai kau, Kakakku!" Malam itu kami melakukannya sampai pagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar