Senin, 31 Desember 2012

Birahi Buta sang Ustadzah 2


 Aku tak tahu apa maksud Teh Ninih membawakan ke luar kota Bandung arah Padalarang, aku sangat menghormati Teh Ninih yang sudah kuanggap sebagai kakakku sendiri, walau selama ini pertentangan kami bisa dirukunkan. Aku tak menyadari ternyata ajakan Teh Ninih padaku merupakan curhat yang tidak pernah kubayangkan. Aku tidak mau dicap perebut suami orang, akan kujelaskan pada Teh Ninih apa yang ada dihatiku.

 Teh Ninih mengatakan ini pertemuan rahasia, ketika kutanyakan lebih jauh, Teh Ninih hanya tersenyum saja, jadilah aku menurut, walau aku harus bersaing mendapatkan perhatian lebih dari Aa Gym. Mobil yang kustir itu aku diarahkan masuk ke villa, Teh Ninih sendiri yang membuka gerbang kemudian mengunci gerbang itu. Aku pun keluar dari mobilku. Aku diajaknya masuk.

 “Mari Teh Rini .. kita masuk ya .. hawa dingin sih .. dah sholat Azar belum ? “tanya Teh Ninih padaku dengan senyum sumringah.

 “Alhamdulillah … Sudah Teh .. aku tak pernah lupa sholat .. “jawabku singkat dengan mengikuti Teh Ninih masuk ke ruangan depan villa itu. Ketika aku hendak duduk, aku justru diajaknya ke ruangan tengah karena Teh Ninih ingin bicara di dalam saja, aku pun menurut, ketika aku masuk duluan itu, aku kaget dan terperanjat ketika ada tangan membekapku.

 “Mmmmmmmmmmmmmhhh …….. “ aku hanya bisa bersuara demikian, aku semakin marah karena yang membekapku itu semakin kurang ajar meremas remas dadaku, terdengar suara yang membuatku tergidik.
 “Teh Rini memang seksi habis .. aku pengin mengkontoli dirimu .. “ suara itu sampai membuatku shock luar biasa, aku sangat ketakutan, aku sampai mau pingsan ketika melihat Teh Ninih hanya tersenyum saja berlalu ke arah depan membuka kamar.

 Aku berontak dengan kuat, aku tak mengira, Teh Ninih benar benar biadab padaku, kukira hatinya bersih namun malah menjadi iblis. Aku tetap berontak namun aku kalah tenaga, dengan santai Teh Ninih bicara. Aku sampai tercengang merasakan ada benda keras menempel ke pantatku, bentuk besar dan sampai membuatku semakin merinding, aku berdoa jangan sampai aku jatuh dalam cobaan ini.

 “Bawa ke dalam sayaaaaaaang .. silakan kontoli Teh Rini sepuasmu .. “ sahut Teh Ninih dengan santai. Mataku sampai melotot mendengar Teh Ninih bicara sangat vulgar. Aku masih belum bisa melihat lelaki yang membekapku, suara yang sangat asing bagiku. Aku tak mengira mendapatkan cobaan sangat berat, aku hendak diperkosa lelaki. Ternyata Teh Ninih mempunyai selingkuhan.
 Aku dilemparkan ke ranjang, ketika aku berdebam di ranjang itu barulah.

 “Teh .. apa apaan ini .. tolong Teh .. kenapa Teteh berubah seratus delpan puluh derajat .. ingat neraka Teh .. jangan lakukan .. tolong .. tolong ! “ keluhku dengan menatap bergantian ke Teh Ninih dan lelaki itu. Teh Ninih hanya tersenyum saja, mendekati, aku melayangkan tanganku, namun ketika tanganku menampar lelaki itu menahan tanganku.

 “Malam ini Teh Rini akan menjadi istriku kedua suami gelapku .. suami yang hanya khusus urusan kontol dan memek .. “ sahut Teh Ninih dengan tersenyum simpul dan menarik gamisku, aku berontak karena Teh Ninih tidak hanya menarik namun merobeknya.

 “Jangaaaaaaaaaaan “ tolakku ketakutan ketika lelaki itu mendekati aku dan memelukku.

 “Kenalkan suamiku Teh .. namanya Burhan .. dia sudah berkali kali memberikan kepuasan batiniah padaku .. aku adalah betina muslimah yang utama .. dan kau Teh Rini .. kau adalah istri kedua baginya ..kau adalah betina muslimah yang kedua .. porsimu yang menentukan aku “ sahut Teh Ninih dengan buas merobek robek gamisku. Aku tak mengira, Teh Ninih yang kukenal kini berubah sangat bengis dan benci padaku.

 “Kau telah membuatku menderita Teh .. menderita .. kini aku ingin kau juga menderita .. TIDAK ! kau akan senang memekmu di kontoli Burhan .. “ sahut Teh Ninih sampai membuatku terpana, aku mengenal Teh Ninih sebagai seorang muslimah yang alim, taat, religius, namun kini sudah berubah total, bicaranya tidak mencerminkan seorang hajjah atau muslimah, tapi seorang pelacur.

 “Dasar pelacur “ makiku tak terima, aku merasa yang berada di hadapanku bukan teh rini sebenarnya, namun Teh Ninih yang sudah dikendalikan oleh lelaki bernama Burhan itu.

 “Aku memang lonte Teh .. dan kau juga lonte malam ini .. “ dengus Teh Ninih dengan nada kesal. Aku hendak berontak namun Burhan sudah memelukku, meremas remas buah dadaku dan menggelitik di kemaluanku. Aku menangis, menyesali mengapa mau diajak bertemu dengan Teh Ninih namun justru aku dikorbankan pada selingkuhan Teh Ninih ini.

 “Kau apakan dia “ teriakku dengan parah pada Burhan. Aku tak menyangka, Teh Ninih kemudian membuka gamisnya sendiri, kemudian dengan cepat membuang celana dalam dan branya, aku baru kali melihat tubuh polos teh rini. Haram bagi hukum Islam jika dua istri satu ranjang

 aku terpikat dengan Burhan .. aku tetap Teh Ninih yang kukenal .. namun aku tidak bisa mengengkang birahiku .. aku puas dikontoli pacarku itu .. dan sekarang .. dia meminta dirimu .. “

 “Insyaf Teh .. Insyaf .. ingat  … kenapa dengan Teh Ninih .. “ kataku dengan perasaan kalut luar biasa, aku tak mengerti jalan pikiran Teh Ninih yang nyatanya berselingkuh itu, sejenak kuamini memang semenjak aku dinikahi Aa Gym, Teh Ninih merasa kesepian. Burhan semakin nakal memeluk, aku hendak melawan, namun aku malah diancam Teh Ninih.

 “Akan kuijinkan kau memiliki AA Gym .. namun malam ini kau harus menghadapi ujian batin .. kontol Burhan harus masuk memekmu “ ancam Teh Ninih dengan tersenyum padaku.

 Habis berkata dengan Teh Ninih menari celana dalamku, aku bertahan berontak, kakiku menendang nendang, namun kakiku tidak bisa bebas karena Burhan tenaganya kuat, aku menangis sejadi jadinya. Habis itu Burhan menindihku, melumat bibirku dengan rakus, aku tidak menanggapi lumatan itu, aku merasa najis terhadap lelaki kurang ajar ini, enak aja menggeluti istri orang. Apalagi istri milik ustad terkenal.

 “Bangga ya jadi istri Aa Gym .. merasa menjadi manusia istimewa “ sahut Burhan sehabis menyerbu bibirku, aku langsung meludahi mukanya

 “Ccuuuuuuuuuuuuuuuuuuh “
 Ludah itu mengena muka Burhan, namun Burhan tidak marah, Teh Ninih kemudian ke belakang kepalaku, mencekal kedua tanganku

 “Jangaaaaaaaaan Teeh .. ampuni akuu .. Laknatullah ada padamu “ ancamku pada Teh Ninih.
 “Oh ya ?” sahut Teh Ninih dengan enteng kemudian tertawa.

 “Segera rangsang Teh Rini sayaaaaaaaaaang .. buat dia mengerang erang puas kau kontoli .. “ sahut Teh Ninih dengan tergelak, aku menjadi ketakutan ketika lelaki ini membuka celana kolornya. Penis besar itu teracung di atasku. Aku tidak kuat memandang benda ngaceng besar itu, kontol itu pelan pelan ditempelkan ke pipiku, aku masih berjilbab namun bagian bawahku sudah tidak karuan, hanya menyisakan bra dan celana dalam, gamisku sudah terlepas akibat disobek sobek Teh Ninih, istri pertama dari suamiku Aa Gym. Aku sampai takut luar biasa, aku mau diperkosa.

 “Cara enak atau kasar lonteku, Hajjah Ninihku sayaaaaaaaaaang .. pilih donk “sahut Burhan dengan mesra pada Teh Ninih. Aku sampai tergidik, Burhan memanggil Teh Ninih dengan istilah lonte, dan Teh Ninih hanya tersenyum saja, aku sampai hendak pingsan.

 “Lontemu .. pilih yang enak saja .. aku tidak mau Teh Rini dikasari .. dia milikmu sayaaang .. silakan kau kontoli .. “ sahut Teh Ninih dengan memegang kedua tanganku kuat.

 “Kontoli dulu cepaaaaaaaat “ sambung Teh Ninih dengan gemas. Burhan langsung mundur dan memegang kedua kakiku yang berontak, Burhan langsung menjilati kemaluanku, aku berontak kuat, berkali kali aku menggeliat

 “Teeeeeeeeeh .. aaaaaaaampuuuuuuuun .. jangaaaaaaaaaaan .. jangaaaaaaaaaaaaan ..  biadaaaaaab kau Teeeeh .. dasaar wanita iblis “ makiku pada Teh Ninih. Teh Ninih hanya tersenyum saja.

 “Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaauh jangaaaaaaaan aaaaaaaaaaaaah .. pleaseeeeeeee .. bajingan kau .. bangsat kau .. “ makiku pada Burhan yang sangat kurang ajar menjilati kemaluanku, aku menjadi cepat basah, lidah itu menjulur julur membuka jalur auratku.
 Burhan dengan rakus menjilati auratku, aku lama lama semakin kehabisan tenaga, percuma melawan, tak lama lagi batang besar itu akan mengoyak auratku.

 “jangan biarkan aku menderita “ keluhku dalam hati, namun akibat jilatan itu aku merasakan hal yang berbeda, aku selalu diperlakukan lembut oleh Aa Gym.. dalam berhubungan badan dengan Aa Gym masih saja ceramah yang diberikan. Namun kini aku akan merasakan hubungan badan dengan kata kata vulgar.
 Aku menggeliat tak karuan merasakan jilatan dan sedotan itu.

 “Aaaaaaaaaaaaaaaaaaauh .. “ erangku ketika Burhan menaikan cup braku dan meremas buah dadaku dengan nakal, aku menjadi tak karuan, aku menjadi habis tenaga, aku menggelinjang didada menghidanri remasan nakal itu. Kedua tanganku terkunci dipegang Teh Ninih. Aku merasa harga diriku dijual pada lelaki ini, istri pertama suamiku yang menjualku. Aku dijadikan budak olehnya. Aku terpejam merasakan rasa itu, pelan pelan aku merasakan nikmat, namun aku tetap membenci kedua makhluk terkutuk ini. Aku tak menyadari ketika lidah dan bibir itu menjauh dari auratku, tiba tiba aku membuka mataku, merasakan ada benda tumpul menekan ke auratku

 “Aaaaaaaaaaaah .. jangaaaaaaaan … “ tolakku dengan berusaha menghindar namun aku tak kuasa.
 “Teh Rini memang montok … memekmu benar benar sempit .. “ kata Burhan dengan menekan dan membuatku kesakitan, penis ketiga yang berhasil masuk dalam tubuhku. Kurasakan benda itu menekan dengan kuat, dinding auratku terasa tergesek, aku menjadi terpejam, aku tidak bisa melawan, aku harus mengalah, tak ada gunanya. Aku akan melaporkan kedua iblis ini pada polisi, tapi kalo ketahuan publik aku dijual sama Teh Ninih apalagi jadinya, Aa Gym akan sangat malu.

 Kedua pahaku dipegang dengan kuat, Burhan menarik kemaluannya kemudian mendorong lagi, aku sampai menggeleng geleng. Aku sudah tidak punya tenaga lagi, pelan pelan tanganku lemas tidak mengcengkeram kuat lagi, Teh Ninih melepaskan kedua tanganku, Burhan langsung menindihku.

 Penis besar itu mendesak paksa masuk ke dalam auratku, kurasakan sakit bercampur nikmat, aku langsung dilumat bibirku, aku tetap tidak menanggapi lumatan itu, namun Burhan terus merangsangku

 “Ssssssssssssssssssshh hhhhhhhhhh aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaauh jangaaaaaaaaaan .. jangaaaaaaaann .. berhenti .. jangaaaaan perkosaa aaaaaaaaaakuu “ keluhku dengan suara berat.

 “Kita akan pesta seks sayaaaaaaaang .. nikmatilah sayaaaaaaang .. Teh Rini sayang .. sudah lama aku mengidamkan dirimu .. “sahut Burhan dengan mendesakkan lagi penisnya sehingga menabrak dinding terdalam auratku.

 “Ayo genjotin aja sayaaaaaaaaaaaang .. ntar gantian memek Bu Hajjah Ninih .. “ ucap Teh Ninih pada Burhan yang kini sudah mulai menggenjotku, aku masih berusaha berontak namun tetap sia sia, genjotan demi genjotan itu menggesek gesek dinding auratku.

 “Aaaaaaaaaaaaaaaaauh sssssssssshhh hhh .. “ erangku, aku merasa heran kenapa jilbabku tidak dicopot juga, namun melihat Teh Ninih yang masih berjilbab aku merasa paham, Burhan menyukai muslimah yang disetubuhi masih berjilbab, benar benar menghina kaum muslimah.

 Aku luar biasa sakit, auratku dicoblos benda besar itu, terasa panas dalam kemaluanku, aku terbawa genjotan itu, aku malah mendapatkan nikmat

 “Aaaaaaaaaaaaauh aaaaaaauh jangaaaan .. jangaaaaaaaaan .. berhenti .. berhenti “ racauku tidak karuan merasakan genjotan nakal itu, aku kini merem melek tidak tahan, aku membiarkan saja lelaki ini menyetubuhiku, yang aku takutkan lelaki ini menyemburkan air maninya, aku bisa hamil. Namun aku sangat kaget ketika Teh Ninih justru malah berkata nekad

 “Hamili diaaaaaaaaa “ sahut Teh Ninih dengan mengelus elus kepala Burhan yang merem keenakan menyetubuhiku, genjotan demi genjotan itu semakin kuat, aku malah mendapatkan hal yang nikmat, belum pernah kurasakan sepanjang aku bersetubuh, kata kata vulgar itu semakin meracuniku, apalagi Teh Ninih tak pernah berhenti bilang kontol dan memek. Baaaaaaaah !

 Kurasakan aku semakin panas, aku merasakan tubuhku gemetar diperkosa seperti itu, bibirku kembali dilumat dan disedot, aku tak sadar membuka bibirku dan Burhan merasa aku mengalah, bibir Burhan kembali melahap bibirku.

 Genjotan demi genjotan itu membuatku sampai tidak tahan, nikmat sekali, gesekan dalam dinding auratku semakin lama lama semakin cepat, ada kenikmatan yang sering kuterima dari Aa Gym, namun rasanya beda, yang sekarang kurasakan serasa menggaruk dinding auratku. Aku pengin segera berakhir, kugerakan selakanganku

 “Ayyooo Teeeh ..aku suka goyangan Teh Rini aaaaaaaaaaaaaaaaaaaah .. enaaaaaaaaaaaaaaaaaak “ erang Burhan menyetubuhi naik turun, Burhan kemudian meremas buah dadaku, melumat bibirku dan tetap bergerak menggenjotku, luar biasa lelaki ini, ketiga bagian sensitif tubuhku dirangsang hebat, aku menjadi terhipnotis

 “Aaaaaaaaaaaaaaaauh ssssssssssssssssssssshh hhh .. teruuuuuuuuuuus “ lenguhku tak sadar keenakan.
 Kurasakan dinding aurat seakan menyempit, aku tidak tahan lagi, aku hendak mencapai klimaks, genjotan itu semakin gencar dan liar membuatku orgasme, aku menegang kaku dengan mata terpejam erat.
 “Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah “ erangku panjang

 Kurasakan memekku muntah cairan banyak, aku kemudian berklonjotan dengan tubuh penuh keringat. Burhan kemudian berhenti menggenjotku, menindih dan merapikan jilbabku yang berantakan. Kurasakan benda panas itu tertanam dalam dalam di auratku, aku masih sesengukan menangis merapati nasibku, jika aku tidak dinikahi Aa Gym pastilah aku tidak bernasib seperti sekarang.

 Burhan membiarkan aku menangis sesengukan, namun pipiku dielus elus, aku dibuai dengan kata kata yang belum pernah kuucapkan

 “Memek Teh Rini masih sempit .. kontolku untuk Teh Rini .. marilah Teh .. nikmati saja kontolku .. nggak usah make etika .. kalo mau bilang kontol .. ucap saja kontol ..” sahut Burhan dengan nafas memburu.
 “Tolong ampuni aku .. jangan teruskan ,.,.. ini dosa besaaaaaaar “ keluhku memprotes, namun Teh Ninih yang menjawab

 “Ini nikmat sayaaaaaaaaaaaaaaaaang .. kau sudah merasakan kontolnya bukan . kini saatnya Teh Rini mengulum kontol Burhaaan .. ayo sayaaaaaaaaaaang ..cabut kontolmu . ajak Teh Rini .. lontemu itu ngemut kontol .. dia pernah bilang suka mengulum kontol .. “ ledek Teh Ninih padaku, aku menjadi kecut dibuka aibku. Pelan pelan Burhan menggeliat dan menarik tubuhnya, dengan paksa menarik penisnya. Teh Ninih menarik tanganku agar bangun.

 “Saaatnya Teh Rini merasakan kontol besaaaaaaaar .. nikmatilah sayaaaaaaaaaang .. aku rela diceraikan Aa Gym demi Teh Rini .. namun syaratnya .. Teh Rini harus bercinta dengan pacarku .. lakukan dengan rela Teh .. aku akan sangat rela menjadi istri yang kesepian .. biarlah Teh .. Aa Gym menjadi milikmu sepenuhnya .. “ ucap Teh Ninih dengan mata menatapku tajam.

 Aku tak habis mengerti jalan pikiran istri pertama Aa Gym ini, berubah menjadi wanita nakal. Aku memandang ke penis basah itu, terasa besar bagiku, belum pernah aku melihat sebesar itu, akankan kusebut dengan istilah kontol. Aku gemetar ketika tanganku ditarik Teh Ninih diarahkan ke kontolnya

 “Ayoo pegang sayaaaaaaaaaaaaaang .. nikmatilaaaaaaah .. masak diberi kenikmatan menolak .. mana rasa sukronmuu .. “ sahut Teh Ninih dengan memaksaku, aku menolak namun tanganku lemah, tanganku menyentuh penis itu. Burhan berbisik di telingaku

 “Isi kepala Teh Rini dengan istilah kontol .. kontol namanya .. bukan penis, bukan aurat, bukan batang .. kontol namanya .. kontol .. kontol .. kontol .. kontol “ bisik Burhan seperti teriakan yang menyayat telingaku, aku terasa terhipnotis, aku menjadi hilang kendali, lelaki ini mulai mengendalikan tubuhku, tak sadar aku pun mengucap pelan kata jorok itu

 “Kontoool “
 Teh Ninih tertawa gemas.
 “Bisa saja Teh Rini menyebut kontol .. “ ejek Teh Ninih, aku merasa panas diejek tua bangka ini, rupanya wanita tersesat ini mengajakku berlomba dalam urusan birahi.

 “Kita buktikan .. siapa lebih jalan antara aku dengan Teh Rini .. ayo emut sayaaaaaaaaang .. apa Teh Ninih ajarin dulu bagaimana cara menjilati kontol, mengulum kontol dan menyepong kontol “
 Luar biasa lancar dan tanpa risih, Teh Ninih yang seorang hajjah telah berubah menjadi seorang pelacur murahan. Namun aku terkesiap, Burhan mencekal kepalaku dan menekan menempelkan kontol eh penisnya ke bibirku yang kututup rapat.

 “Buka Teh Rini .. enaaaaaaaak kok .. ayo sayaaaaaaaaaaaaang .. kau bisa lah .. ayo emut .. kontol dia enak lho .. djilati .. ayooo .. aku tidak akan rela kau dinikahi Aa Gym kalo belum merasakan kontol di depanmu itu .. ini cuma seks sayaaaaaaaaaaang …“ Teh Ninih semakin berapi api mendorongku mengulum kontol eeeh ..aduuuh .. masak aku mulai keracunan kata kontol itu.

 Kupejamkan mataku memguatkan diriku, pelan pelan kubuka mulutku, untuk membuktikan kata kata Teh Ninih itu, Teh Ninih sampai tersenyum ketika mulutku membuka menerima kontol itu, kumasukan dengan rasa risih, baunya sangat menyengat namun sudah biasa bagiku, namun kontol itu sesak masuk dalam mulutku. Masak Teh Ninih sanggup menelan kontol itu, aku pun harus bisa mengulum kontol ini.

 Aku mulai mengikuti permainan Burhan dan Teh Ninih, kata kata yang selama ini kupegang untuk menyebut kontol dan memek dengan satu kata : AURAT, kini aku menggantinya dengan dua kata yang vulgar, aku harus mengikuti permainan gila ini. Ah .. masak .. aku merasa ini merupakan cobaan terberat, kuisi otakku dengan kata vulgar : KONTOL dan MEMEK.

 Belum kontol yang tertelan di dalam mulutku benar benar sesak, pantasan Teh Ninih ketagihan. Kurasakan sejenak kontol besar itu dalam mulutku, benar benar rasanya beda, gigiku sampai menggigit pelan membuat Burhan meringgis keenakan, sedangkan Teh Ninih hanya mengelus elus punggungku dan meremas buah dadaku.

 Aku percaya Teh Ninih tidak lesbi, dia melakukan itu hanya sekedar merangsangku, membangkitkan gairahku. Aku sebenarnya lebih montok dan lebih menarik di banding tua bangka istri pertama suamiku itu, namun aku kalah kenakalan dan kebinalan, awalnya aku tak percaya itu Teh Ninih, namun lambat laun, aku mulai yakin, Teh Ninih melakukan selingkuh ini karena merasa sakit hati padaku. Kukeluarkan kontol itu dari mulutku, kupandang kontol besar yang telah menggenjot memekku.

 “Teh Ninih .. aku boleh bicara sebentar berduaaa .. “ pintaku dengan hati hati, aku tidak mau menyinggggung perasaan istri tua suamiku. Teh Ninih memandangku.

 “Pergi sebentar, sayaaaaaaaaang .. aku pengin bicara berdua .. janjilah sayaaang .. kau harus bercinta dengan Teh Rini berdua .. “ sahut Teh Ninih dengan tersenyum padanya, Teh Ninih langsung melumat mesra bibir Burhan itu, aku merasa ini, Teh Ninih memang benar benar piawai memperlakukan lelaki, bukan hanya sekedar melumat bibir Burhan, namun juga meremas kontolnya dengan nakal. Burhan beranjak pergi, namun tangannya mencekal kepalaku dan langsung melumat bibirku, aku tak menyangka, kubalas pagutan itu namun tidak begitu rakus dibanding Teh Ninih.

 “Teh .. apakah kau benar benar Teh Ninih yang selama ini kukenal ?” tanyaku dengan memandangnya dengan kecewa karena berubah
 “Ya .. aku Teh Ninih yang kau kenal, istri pertama dari Aa Gym .. apakah yang kau ragukan, sayaaang “
 “Aku harus mengikuti kalian .. aku tak mau disakiti .. maafkan aku Teh .. aku yang membuat Teh Ninih menderita .. seharusnya aku menolak pinangan Aa .. “ kataku sesal dengan memandang Teh Ninih yang mulai nampak kesal mendengar uraianku.

 “Aku memaafkan Teh Rini .. tapi ada syaratnya “ sahut Teh Ninih dengan nada sedikit lebih tinggi menaikan intonasi suaranya

 “Apa Teh ? aku akan melakukan .. tapi Teh Ninih harus janji tidak kecewa, sekalipun Aa menceraikan Teteh .. “ tanyaku dengan kawatir, namun karena Teh Ninih tersenyum aku merasa plong.

 “Teh Rini harus bercinta dengan pacarku .. kita berdua harus mau dikontoli kapan saja .. itu saja syaratnya “ sahut Teh Ninih dengan enteng, aku menggigit bibirku sendiri, syarat yang sangat berat. Namun aku harus mencari selamat, besok bisa aku pikir.

 “Baiklah Teh .. aku akan melakukan .. panggil pacar Teteh .. “ sahutku dengan kesimpulan mengambil yang terbaik dari yang terburuk.

 “Kedua Teh .. ketika Teh Rini dikontoli tidak boleh melepaskan jilbab, jika kontol dia berlendir, kau harus mengelap kontolnya dengan jilbab Teh Rini .. “ sahut Teh Ninih dengan meninggalkan aku hendak keluar kamar, luar biasa beratnya, aku sudah diajar etika muslimah, kini jilbabku harus dinodai dengan sperma. Tak mungkin aku menjadi pengkhianat yang mempercayai jilbab lambang kesalehan.

 “Sanggup Teh .. jika tidak sanggup .. kita akan ulangi .. akan kuikat tanganmu .. memekmu agar dihajar sampai bengkak “ ancam Teh Ninih dengan nada tegas.

 “Dan .. nasibmu dalam rumah tangga kita .. ada padaku .. jika kau pengin mendapatkan Aa Gym, ambillah .. aku bersumpah tidak akan dendam pada kalian .. tapi kau tetap harus menjalin cinta dengan Burhan .. itu saja yang harus kau patuhi .. silakan lapor polisi .. resikonya Aa Gym akan murka .. menceraikan kita berdua .. ingat anak anak Teh, aku mencintai dia Teh .. “ sahut Teh Ninih dengan membuka pintu kamar, Burhan masih kembali. Kuberikan senyum padanya, sebelum menutup pintu Teh Ninih memberikan ucapan salam

 “Walaiukum salam Teh Rini . silakan saling mengkontoli dan memekin “ ucap Teh Ninih dengan nada yang tidak dibuat buat

 “Walaikum salam Teh .. aku siap .. “

 Burhan merasa senang melihat perubahanku yang tersenyum.
 “Kontolmu besar Han, sayaaaang .. tadi aku merasakan hal yang berbeda “ ucapku dengan nada jorok.
 “Teh Rini kurang jorok .. “ ucap Burhan dengan memelukku erat dan memagut bibirku, kubalas pagutan itu dengan mesra.

 “Apa yang harus kulakukan agar memuaskanmu sayaaaaaaaaang “ tanyaku padanya.
 “Teh Rini tidak boleh menyebut dirinya dengan nama aku, harus menyebut nama Teh Rini .. Teh Rini suka kontolmu .. Teh Rini mau dikontoli .. “ buai Burhan dengan melepaskan pelukanku, dan tangannya nakal mengelus elus memekku yang membasah.

 “Baik sayaang .. Teh Rini pengin mengulum kontolmuu .. tadi belum puas merasakan kontol besar itu “ sahutku dengan meremas kontol yang sudah ngaceng besar itu.
 Belum sempat Burhan menjawab aku sudah memotongnya

 Akan kulakukan mengelap kontolmu dengan jilbab Teh Rini .. “ ucapku dengan mengibaskan jilbabku ke muka lelaki nan ganteng ini. Aku mulai kepencut pemuda ini, nafsunya benar benar kuat, sanggup menghajar Teh Ninih. Aku suka dengan senyumnya itu, sangat membuatku terpikat. Wajahnya bersih tanpa janggut. Tak sadar sebelum Burhan naik ke ranjang aku mengucapkan doa

 “Bagus .. itu benar benar betina muslimah .. sebelum kita bersetubuh itu wajib diucapkan Teh .. jangan pernah sungkan mengucapkan doa itu sebelum Teh Rini dikontoli .. “ ucap Burhan dengan naik dan duduk di depanku. Aku sampai melotot mendengar kata betina muslimah. Benar benar lelaki ini lebih vulgar dan jorok dibanding Teh Ninih. Bahkan Teh Ninih berani menyebut dirinya lonte, hajjah berlonte untuk menggugah gairah birahi.

 “Apa yang kau tunggu Teh .. emut kontolku .. telan air maniku segera .. ayo sayaaaaaaaaaaang “ ajak Burhan. Aku tersenyum padanya, kontol ngaceng itu kupegang, aku membungkuk dan langsung menjilati kontol itu dengan rakus.

 “Uuuuuuuuuuh .. benaar benaaar nakal Teh Rini ini aaaaaaaaaaaaaauh teruuus Teeeh .. “ erang Burhan merasakan jilatanku yang rakus naik turun, aku menjilati kontol itu sangat nikmatnya, Burhan memegang kepalaku untuk membetulkan letak jilbabku itu, selepas itu langsung meremas pantatku di mana aku mengulum kontolnya dengan menungging. Kurasakan remasan yang nakal itu, mengorek memekku dengan jarinya. Kujilati kontol pemuda itu sampai di pangkal kontolnya, habis itu aku menjilati buah zakarnya.

 “Ssssssssssssh .. nikmaaaaaaaaaat Teeeh .. sayaaang .. Teh Rini sayaaaaaaaaaaaaang .. “ ucap Burhan dengan mata merem melek menikmati nakalku mempermainkan kontolnya, kuremas kontol itu dan kukocok, aku memandangnya dengan tersenyum padanya

 “Teh Rini memang cantik .. seksi dan mulus .. aku sayang Teh Rini “ sahut Burhan agar membuatku semakin bergairah

 “Teh Rini juga sayaang padamu .. sayang sama kontolmuu “ sahutku dengan mengedipkan mataku.
 Habis berkata demikian aku membuka mulutku lebar lebar, aku pengin menikmati kontol itu dalam mulutku dan kukeluarkan masukan, aku semakijn tenggelam dalam lautan birahi terlarang ini, dua istri Aa Gym bertekuk lutut pada lelaki ini.

 “Teeeeeeeeeh aaaaaaaaaaaaaah .. Teeh Riniii … hot banget … tubuh Teh Rini memang segeeeeeeeer .. aku suka sama body montok dirimu Teeeeeeh .. ayo .. sayaaaaaaaaaang sepong kontolkuuu “ sahut Burhan yang keenakan kontolnya kukeluar masukan dalam mulutku, aku sangat rakus mempermainkan kontol itu. Aku menyukai gesekan kontol itu dalam mulutku, kurasakan bau khas kontol yang menyengat menambah gairahku untuk menikmati perselingkuhanku itu.

 “Aaaaaaaaaaaaaauh ssssssssssssssh sssssssssshh hhh .. teruuuuuuuuus Teeeeeeeeh .. teruuuuuuuus ,… enaaaaknyaaaa .. Teh Rini tak beda dengan bu Hajjah lonteku itu ……….. aaaaaaaaaaaaaah sssssssssssshh uuuuuuuuuuuuuuh ..mmmmmmmmmmmmhhh “ desis dan erang Burhan dengan tengadah merasakan kuluman dan permainan lidahku yang semakin menggila itu.

 Kumainkan lidahku dengan menggoyang goyang kepala kontol itu dalam mulutku, kemudian aku keluarkan kontol itu, bagian kepala kontol itu aku sepong dengan kuat, Burhan langsung mengerang keenakan, aku tersenyum merasakan lelaki itu menikmati kuluman, sedotan dan seponganku, akan kubuktikan aku bisa menyaingi Teh Ninih, pacar Burhan ini.

 “Hhmmmm .. haaaaaaaaaaaah … uuuuuuuuuuuuuuh .. Teh Rini memang piawai mainin kontol .. ayoo Teh .. kocok lagi .. dikit lagi muncraaaaaaaaat “ ucap Burhan dengan nafas memburu, matanya menatap ke buah dadaku yang montok itu, aku tersenyum senang dipandangi dengan penuh nafsu seperti. Seperti Aa Gym ketika pertama kali menyetubuhi aku bilang tidak tahan kemolekan tubuhku, namun aku harus menutupi semua itu karena aku juga senang dengan Aa Gym, namun kini kebersamaanku dengan Aa Gym menjadi berbeda, kontol Burhan lebih besar dari pada Aa Gym, belum lagi Burhan lebih muda dibanding suamiku itu .. andai Aa Gym semuda Burhan .. aaaaaaaaaah .. aku harus menikmati kenikmatan surgawi ini. Kusingkirkan dalil dalil yang membuatku sesat. Aku melakukan demi menyenangkan Teh Ninih agar aku bisa berduaan terus dengan Aa Gym. Tapi kini aku mendapatkan godaan yang tidak bisa kucegah, aku mulai ketagihan kontol pemuda ini.

 “Jangan munafik Teh .. aku yakin Teh Rini menyukai kontolku bukaaaaaaan ?” kata Burhan dengan menghembuskan nafasnya panjang. Aku tak menjawab dan langsung kembali memasukan kontol itu dalam mulutku, kukulum dengan rakus keluar masuk. Luar biasa nikmat kontol itu, aku sangat beruntung mendapatkan kenikmatan yang sangat beda ini.

 “Ooooooooooooh Teeeeeeeeeh aaaaaaaaaaaaaaaaaaaauh “ lenguh Burhan dengan mata memejam, kutarik kontol itu keluar dari mulutku dengan kusepong. Barulah aku menjawab
 “Jadikan Teh Rini menjadi lontemu, sayaaaaaaaaaang .. Teh Rini siap menjadi betina muslimahmuu .. sayaaaaaaaaang .. maafkan Teh Rini yang munafik .. tolong jangan buat kekerasan padaku .. aku mau bercinta denganmu dengan suka sama suka .. tapi ijinkan aku menjadi lontemu, menjadi betina muslimah .. aku akan selalu melayani birahimu .. juga birahiku .. kontolmu membuatku puas .. “ sahutku dengan wajah sedikit malu dengan menunduk. Burhan menaikan daguku

 “Trim Teh .. Teh Rini kujadikan lonteku .. kau adalah betina muslimahku .. setelah kita puas bercinta bersama .. kita akan threesome dengan Bu Hajjah Ninih .. “ sahut Burhan dengan meremas buah dadaku dan mempermainkan puntingku, aku menjadi terangsang, kukocok kontol itu dengan gemas, tanganku kukatubkan keduanya akan kontol itu bisa kupegang sampai membulat, habis itu kukocok dengan cepat

 “Woooooooooooooooowwwww ..aaaaaaaaaaaaaaaauh Teeeeeeeeeh .. jangan nafsu gitu aaaaaaaaaah “ erang Burhan tidak tahan aku mengocoknya dengan liar, kupelan kocokan kedua tanganku itu, aku tersenyum nakal padanya.

 “Maafin Teh Rini .. maafin betina muslimahmuu ini .. aku tidak akan melakukan lagi “ ucapku dengan menjilati kontol itu, kemudian kukocok kocok lagi

 Burhan mengerang erang, kontol itu aku masukan lagi dalam mulutku, kali ini aku menikmati dengan nikmat kontol itu, kusedot, kukulum, kujilati dan kuremas, Burhan sudah menunjukan tanda tanda menuju puncak pendakian.

 “Yaa aaaaaaauh Teeh aaaaaaaaaauh ssssssssssshh ..enaaaaaak sayaaaaaaaaaang .. ayoo lonteku .. Teh Rini lonteku sayaaaaaaaaaaang .. betina muslimaaahku .. kau lebih baik dari pada Teh Ninih “ sahut Burhan dengan menyenderkan punggungnya dengan bantal, aku senang diangap demikian, aku siap bersaing lagi dengan Teh Ninih memperebutkan perhatiannya, aku pengin kembali mengkadali Teh Ninih, jika perlu aku akan menyingkirkan Teh Ninih dari Burhan, biar kunikmati sendiri Burhan. Namun aku terkesiap, pemuda ini ternyata mengetahu apa yang ada dalam pikiranku

 “Kau tak bisa memonopoli aku seperti Teh Rini memiliki Aa Gym ..uuuuuuuuuu” ucap pemuda dengan melenguh kemudian, kubiarkan kata kata itu dan kusedot lagi lebih kuat membuat Burhan mulai tak karuan. Kuluman demi kuluman dan kocokanku dengan gemas membuat pemuda itu kakinya sudah gemetar.
 “Teeeeeeeeeeeeeeeeeh aaaaaaaaaaaaaaaaaaauh “ erang Burhan untuk kesekian kalinya.
 Aku terus menyedot nyedot ketika Burhan menegang kaku mendapatkan orgasmenya, tubuhnya menegang kaku, dan teriakan panjang menggema di kamar villa ini

 “Teeeeeeeeeeeeeeeh aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah .. lonteeeeeeeeee kaaaaaauuuuuuuuuu “ erang Burhan menyebutku lonte, Burhan memuncratkan spermanya masuk ke dalam tenggorokanku.
 “Craaaaaaaaaaaaaaat .. craaaaaaaaaaaaat .. craaaaaaaaaat “ kurasakan sperma Burhan menembak dalam mulutku

 Burhan berkelonjotan, kulihat banyak sperma meleleh dari bibirku, menetes ke bawah, aku sampai terpana merasakan sperma itu masuk keluar dari kontolnya. Aku kemudian menjilati bibirku, kurasakan spermanya sangat gurih, Aa Gym melarangku menelan sperma, namun kini aku membuktikan menelan sperma sangat nikmat.

 Burhan ngos ngosan di ranjang, sisa sisa sperma ada yang menempel di kontolnya itu, kulepas jilbabku dan aku kemudian mengelap kontol itu tanpa ragu, Burhan membuka matanya, baru kali ini Burhan bisa melihat rambutku yang panjang itu. Burhan tersenyum padaku, kubalas senyuman itu dengan memegang kontol yang kubungkus dengan jilbabku

 “Teh Rini benar benar lonte .. aku cinta betina muslimahku .. sayaaaaaaaaang .. ada hadiah untuk Teh Rini malam ini .. aku akan memuaskan Teh Rini bak suami istri .. tidak ada kekerasan lagi, sayaaang .. maukah Teh Rini aku kontoli dan aku hamili ?” tanya Burhan membuatku terdiam tak bisa menjawab, karena aku takut dicemarkan, akupun menjawab tanpa sadar

 “Teh Rini mau dikontoli dan dihamili “ ucapku ceplas ceplos, namun aku menyadari, kututup mulutku itu, aku sudah salah bicara.

 “Baik Teh .. kita istirahat dulu .. sebentar lagi aku pengin menghamili Teh Rini .. “ ucap Burhan dengan tenang, dia tahu kalo aku sangat takut bisa hamil karena hubungan gelap ini, kembali pemuda itu mendikteku
 “Serahkan diri Teh Rini bulat bulat padaku .. Teh Rini bersedia melakukan apa saja .. asal diberi kenikmatan .. diewein, dientotin, dikontoli, dispermain dan dihamili .. “ dikte Burhan membuatku tak berkutik, aku diam sejenak, melawan tak ada gunanya, aku mulai menikmati persetubuhan sangat nikmat ini, semoga aku tidak hamil, sepulang dari villa aku akan berusaha mengakali agar tidak hamil dikontoli Burhan.

 Ah .. nikmatnya malam ini berdua dengan pacar Teh Ninih Muthmainah, aku langsung membuang prasangka jelek, aku akan menghargai Teh Ninih mulai sekarang, jika Teh Ninih mau membagi keperkasaan pacarnya padaku, masak aku menyingkirkan, aku tidak mau culas lagi. Terima kasih Teh Ninih, kau telah memberikan kepuasan batiniah padaku lewat pacarmu. Kutarik jilbab itu karena merasakan kontol Burhan bergerak lagi, kembali ngaceng lagi. Ya Alloh .. cepat sekali kontol ini berdiri ngaceng. Batinku sambil mengeleng geleng, kemudian kutatap Burhan dan kuberikan senyum nakalku.

 “Teh Rini menyerahkan bulat bulat padamu, Teh Rini bersumpah menjadi menjadi milikmu yang harus kau kontoli .. dimanapun aku akan bersedia “ jawabku dengan tersenyum kemudian memeluk Burhan dan kutindih.

 “Teh Rini sayang kamuuu .. kontoli ya sayaaaaaaaaaaang “ rajukku manja padanya.

 Aku benar benar puas dan ketagihan kontol besar yang telah kuoral itu, kupagut bibir Burhan itu dan aku menikmati pagutan kami. Tanganku nakal memegang kontolnya, Burhan aku tindih, Burhan sampai menjerit kecil ketika aku memaksakan masuk kontol itu, namun belum sempat masuk lebih dalam, Burhan mendorong dadaku, mendorongku sampai rebah telentang, kontol itu lepas dari memekku, aku kecewa karena pengin sekali lagi diperlakukan sebagai seorang istri. Burhan menggeleng geleng padaku, aku tidak tahu maksudnya. Dipandangnya tubuhku yang sudah tanpa busana itu, dari kepalaku sampai turun menuju ke dadaku, ketika mata itu memandang ke selakanganku, ku buka pahaku untuk merangsangnya

 “Sayaaaaaaaang .. Han sayaaaaaaaaang .. apa yang kurang dari Teh Rini “ kataku parau dan kubuat mendesah agar lelaki ini semakin terpikat padaku.

 “Aku tak suka Teh Rini tanpa jilbab .. “ sahut Burhan, aku menyadari kesalahanku, kutarik jilbabku itu.
 Burhan keluar dari ranjang ketika aku memakai jilbabku. Terdengar suara plastik disobek dengan paksa, aku memandang pemuda itu yang berdiri di samping ranjang, tangannya kini memegang jilbab warna hijau. Aku tersenyum senang, Burhan menyedikan banyak jilbba, berwarna warni, kucopot jilbabku. Kuterima jilbab itu dengan tersenyum, sejenak kugenggam kontol besar itu.

 “Subhanalloh .. kamu tahu juga selera Teh Rini .. “ sahutku dengan memakai jilbab warna hijau itu.
 “Aku tak sudi mengkontoli betina muslimah tanpa jilbab .. Teh Ninih saja pasti mengerti mauku “ ledek Burhan padaku.

 “lelaki ini benar benar sangat jorok .. “ batinku berteriak. Namun aku kemudian duduk dan menarik tangan pemuda itu, aku kemudian langsung menduduki selakangan Burhan, kuletakkan tanganku di pundaknya, kuberikan senyum mesra padanya.

 “Teh Rini benar nakaaaaaaaal .. aku tak suka sikap Teh Rini memusuhi Teh Ninih .. kalian betina muslimah harus rukun .. tidak boleh ada yang iri, aku tidak mau dimonopoli oleh kalian berdua .. jangan sekali kali merebutku dalam Teh Ninih .. dia idamanku .. dialah betina muslimahkuu yang paling jorok, nakal, tak pernah bosan dikontoli .. “ ujar Burhan dengan mengelus elus pahaku yang mulus itu, aku merasa terangsang akibat elusan nakal itu.

 “Sayaaaaaaaaang maafin Teh Rini… Teh Rini siap seperti Teh Ninih .. menjadi betina muslimahmu .. “ sahutku dengan kubuat semesra mungkin, akan kuperlihatkan kenakalan seorang muslimah, aku mantan model pasti akan tahu gaya bagaimana membuat lelaki bertekuk lutut padaku. Akan kubuat Burhan terjerat nafsuku, dia sudah berhasil menjeratku, aku kini akan membalas dengan menjeratnya agar sering mengkontoli aku.
 “Teh .. apa benar Teh Ninih sudah cerai ?” tanya Burhan, aku menatapnya dengan mesra.

 “Maafkan Teh Rini sayaaaaaaaaang .. secara hukum Islam memang sudah bercerai .. tapi itu belum final .. karena sedang dijajaki kembali bersama .. aaaaaaaaah .. aku tidak perduli itu .. aku sakit sayaaaaaaang .. aku telah menyakiti Teh Ninih .. Teh Rini akan membayar semua itu dengan melayanimu dengan segenap jiwa ragaku .. Teh Ninih pengin aku selalu dikontoli kamu .. Teh Ninih banyak berkorban untukku .. tapi aku begitu serakah .. apa yang Teh Ninih punya selalu dibagi padaku, rela dimadu, kemudian rela pacarnya dipakai kontolnya oleh Teh Rini .. aku tidak tahu diri .. aku munafik “ kataku dengan menunduk karena membuka aibku sendiri dengan lelaki yang baru kukenal namun sudah memberikan kepuasan birahi tiada batas.

 “Pegang janjimu Teh .. sekarang aku pengin menyemburkan spermaku di dalam rahim Teh Rini .. Teh Rini harus kembali mengoral kontolku .. buat aku jangan sampai orgasme .. aku suka dengan kuluman dan sepongan Teh Rini ..” ajak Burhan dengan meremas buah dadaku itu, aku merasakan nikmat, kurasakan benar remasan lembut tangan Burhan itu, aku memejamkan mataku penuh keenakan sambil merem melek, tangan Burhan sangat piawai bermain di buah dadaku, susuku diremas dengan pelan pelan memutar

 “Oooh aaaaaaaaaaauh sayaaaaaaaaaang nikmaaaaaaaaaaat .. “ erangku dengan mendongak, Burhan meremas buah dadaku dengan mencekal ekor jilbab warna hijau itu, benar benar luar biasa pria idamanku ini.
 “.. sayaaaaaaaaang aaaaaaaaaah .. nakaaaaaaaaaaal nakaaaaaaaaaaaaaal “ ucapku dengan mengerang merasakan jari Burhan menusuk memekku yang basah itu.

 Aku memiringkan tubuhku ke belakang, tangan itu nakal mempermainkan bukit kembarku bergantian, diremas remas dengan lembut, aku sampai merinding merasakan kenikmatan itu. Kini aku menyadari, pacar Teh Ninih ini benar benar bisa memuaskan wanita. Kubuka mataku, Burhan tersenyum melihatku keenakan memekku dicolek colek keluar masuk

 “Aaaaduuuh sayaaaaaaaaang .. kamu sangaaat nakaaaaaaaal .. teruus sayaaaaaaang enaaaak aaaaaaaaaah .. aaauuuh .. kalo sejak dulu tahu kamu .. aku nggak bakalan nikah sama Aa Gym, ssssssssssh sssssssshh hhh “ ucapku dengan mendesis, aku mendesah desah untuk memberikan kepuasan tiada tara pada lelaki yang sedang merangsangku itu. Kakiku mulai gemetar merasakan semua itu, berkali kali aku komat kami mengucapkan doa, kupejamkan mataku

 “Kalo komat kamit . mendingan ucapin, kontol ! memek ! kontol ! memek ! kontol ! memek ! kontol ! memek ! “ ucap Burhan sampai membuatku tergangga, aku tersenyum padanya

 “Teh Ninih aja bisaaa .. mosok Teh Rini nggak bisaa “ ejek Burhan, aku benar benar sangat iri dengan Teh Ninih yang benar benar menjadi wanita idamannya. Berkali kali Burhan mengatakan Teh Ninih memuaskan dirinya, aku benar benar tersipu malu, aku akan membuktikan bahwa aku bisa seperti Teh Ninih.
 “kontol ! memek ! kontol ! memek ! kontol ! memek ! kontol ! memek ! kontol ! memek ! kontol ! memek ! kontol ! memek ! kontol ! memek ! “ ucapku dengan nada pelan, namun kemudian kusambung dengan kata kata lain.

 “Kontoli ! genjotin ! kontolin ! genjotin ! kontolin ! genjotin ! kontolin ! genjotin ! kontolin ! genjotin ! kontolin ! genjotin ! kontolin ! genjotin ! “ kataku berulang ulang merasakan kenakalan tangan itu, tangan kiri meremas susuku, tangan kanannya mencolek colek memekku keluar masuk. Benar benar menggairahkan, pengalaman yang luar biasa dalam urusan bersetubuh.

 “Muncratin ! hamilin ! muncratin ! hamilin ! muncratin ! hamilin ! muncratin ! hamilin ! muncratin ! hamilin ! muncratin ! hamilin ! “ kataku lagi dengan komat kamit namun dengan suara yang jelas agar Burhan merasa puas akan kenakalanku sebagai seorang betina muslimahnya yang baru. Aku komat kamit bak berzikir, kurasakan mendapatkan kekuatan baru, benar benar luar biasa, setan mana yang memberikan kekuatan padaku.

 Burhan kemudian melepaskan remasan di buah dadaku, menarik tanganku untuk memegang kontolnya, kupegang kontol besar itu. Kukocok dengan pelan pelan untuk memberikan kenikmatan yang berbeda, aku pengin memberikan kepuasan, bahwa aku bisa lembut atau liar.

 “Teriaklah .. ucapkan kontol dengan keras “ ajak Burhan
 “KOOOOOOOOOOOOONTOOOOOOOOOOL “ teriakku kuat tanpa tertawa, Burhan tersenyum padaku.
 “Teh Rini benar benar sudah jadi betina muslimah .. ayo lanjutin lemburmu mengocok kontolku sayaaaaaaang“ sahut Burhan memujiku.

 “Terima kasih, sayaaaaaaaaang .. Teh Rini bangga bisa dikontoli oleh kontol besaaar .. aku isep ya sayaaaaaaaaang “ ajakku dengan gemas membungkuk, memasukan kontol itu kembali dalam mulutku, kali ini kulakukan dengan lembut, Burhan tengadah, jilbabku mulai basah lagi. Burhan menaikan jilbabku yang menganggu aksiku mengulum kontolnya dengan pelan pelan

 “Yaaaaaaa aaaaaaaaaaah Teteh pintaaaaaaar .. betina muslimaaaaaah .. aaaaaauh ayoo Teeeh .. Teeteeh bisaaaaaaaaa .. “ erang Burhan merasakan lidahku menggoyang dalam mulutku, lidahku kutekan pada kepala penis, kutekan ke bawah agar kontol itu tertekan

 “Aaaaaaaaaaauh .. lidah nakaaaaaaaaaaal .. Teeeeeeeeeeh Rini .. aaaaaaaaaauh .. aku suka sama Teh Rini .. kau mulai mengalahkan Teh Ninih .. Hajjah lonteku.. “ sahut Burhan, aku tak percaya lelaki itu mengucapkan hal itu, aku bisa mulai mengalahkan Teh Ninih dalam memuaskan pria idamanku ini.

 Kusepong kontol itu dengan pelan, Burhan mendongak merasakan seponganku itu.
 “Aaaaaaaaaauh Teeeeeeh ssssssssssssssh ssssssshhh .. aaaku suka sepongan lontekuuuu .. ayo Betina muslimaaahku .. lagi .. sepong kontolkuuu lagiiiii “ pinta Burhan dengan merem melek keenakan aku sepong itu, aku kemudian memasukan kontol itu lagi dalam mulutku, kusepong dengan sedikit lebih keras.

 “Aaaaaaaaaaaaaaaaaah sayaaaaaaaaaaaaaaaaang .. benaar benaaaaaar lonte Teh Rini … aaaaaaaaaaauh ssssssssshh .. terima kasih Teeeh .. terima kasih .. aku saayang Teh Rini .. jadilah lonteku … jadikan betina muslimahku yang sejajar dengan Hajjah Ninih lonteku itu .. “ sahut Burhan meremas kepalaku yang berjilbab.
 Kutarik kepalaku sedikit ke atas, bibirku penuh dengan air liur, wajahku penuh dengan keringat birahi.

 “Baik sayaaaaaaaaang .. aku telah berniat buruk ingin merebutmu dari Teh Ninih .. aku khilaf .. aku bersedia sejajar dengan Teh Ninih untuk dikontoli .. maafkan aku sayaaang .. aku banyak bersalah pada Teh Ninih .. hati dia memang baik .. banyak memberikan kesempatan padaku menikmati indahnya dikontoli .. “ sahutku dengan kembali menjilati kontol itu, pelan pelan kujilati kontol itu naik turun dengan lembut, kusapu batang kontol menjulang tegak ke atas itu, besarnya memang benar benar membuatku menjadi gila dan ketagihan, benar benar kontol yang paling nikmat kurasakan.

 Luar biasa Teh Ninih bisa mendapatkan lelaki seperti ini.

 “Terima kasih Teh Ninih .. terima kasih telah menghadiahkan aku kontol yang nikmat “ ucapku dengan sungguh sungguh, Kini aku merasa tidak dizolimi lagi, malah kurasakan sebaliknya, aku diberi kenikmatan bersetubuh luar biasa sampai kalbuku tergetar.
 Sepongan demi sepongan itu aku lakukan membuat Burhan semakin nikmat merasakan sedotan itu dikontolnya

 “Kocok Teeeeeeeeh .. kocooooook .. “ ajak Burhan, aku pun mengocok kontol dengan gemas, tanganku mulai gemetar karena rasanya nikmat sekali, begitu sangat indahnya kontol itu dalam kocokanku. Burhan sampai mendesis tak karuan.

 “Sudaaaaaaaaaaaaaaah aaaaaaaaaaaaaaaaah … jilatin .. jilatiin “ rengek Burhan keenakan, aku pengin tergelak melihat pemuda ini blingsatan akan permainan lidah, bibir dan tanganku di kontolnya itu.
 Aku kemudian menjilati kontol itu dengan pelan pelan walau tidak pelan amat, lidahku menekan nekan ke kontolnya, tanganku sendiri kini meremas remas buah zakarnya, luar biasa nikmat apa yang ada di selakangannya. Kusudahi rangsanganku karena Burhan mencekal kepalaku, menarik kepalaku kemudian memagut bibirku dengan mesra, kunikmatan pagutan itu mili demi mili. Aku sampai terhipnotis, pagutan kami akhirnya terlepas secara menimbulkan suara tarikan bibir kami.

 “Sayaaaaaaaaaaaang .. kamu gantian oral memek Teh Rini .. kamu sudah merasakan .. namun itu terpaksa .. sekarang kamu harus benar benar menikmati memek Teh Rini .. rasakan sayaaaaaaaaang .. memekku masih oke khan ? “ godaku dengan nakal, aku sendiri juga tidak tahan untuk segera disetubuhi, dikontoli, dientotin. Aku kemudian merebahkan diri, Burhan memberikan bantal padaku, setelah aku nyaman bersandar itu, kubuka pahaku lebar, kulihat memekku sangat basah, lubang memerah akibat sodokan paksa saat aku diperdaya oleh Teh Ninih dan Burhan, kekasih idamanku yang telah membuatku sangat puas dikontoli.
 Burhan mengelus elus pahaku dengan pelan, aku sampai meriding, kembali aku komat kamit dengan kata kata

 “kontol ! memek ! kontol ! memek ! kontol ! memek ! kontol ! memek ! kontol ! memek ! kontol ! memek ! kontol ! memek ! kontol ! memek ! “ suara semakin kubuat mendesah membuat lelaki ini berhenti mengelus elus pahaku yang berisi dan mulus itu.

 “Aku suka desahan Teh Rini sayaaaaaaaaang .. betina muslimahku benar benar luar biasa, tubuh Teh Rini benar benar montok .. aku suka Teh .. aku suka sama tubuh Teh Rini .. “

 “Iya sayaaaaaaaaaang .. nikmatilah Teh Rini .. “ sahutku dengan menekan kepala Burhan agar segera menjilati memekku, lidah Burhan langsung tertempel di memekku, menjilati daging memekku yang memerah itu akan colekan nakal tangan Burhan.

 “Oooooooooouh sayaaaaaaaaaaaaaaaaaaaang .. teruuuuuuuuuuuuus “ erangku merasakan nikmatnya lidah itu menyelusup ke dalam belahan memekku yang basah, aku benar benar kini merasakan jilatan nakal, pelan pelan dan tidak bernafsu, aku tengadah ke atas, mataku terpejam erat merasakan jilatan dan kemudian bibir Burhan ditempelkan, luar biasa nikmat, tanganku sampai meremas sprei sekuat mungkin.
 “nikmaaaaaaaaaaaaaat “ seruku dengan suara mendesah lagi, kurasakan jilatan demi jilatan itu.

 “Klitorisku sayaaaaaaaaaaang “ ajakku
 “Itiiiiiiiiiiiiil “ sahut Burhan menjilati itilku.
 “Iyaaaaaaaaaaaaa .. itil .. itilku mainin .. jilatin aaaaaaaaaauh ssssssssssssssh ssssssssssshh aakuu nggaak tahaaaaaaaaaaan ,… jangan lama lamaaaaaaaa .. jangan buat Teh Rini orgasmeeeeeee .. berikan spermamu dalam rahimkuu sayaaaaaaaaaaaang .. uuuuuuuuuuuh .. “ aku sampai menggeleng geleng tak karuan, ekor jilbabku berterbangan ke kanan dan kekiri, kadang aku menggeleng ke atas bawah naik turun merasakan jilatan sangat nakal itu, aku bisa orgasme, kutahan kepalanya

 “Sudaaaaaaaaaaaaaaah .. nggaaaaaaaak kuaaaaaaaaaaaat “ sergahku agar Burhan tidak membuatku orgasme lagi.

 “Baik .. lonteku sayaaaaaaaaaaaang “ sahut Burhan dengan meremas buah dadaku pelan, kumajukan dadaku
 “Saaatnya Teh Rini menumpakin kamu .. belum khan kamu Teh Rini genjot ? rasakan goyangan ala muslimah, rasakan goyangan betina nakal Teh Rinimu .. Teh Rini pengin menjadi betina nakalmuuu .. Teh Rini masukin ya sayaaaaaaaaaaaaaaaaang .. sudah nggak tahan pengin dikontoli lagi “ sahutku dengan tak sabaran memegang kontol itu dan kuarahkan ke memekku yang jembutnya tak begitu lebat.

 Pelan pelan benda keras daging itu mulai masuk, kepala penisnya membelah lubang memekku, aku memejam sebentar merasakan kontol itu, terasa beda ketika pertama kali aku dikontoli dengan paksa, ada rasa nikmat yang berbeda, aku menyukai gesekan itu, menggesek dinding memekku. Burhan dengan tenang memandangku yang merem melek keenakan. Kontol itu kutekan dengan selanganku sehingg masuk lebih dalam, benar benar sesak dalam memekku

 “Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaauh uuuuuuuuuh .. rasaaanyaaa aaaaaaaaaaaah .. mana tahaaaaaaaan sayaaaaaaaang .. Teh Rini mana tahaaaaaaaaan tidak dikontoli lagiii ……. uuuuuuuuuuuuuuh “ lenguhku tak karuan merasakan kontol itu masuk lebih separo, kulihat bagian atas memekku yang menggelembung dimasukin kontol besar.

 Kutarik pelan dan kutekan lagi, sehingga kontol itu lebih dalam, menggesek memekku lagi, sesak sekali dalam memekku. Gila .. aku yakin memek Teh Ninih juga sempit, namun kontol ini sanggup masuk ke dalam memek Teh Ninih.

 Kutekan dan kuhujamkan dengan kuat membuat kontol itu membentur jalan buntu disertai teriakan kami
 “Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah “ erang kami berdua, aku sampai terpejam, kupegang kepalaku, kurapikan jilbabku.

 “Genjot Teh .. genjot ! “ ajak Burhan.
 Aku kemudian menggenjotnya, kurasakan gesekan di dinding memekku luar biasa enaknya, rasanya dua kali lipat aku merasakan kontol lain, benar benar kontol ini beda, kontol besar keras itu lancar sekali keluar masuk memekku, aku naik turun dengan penuh kenikmatan, aku hanya bisa mengerang erang.
 Pantatku diremas remas kedua tangan Burhan, merasakan aku semakin nikmat luar biasa, kurasakan pantatku itu.

 “Uuuuuuuuuuh enaaaaaaaaaaak sayaaaaaaaaaaaaaang aaaaaaaaduuuuuuuuuuh ssssssssssssh ssssssssssshh Ooooooooouuhh oooooooooooughhhh .. sayaaaaaaaaang aaaaaaaaaah ..ayoooooo sayaaaaaaaang .. kamu ikut geraaaaaaaaaaaak “ajakku kepada Burhan yang keenakan dengan memandangku penuh birahi.
 Genjotan demi genjotan aku lakukan, kedua tanganku merangkul pundak pacarku ini

 “Jadikan Teh Rini pacarmu juga sayaaaaaaaaaang “ pintaku
 “Teh Rini pacarku sekaraaaaaaaaang “ sahut Burhan keenakan.
 “sayaaaaaaaaang terima kasih “ ucapku dengan senang. Kami terus saling berpacu gerakan kami lebih cepat, kupegang kepalanya kulumat bibirnya, dan kami pun berlumatan dengan saling menggenjot
 “Sekarang rasakan goyangan betina muslimahmuu ..kamu diam sajaaaaaaaa “ sahutku dengan menahan kepala Burhan.

 Aku kemudian menggoyang memutar, Burhan sampai melenguh
 “Uuuuuuuuuuuh .. muslimah nakaaaaaaaaal .. benar benar betina kau Teh Rini “ puji Burhan padaku. Aku terus menggoyang memutar, kemudian kutekan dan kutarik sampai membuat Burhan merem melek.

 “Rasaain sekaraaaaaaaaang .. aku lebih hebat dibanding Teh Ninih “ ejekku dalm hati, kurasakan kontol itu lancar sekali masuk memekku, kurasakan aku semakin tidak tahan, kugenjot naik turun lagi dengan cepat

 “Aaaaaaaaaaauh sayaaaaaaaaaang maaaaaaaaaau klimaaaaaaaaaaaaaaksss” erangku keenakan dari turun, kini buah dadaku diremas remas, punting susu sebelah kiri diisap oleh Burhan, aku semakin mendekati puncak, mendekati pendakian.

 Genjotan demi genjotan itu sampai membuatku kehabisan tenaga.
 “Bismillah hirohman nirohim “ ucapku menguatkan diri, kugenjot dengan lebih kuat dan cepat
 “Cepeeeeeeeeeeet aaaaaaaaaaaaah “ erang Burhan tak karuan, aku menggenjot lebih cepat, kurasakan aku mau memuncak, memekku menjepit kontol itu lebih ketat, hujaman demi hujaman itu benar benar membuatku sampai ke puncak, aku membusung ke depan, kubenamkan selakanganku dalam dalam, aku mencapai puncak dengan menegang bak busur panah.

 “Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah “ erangku panjang.
 Kurasakan memekku keluar cairan orgasme, aku kemudian berkelonjotan, Burhan kemudian memiringkan tubuhku, aku sudah lemas tak berdaya. Burhan kemudian menggenjot memekku dengan menaikan pahaku lebar lebar. Kontol itu keluar masuk dengan cepat dan keras, aku ikut tergoncang goncang.
 “Aaaaaaah aaaaaaaah aaaaaaaauh aaaaaaaaauh aaaaaaaauh aaaaaaaaaah .. sayaaaaaaaaaang “ lenguhku suara yang hampir habis. Kontol itu terhujam dengan keras pada benaman yang terakhir Burhan membenamkan dalam dalam kontolnya kemudian menegang dengan kaku mencapai puncak menyusulku
 “Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah “ erang Burhan. kontol itu menyemburkan air maninya lagi dengan kuat menembak ke rahimku

 ‘Craaaaaaaaaaaaat .. craaaaaaaaaaaat .. craaaaaaaaaaaat .. craaaaaaaat “
 Empat kali kontol itu menyembur, kurasakan lendir kental itu meleleh keluar dari sela sela memekku yang menjepit kontol yang mulai lembek pelan pelan, kurasakan aku seperti disetrum luar biasa.
 Burhan terkapar menindihku, kupeluk dan kuhujani dengan ciuman di mana mana. Aku puas dikontoli olehnya. Kami terdiam dengan pikiran masing masing penuh kepuasan. Kurasakan ku bersama pria idamanku ini terbang ke awan tinggi, menikmati nikmatny saling bersetubuh memuaskan.

 Pelan pelan Burhan menggeliat, menarik kontolnya lepas dari memekku, aku tahu apa yang diinginkan, aku langsung bangun ,walau masih lema. Kulepas jilbabku itu.
 ““kontol ! memek ! kontol ! memek ! kontol ! memek ! kontol ! memek ! kontol ! memek ! kontol ! memek ! kontol ! memek ! kontol ! memek ! “ aku kembali berkomat kamit.

 ““ ucapku menguatkan diri mengelap kontol itu dengan jilbab, Burhan masih terpejam, kubersihkan kontol itu pelan pelan, sperma kental itu berpindah ke memekku, lendir itu menarik bagiku, kulap kontolnya yang loyo, aku sampai tersenyum. Kemudian aku mengelap bagian telurnya dan akhirnya aku mengelap sendiri memekku. Setelah bersih, aku kembali mengelap kontolnya, lalu kubungkus kontol itu dengan jilbabku.

 “Kau ganti celana dalam dengan jilbab Teh Rini sayaaaaaaaaaang .. “ godaku dengan mesra
 “Maksud Teh Ninih “ tanya Burhan sambil membuka matanya
 “Di villa ini .. kontolmu hanya boleh ditutup dengan jilbab Teh Rini atau Teh Ninih .. “ godaku membuat Burhan tergelak.
 “Hajjaaaaaaaaaaaaaaaah Lonteeeeeeeeeeeeee … ke sini “ panggil Burhan. Lama tak ada sahutan.
 “Teh Ninih “ panggilku lagi.
 Tak lama kemudian pintu terbuka, Teh Ninih masuk dengan tersenyum
 “Gimana rasa Teh ?” tanya Teh Ninih padaku.

 “luar biasa nikmatnya .. maafkan aku ya Teh .. aku bersedia menjadi bagian dari kalian .. asal kita sejajar Teh .. Burhan setuju juga mengkontoli aku besok besok “ ucapku dengan ragu ragu.
 Tidak masalah Teh .. asal kau jangan rebut dia seperti Aa .. “ sahut Teh Ninih dengan sabar
 “Terima kasih Teh .. Teh Ninih memang baik .. “ ucapku dengan tersenyum. Kami terdiam, kulihat Teh Ninih tersenyum melihat selakangan Burhan terbungkus jilbabku.

 “Teh . “ panggilku parau
 “Ya sayaaaaaaaaaang .. “ jawab Teh Ninih

 “Terima kasih .. telah membawaku ke sini .. kita istirahat dulu .. kita sebagai betina muslimah .. mari kita layani dia .. dia telah banyak memberikan kepuasan birahi dengan kontolnya .. Aa Gym belum pernah kita keroyok ..saatnya kita sebagai pacarnya menggeroyok kontol itu .. pasti nikmat Teh “ ajakku dengan nakal.
 “Siapa takut .. ayo buktikan.. bahwa kita berdua memang muslimah nakaaaal yang doyan kontol “ ucap Teh Ninih dengan tergelak. Teh Ninih memeluk Burhan yang telentang, akupun juga rebahan di sebelahnya, Burhan memeluk kami dengan erat

 “Kedua betina muslimahku memang benar benar betina .. kalian berdua memang lonteku, pacarku, istriku .. bersumpahlah kalian berdua bersama sama menjadi betina muslimahku, bunyi sumpahnya : kami berdua bersumpah menjadi betina muslimahmu “ ucap Burhan nakal.

 “Kami berdua bersumpah menjadi betina muslimahmu “ sahut kami dengan kompak, kami kemudian menciumi pipinya, sebelah kanan Teh Ninih menciumi dan aku sebelah kanannya, tangan kami bersamaan memegang selakangannya, aku terkejut kalo kontol dalam balutan jilbabku itu sudah ngaceng. Teh Ninih tergelak.

Birahi Buta Sang Ustadzah 1


“Sampai di sini saja perjumpaan kita, wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,” suara merdu ummahat berkacamata yang tetap tampak manis di umurnya yang kian senja itu mengakhiri sebuah program kuliah subuh di salah satu stasiun radio swasta. Sembari tersenyum kepada operator sound di hadapannya, ia pun melepas headset yang membelit bagian atas dari jilbab kuningnya. Sembari membetulkan sedikit posisi kacamata minusnya, wanita setengah baya itu pun menggapit tas tangan kulit dengan tangan kanannya dan kemudian berjalan menuju pintu keluar. Sebelum keluar, sang operator sempat memajukan tangannya untuk mengajak ustadzah itu bersalaman. Ustadzah itu pun menyambut tangan sang operator tanpa menyentuhnya sedikitpun sambil tetap menundukkan pandangan dan bergumam, “Assalamualaikum.” Tapi hal itu sudah cukup membuat sang operator menelan ludahnya karena terpana akan keindahan gundukan kembar di dada sang ustadzah yang sekilas tercetak di jubahnya ketika ia menunduk.

Baru saja keluar ruang siaran, sang ustadzah berkacamata itu langsung disambut oleh seorang laki-laki berjanggut tipis yang berumur sekitar 27 tahun. Tubuhnya begitu kekar dan tegap dibalut baju koko hijau muda, peci putih, dan celana panjang hitam dari bahan kain. Hidungnya yang mancung dan tulang pipinya yang kokoh memperkuat aura keshalihan dan kelelakiannya yang pasti menarik setiap wanita yang melihatnya termasuk ummahat berjilbab panjang di hadapannya yang tengah berdesir sedikit darahnya berhadapan dengan ikhwan yang jelas lebih tampan, lebih tegap, dan lebih muda dari suminya kini. “Assalamualaikum, Teh,” ujar lelaki itu membuka suara.

“Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, apa kabar Akh Ahmad?” Jawab sang ustadzah yang baru selesai siaran itu.

“Alhamdulillah ana bi khoir, Teh. Saya baik-baik saja. Bagaimana tadi siarannya?” Lelaki tampan yang ternyata bernama Ahmad itu sengaja atau tidak kian mendekat ke tubuh mungil lawan bicaranya yang tampak begitu alim dan lembut itu.

Jantung sang ustadzah itu berdetak lebih kencang dari keadaan normal menyadari gerakan ikhwan tersebut, wajahnya kian tertunduk, walau tanpa bisa dipungkiri, ketampanan dan aura kejantanan yang terpampang jelas di wajah Ahmad membuatnya tak bisa menahan diri untuk mencuri-curi pandang pada Ahmad, “Aa…aall…alhamdulillah, lancar-lancar saja Akhi.” Ia pun sampai tergagap-gagap karenanya.

“Krriiiing….krriiiing….,” sebuah bunyi dari handphone di kantong sang ustadzah pun mengakhiri situasi yang hampir tak terkendali itu, sampai-sampai sang ustadzah itu pun menghela nafas panjang saking leganya. Ia merasa Allah telah menyelamatkannya dari hawa nafsu yang hampir tak bisa ditahannya itu. Ia bergeser dan sedikit berpaling ke sebelah kanan,”sebentar ya, Akh.”

“Iya, Tafadhol. Silahkan, Teh.”

“Assalamualaikum,” ujar sang ustadzah memberi salam pada lewan bicaranya di telepon yang telah amat dikenalnya.

“Waalaikumsalam, Nih. Habis siaran ya? Kapan kamu kembali ke Bandung?” Tanya seorang lelaki dengan logat sunda-nya yang khas di ujung telepon.

“Hmm…kayaknya baru malam ini, A. Nanti mau ke rumah Ummu Abdillah dulu di Radio Dalam. Memang ada apa A? Kapan pulang?” Jawab ustadzah tersebut dengan suara yang sedikit dilembut-lembutkan karena lawan bicaranya itu adalah sang suami tercinta. Namun itu sudah cukup membuat Ahmad yang tanpa ia sadari terus memandangi wajah putih sendunya yang beitu mempesona sedikit bergetar imannya. Sebagai lelaki, Ahmad pun tak bisa bohong bahwa ummahat di hadapannya masih terlihat menarik walau telah memiliki beberapa orang anak.

“Nggak ada apa-apa kok, tapi kayaknya Aa sama Rini bakal lebih lama di sini. Masih banyak yang harus diselesaikan. Jadi tolong jaga anak-anak ya, nggak apa-apa kan, Nih?” Lelaki yang dipanggil Aa tadi menjelaskan.

Walau hatinya sedikit perih, namun ia memaksakan diri untuk menjawab pertanyaan itu sekenanya, “Owh, nggak apa-apa kok, A. Ninih nggak apa-apa di sini. Biar Ninih yang urus anak-anak. Ya sudah, A, lagi buru buru nih, assalamualaikum.” Ustadzah yang ternyata bernama Ninih itu langsung menutup telepon tanpa basa-basi lagi.

Ya, ustadzah yang baru saja siaran itu adalah Teh Ninih, istri pertama Aa Gym yang alim dan begitu cantik. Saat ini, Aa Gym tengah berada di Surabaya bersama Rini, istri kedua-nya, guna suatu urusan dakwah. Dan baru saja suaminya itu menelepon karena urusan itu menuntut tambahan waktu. Walau ia sudah berusaha untuk ikhlas, namun Teh Ninih hanyalah seorang wanita biasa yang punya rasa cemburu dan butuh perhatian. Sudah seminggu Aa Gym berada di Surabaya bersama Rini, madunya itu. Dan selama seminggu pula Teh Ninih terlarut dalam kesendirian. Tak hanya fisiknya yang lelah, batinnya pun lelah, rindu belaian mesra sang suami yang dicintainya.

Seperti tahu benar hal itu, Ahmad kembali menggeserkan tubuhnya mendekati Teh Ninih. Dengan penuh aura kelelakian, ia pun membisiki telinga kiri Teh NInih,”Teteh keliatan capek, istirahat saja dulu di ruangan saya, sebentar saja.”

Bagaikan tersihir, Teh Ninih pun menganggukkan kepalanya dengan anggun. Ummahat yang begitu indah dipandang inipun menggoyang-goyangkan bongkahan pantatnya yang tercetak jelas di bagian belakang jubah putihnya mengikuti Ahmad. Goyangan yang sedikit erotis dan menggairahkan itu sudah pasti mampu menggugah iman setiap lelaki yang memandangnya. Walau telah beberapa kali melahirkan anak lewat vaginanya yang mungil nan imut, tubuh Teh Ninih tetap terlihat seksi dan menggairahkan. Ia adalah sosok perempuan sunda yang mampu menjaga bentuk tubuhnya walau telah termakan usia. Walau telah berusaha menutup diri dengan jubah dan jilbab panjang berwarna kuning, tonjolan payudara Teh Ninih yang alim dan shalihah ini dapat kita lihat jelas, begitu montok dan berisi, mengundang setiap insan untuk meremas-remasnya. Apalagi pagi ini ia memakai jubah yang lebih ketat dari biasanya.

Begitu melihat Ahmad memasuki sebuah ruangan, Teh Ninih pun berhenti sejenak. Sesaat ia membaca papan nama di depan ruangan tersebut, “Ahmad Zaidi, Kepala Divisi Da’wah dan Syari’at Islam.” Dengan perasaan tenang, karena yakin Ahmad yang baru dikenalnya di stasiun radio ini sejak sebulan yang lalu itu adalah seorang ikhwan yang baik-baik, Teh Ninih pun memasuki ruangan yang hanya berukuran 6 x 4 meter itu. Tanpa disuruh, Teh Ninih langsung duduk di sofa yang berada di dekat pintu. Seperti kata Ahmad tadi, Teh Ninih memang sedang lelah. Tak hanya lelah fisik, tapi juga lelah batinnya.

“Mau minum apa, Teh?” tanya Ahmad berbasa-basi sambil berjalan menuju dispenser. “Teh manis, mau?”

“Boleh, Akh. Gulanya sedikit saja ya,” ujar Teh Ninih sambil meletakkan tas tangannya di atas meja kaca di depannya. Ia tak merasa canggung sedikitpun. Walaupun ia hanya berdua saja dengan seorang lelaki yang notabene bukan mahromnya di ruangan itu, namun pintu ruangan itu dibiarkan terbuka oleh Ahmad. Ia pun semakin yakin bahwa Ahmad tak akan berbuat macam-macam pada dirinya.

Tanpa sepengetahuan Teh NInih, Ahmad mencampurkan sejenis bubuk halus berwarna putih ke dalam minuman Teh Ninih. Ia pun mengaduk-aduknya sambil memastikan bahwa Teh Ninih yang cantik itu tidak memperhatikan apa yang baru saja ia lakukan. Agar tamu istimewanya ini tak menunggu terlalu lama, Ahmad langsung saja membawakan cangkir putih berisikan teh manis itu dan meletakkannya di depan ummahat berparas manis nan berbodi indah itu. “Silahkan teh manisnya, Teh.”

“Iya, syukron ya Akh. Terima Kasih,” ujar Teh Ninih. Ia langsung meraih pegangan cangkir yang dihidangkan di hadapannya itu sembari menyeruput perlahan teh manis yang begitu nikmat itu dengan bibirnya yang mungil dan berwarna merah muda. Sedikit demi sedikit, Teh Ninih menghabiskan teh manis yang terasa begitu lezat di permukaan lidahnya itu. Ia rasakan tubuhnya terasa panas seketika dan sedikit bergetar, namun ia membiarkannya. Mungkin hanya sedikit efek hangat dari teh manis ini, pikir Teh Ninih.

“Ada apa, Teh. Kok kelihatannya gelisah begitu?” Teh Ninih mulai menyadari kalau ini bukan sekedar efek hangat dari teh manis biasa. Ahmad pasti telah mencampurkan sesuatu ke dalam minumannya tadi. Kurang ajar sekali ikhwan ini, pikirnya. Tubuhnya mulai berkeringat. Sekujur tubuhnya terasa lemas dan kelopak matanya begitu berat. Dengan mata setengah menutup, ia menggaruk-garuk kecil pundak kirinya dengan tangan kanannya yang lentik karena terasa sedikit gatal. Untuk mengurangi rasa kantuk yang menerpa, Teh Ninih mencoba mengalihkan pandangan pada kaligrafi surat Yaasin pada dinding di belakangnya., namun usahanya itu tidak membuahkan hasil.

“Tidak, tidak apa-apa kok Akh Ahmad,” Ahmad yang jauh lebih muda itu kini menyadari bahwa istri pertama Kyai Haji Abdullah Gymnastiar itu telah masuk dalam jebakannya dan sebentar lai akan memasrahkan tubuh molek nan sintal miliknya untuk digagahi Ahmad dengan penuh keikhlasan. Ahmad pun semakin tak sabar dan segera mengambil tempat di sebelah kiri Teh Ninih. Ia genggam tangan kiri Teh Ninih yang halus dengan tangan kanannya yang cukup kasar. Sementara itu tangan kirinya mulai melakukan serangan fajar dengan mengelus-elus pipi sebelah kanan Teh Ninih yang lembut bukan main dan penuh aroma kewanitaan. Ia hadapkan wajah ummahat manis berjilbab yang tengah berjuang melawan sensasi aneh yang disebabkan teh manis ajaib buatan Ahmad tadi agar menghadap ke wajahnya. Ditatapnya mata yang tengah berpendar di balik kaca mata itu dengan penuh kemesraan.

“Akh…..Ahmad. Jangan ya, kita kan bukan mahrom. Lagipula nanti kalau ketahuan orang bagaimana?” Ahmad tak menganggap itu sebagai penolakan. Teh Ninih tak sedikitpun menarik telapak tangan kirinya yang tengah diremas-remas penuh nafsu oleh tangan kanan Ahmad, lagipula Teh Ninih mengucapkannya dengan sedikit berbisik, penuh kelembutan dan keteduhan bagai berbicara pada suaminya sendiri. Dan ketika Ahmad menarik lembut kepalanya agar wajah mereka mendekat, Teh Ninih pun tak berpaling atau berontak sedikitpun. Ia mulai menikmati sensasi seksual yang begitu nikmat menggerayangi tubuhnya. Apalagi sudah sekitar 2 minggu suaminya tak sekali pun menyentuhnya. Sebelum Aa berangkat ke Surabaya, ia sedang dalam keadaan haidh sehingga tak bisa digauli. Baru kemarin darah haidhnya berhenti. Dengan kata lain, saat ini Teh Ninih sedang dalam masa subur sehingga membuat birahinya begitu meledak-ledak.

“Tenang saja, Teh. Ahmad nggak akan nyakitin Teteh. Ahmad cuma mau ngasih Teteh kenikmatan yang nggak akan pernah Teteh lupa. Lagipula, nggak akan ada yang melihat kita di sini.” Kini bibir dua insan yang bukan mahrom ini hanya berjarak sekitar 2 cm. Teh Ninih pun telah memejamkan matanya sebagai tanda kepasrahan dirinya akan apa yang bakal terjadi setelah ini. Walaupun telah beristri dan mempunyai 2 orang anak, Ahmad tak pernah menghilangkan sosok ummahat bertubuh bahenol asal sunda yang sering mengisi imajinasi liarnya ketika bermasturbasi. Kini, langsung di hadapannya, telah terdiam seorang ummahat berjilbab kuning dan berjubah putih idamannya itu sedangkan ia sendiri memakai baju koko hijau muda lengkap dengan peci putihnya sebagai tanda kealiman dan keshalihan keduanya. Namun kini sang akhwat dengan nakalnya telah memejamkan mata dan sang ikhwan pun tengah asyik meremas-remsa tangan sang akhwat dengan syahwat membara. Tanpa terasa keduanya telah berada di tepi jurang perzinahan.

Melihat Teh Ninih yang tak memberikan sedikitpun perlawanan dan malah telah begitu pasrah pada keperkasaan dirinya, Ahmad pu mengambil inisiatif.Sedikit demi sedikit ia menarik wajah Teh Ninih ke wajahnya dan…hmmm…hhmmmch…..hhmmmmpff…bibir seksi nan indah seorang Teh Ninih telah bersarang di bibirAhmad. Ahmad pun tak tinggal diam, dibelahnya sedikit demi sedikitbibir ummahat yang juga merupakan ustadzah terkenal itu dengan mendorong lidahnya yang kasar dan hangat. Tanpa kesulitan berarti, di mana Teh Ninih pun telah begitu terangsang akibat gabungan efek dari obat yang diberikan Ahmad dan gairahnya sendiri yang sedang berada di puncak, lidah Ahmda telah mampu menembus rongga mulut Teh Ninih yang alim itu. Tak lama kemudian, kedua anak Adam yang terkenal dengan keshalihannya itu telah saling hisap bibir pasangannya diiringi pergulatan lidah di dalamnya yang begitu seru dan basah. Entah karena reflek atau memang disengaja, tangan kanan Teh Ninih ganti merangkul Ahmad hingga keduanya larut dalam pusaran syahwat yang begitu menggairahkan.

Sebagai catatan, selama berbagai aktivitas itu terjadi, pintu ruangan Ahmad, tempat semua kemesuman itu terjadi, sama sekali tidak tertutup. Pintu itu terbuka lebar, sehingga orang-orang yang berjalan dekat ruangan itu pasti bisa melihat segalanya. Karena itu, Ahmad berusaha membuat suara sesedikit mungkin. Namun untungnya, ruangan Ahmad berada di ujung sebelah barat kantor radio tersebut, sedikit terpisah dengan ruangan kantor yang lain. Sehingga suara dari ruangan Ahmad tak akan bisa terdengar dari luar atau bahkan tertelan hiruk-pikuk kesibukan kantor di pagi hari. Ditambah lagi ruangan Ahmad juga dilapisi dengan peredam suara karena ia sering mengedit siaran radio di ruangan tersebut.

‘Masya Allah….”, guman Ahmad. Dalam hati Ahmad sangat kagum dengan ulah ustazah ini. Tanpa disangka sama sekali oleh Ahmad, Teh Ninih bergerak begitu aktif. Tampaknya Teh Ninih telah begitu kuat menahan gairah seksualnya selama ini sehingga terasa bagaikan bom waktu yang menggemparkan ketika akan dilepaskan. Bibir dan lidah ustadzah kondang yang pernah dinobatkan sebagai ibu teladan itu silih berganti memagut, memberi kenikmatan erotik pada bibir lelaki beristri di hadapannya. Tampak keduanya tak lagi mengingat status dan kedudukan diri mereka masing-masing. Keduanya telah hanyut dalam gelombang syahwat yang menenggelamkan hasrat mereka berdua dalam lautan birahi kebinalan. Ahmad yang merasa lebih berpengalaman membalas dengan tenang pagutan ummahat berjubah putih itu, dijulurkannya lidahnya bagai anjing kelaparan agar segera dihisap oleh ummahat di hadapannya itu,”hmmmm…hmmmm….hhmmppph….hhhmmmmpppf.”

“Duuh, Teteh. Kontol Ahmad jadi tegang neh. Tetek Teteh merangsang banget, bikin horny. Boleh gak Ahmad pegang, sedikit saja?” Ahmad mulai menunjukkan niatnya secara terang-terangan. Ia mencoba memancing libido yang selalu tersimpan rapat-rapat dalam diri seorang ibu shalihah yang tengah memagut liar bibirnya itu.

Entah setan apa yang tengah beraksi, atau memang dorongan seksual ini begitu kuat. Nafas Teh Ninih mulai tak beraturan dan jantungnya pun berdetak lebih kencang dari kecepatan normal. asa kantuk yang tadi menderanya, berubah menjadi keinginan untuk memasrahkan diri secara total kepada lelaki muda yang begitu tampan di depannya. Dengan lembut dan sedikit bergetar, ia ucapkan dengan pasti, “Iya Mas….Pegang aja tetek Ninih, lakukan sesuka kamu…”

Mendengar kata-kata penuh penyerahan diri seutuhnya dari seorang ustadzah yang mulai mendesah-desah tak karuan itu, tubuh Ahmad pun semakin panas. Tangan kirinya mulai menyelusup masuk ke balik jilbab panjang Teh Ninih. Ia meraba-raba peyudara suci nan terawat milik ustadzah cantik itu secara perlahan. Ia ingin membuat Teh Ninih merasakan sendiri getaran syahwat yang menggebu-gebu setelah bagian sensitifnya ini jatuh ke tangan Ahmad. Benarlah, sesaat kemudian, desahan-desahan pelan diselingi erangan binal meluncur di antara bibir sang isteri kyai itu, “ssshh…akkhhhh….maasssshhh…mas Ahmad, enak masssshh….!!”

“Iya Tetehku sayang, Ahmad tahu. Pintunya Ahmad tutup dulu ya, biar kita tambah bebas.” Teh Ninih tak langsung menjawab, bibirnya kelu dan hanya kembali memagut bibir Ahmad untuk meredakan gairahnya. Namun sebuah cubitan nakal di tangan kanan Ahmad-lah yang kemudian menjadi lampu hijau bagi Ahmad. Ia pun melepaskan kulumannya pada bibir Teh Ninih yang nampak sedikit kecewa karenanya.

Dengan jantannya, Ahmad pun merebahnkan ustadzah yang sudah horny itu di atas sofa. Ukuran sofa yang kecil memaksa kaki Teh Ninih tidak bisa selonjor dengan penuh namun sedikit naik karena tertopang pegangan sofa di seberang. Dalam keadaan tubuh ‘siap entot’ itu, Ahmad meninggalkan ummahat seksi itu sesaat. Ia berjalan ke arah pintu ruangan dan menutup serta menguncinya. “Cklik…” bunyi itu seraya menandakan telah terkuncinya iman kedua insan yang sebenarnya telah mempunyai pasangan masing-masing ini, dan tinggallah nafsu syaithan yang menjadi hakim di ruangan itu.

Ahmad pun kembali mendatangi sang bidadari surga pujaan hatinya yang telah terkapar menahan birahi di atas sofa. Subhanallah, gumamnya dalam hati. Tanpa dinyana pula, bidadari berjilbab itu mendesah dengan binalnya, “Mas Ahmad, sini dong!” Teh Ninih yang manis itu telah membuka jalan bagi imaji liar Ahmad dengan desahan lembut menggemaskan yang pasti merangsang birahi setiap pria yang mendengarnya. Ahmad langsung melepas kancing baju kokonya dari atas ke bawah satu per satu. Sesaat kemudian, tubuh tegap laksana anggota TNI itu telah terpampang jelas di depan Teh Ninih yang tengah membuncah nafsunya hingga memaksa ummahat itu menelan dalam-dalam ludahnya, “Mas Ahmad…tubuh kamu seksi banget. Ninih jadi nggak tahan…”

Komentar binal seorang ustadzah terkenal itu membuat syahwat Ahmad menggelegak. Ia langsung berlutut di sisi kaki Teh Ninih yang penuh kepasrahan hati menelantangkan tubuh sintal khas sundanya si atas sofa. Ahmad lepaskan sepatu hitam yang melekat di kaki isteri kyai besar itu, dan mengendus-endus bau kaki yang menyengat nan menggairahkan di kaos kaki Teh NInih. Ia tanggalkan kaos kaki berwarna krem itu dan langsung mencaplok jemari kaki Teh NInih yang lentik dengan mulutnya.

Teh Ninih sampai terkaget-kaget dibuatnya. Tak pernah sekalipun suaminya yang shalih itu memanjakan birahinya seperti ini. Aa Gym hanya menganggap bersenggama adalah cukup dengan memasukkan kontol ke dalam memek wanita, dan setelah itu selesai. Mungkin ulama besar seperti beliau menganggap foreplay atau pemanasan seksual seperti ini hanya membuang-buang waktu belaka. Padahal Teh NInih dan Teh Rini pun hanya wanita biasa yang butuh sensasi-sensasi baru dalam kehidupan seksual mereka. Uups, Teh Rini? ya, Teh Rini pun begitu haus akan rangsangan-rangsangan nakal seperti ini. Insya Allah nanti saya akan ceritakan kisahnya.

Dan saat ini, seorang ikhwan yang telah mempunyai isteri dan anak, bertubuh tegap, macho, dan berwajah rupawan sedang berlutut di bawah kaki Teh NInih dan menjilat-jilat serta menghisap-hisap jari-jemarinya yang indah. Hal itu seolah menghapuskan rasa dahaga Teh Ninih akan aktivitas seksual yang sedikit di luar kebiasaan. Tanpa terasa, vagina suci miliknya telah berdenyut-denyut kecil dan terlontar desahan dan erangan penuh luapan syahwat dari bibir indahnya, “Ssaaa…aakkkhhhh…Mas Ahmad, enak sekali kulumanmu….,”

Teh Ninih pun bertekad akan menundukkan diri sehina mungkin di depan lelaki yang telah bangkitkan gairah masa mudanya yang haus akan seks.

Tanpa terasa, Ahmad telah mengangkangi tubuh mungil istri idaman itu di atas sofa. Ia telah menyingkapkan jubah putih Teh Ninih hingga pinggang. Kini paha mulus dan berisi serta betis yang membujur indah yang selalu dijaga dari pandangan orang itu telah terekspos bebas dan telah dibanjiri air liur bekas jilatan Ahmad. Ya, Ahmad telah selesai menyapu bersih sepasang paha dan betis indah seorang Teh Ninih, isteri Kyai Haji Abdullah Gymnastiar yang selama ini hanya ada dalam lamunan joroknya dan menghisap sejumlah besar air maninya yang habis ketika bermasturbasi menkhayalkan bersetubuh dengan akhwat sunda(l) itu.

“Teteh kepanasan ya? Ahmad lepas aja ya jubahnya…” Teh NInih tidak segera menjawab. Ia hanya memejamkan matanya sambil berdehem ringan yang langsung diartikan Ahmad sebagai izin.  Dalam hati wanita sholehah itu tersadar akan dosa dan zina yag ia lakukan.

Bagaikan terkejut, seolahia diingatkan akan dosa  zina ini. Sesaat ia diam dan beristighfar.

“Astaghfirullah…Astaghfirullah… ia memohon ampun atas dosa ini. Hanya sedetikia tersadar dari dosa ini.
 Karena desakan syahwat yang melanda dirinya tak mampu dilawannya. Ia tak sanggup menahan amuk birahi yang melanda. Ia pun kembali larut dalam perzinaan yang nikmat dan syahdu.

Dalam sekejap, jubah putih ummahat itu telah tergeletak di atas lantai meninggalkan pemiliknya tanpa busana, hanya jilbab kuning, bra putih dan celana dalam putih berenda yang tersisa menutupi tubuh indah Teh NInih. “Teh, tubuh Teteh indah banget, putih, mulus, beda banget sama punya isteri saya. Memek Teteh juga pasti lebih indah dan lebih legit!”

“Akh…Ahmad, malu neh. Jilbabnya gak dilepas sekalian?” Teh NInih mulai membuka mata dan membalas perkataan-perkataan cabul Ahmad.

“Nggak usah, Teh. Ahmad lebih suka Teteh pakai jilbab itu. Lebih cantik dan lebih anggun. Jadi lebih semangat buat merasakan manisnya tubuh ustadzah kayak Teteh.”

“Panggil aku Ninih saja ya Ahmad. Mau kan”

“Iya deh, NInih sayang. Kamu kok binal banget sih. Akhwat binal kayak kamu tuh cocoknya dientot tiap hari sama kontol gede ku.  Ya, akhirnya sang ustazah itupun kehilangan sifat-sifatnya yang santun dan alim. Akhwat sunda itu telah menjelma sebagai akhwat binal dan sundal (bukan sunda lagi).

Ruangan sempit itu, juga busana muslimah Teh Rini yang telah berserakan di lantai semua telah terjadi. Seolah busana muslimah yang sehari-hari dipakai sang ustazah itu menjadi saksi atas perzinaan pemiliknya. Begitu juga jilbab yang masih dipakai Teh Ninih, seakan menjadi saksi bisu atas perbuatan dosa ini.

Mau lihat kontol Ahmad gak? Banyak bulunya lho…” Kata-kata cabul AHmad membuat Teh NInih tambah terangsang. Ia tak memperdulikan lagi bahwa Ahmad adalah suami orang.

“Mas Ahmad….Mau dunk. KAsih lihat kontol kamu sama Ninih dong.”

“Apa NIh? Ahmad nggak denger. COba ulangi lagi?” Ahmad pun memancing rasa penasaran ummahat yang sudah setengah telanjang itu dengan menyodorkan daun telinga sebelah kanannya. Syahwat Teh NInih pun makin berkobar melihat tingkah Ahmad yang seperti mempermainkan dirinya.

Dengan birahi terbakar dan siap meledak, Teh NInih meraih telinga Ahmad san berbisik lembut, “Ahmad sayang….kasih liat dong kontol kamu sama Ninih. Nanti Ninih kasih liat memek NInih deh, mau ga? Teh Ninih merasa begitu terhina dengan tindakannya sendiri. Ia merasa harga dirinya telah tercabik-cabik di depan ikhwan perkasa ini. Ia langsung terkapar lemah sedangkan Ahmad malah makin bersemangat mendengar bisikan luapan syahwat ustadzah alim yang telah menunjukkan kebinalannya itu telah ikhlas sepenuh hati merelakan bagian paling sensitif dan paling suci miliknya untuk dijamah Ahmad.

“Iya deh Ninih Sayang. Ini Ahmad buka kejantanan Ahmad, habis Ninih maksa teruz sih” Tanpa butuh waktu lama, Ahmad, sang suami shalih yang merupakan kepala divisi dakwah di stasiun radio tersebut, telah menelanjangi dirinya sendiri. Ia hadapkan kontolnya yang telah menegang dan mengangguk-angguk seksi itu pada wajah ummahat shalihah di depannya. Ia sorongkan seonggok daging berurat yang berdiameter 5 cm dan panjang yang lebih dari 20 cm serta berkepala kemerahan bekas sunat itu pada bibir Teh Ninih.

Ahmad tersenyum melihat Teh Ninih yang terkagum-kagum melihat batang kemaluannnya. Ustazah cantik itu menelan ludah, sementara kontol Ahmad menganggguk-angguk tepat di dekat wajah sang ustazah. Teh Ninih menjulurkantangan menggapai batang perkasa itu…. dan….Ahmad mendesis sshhhh………
 Teh, bolehkah aku menyentuh memek kamu ?
 Tangan Ahmad turun ke bawah meraih bawah perut Teh Ninih, turun lagi, dan mengusap-usap gundukan daging yang terletak di bawah perut sang ustazah.

“Ya Allah….. Teh Ninih……empuk sekali memek kamu Teh…”
 Teh Ninih yang masih mengenakan jilbab itu memejamkan mata menikmati usapan-usapan lembut di kemaluannya.

Cukup lama tangan Ahmad bermain-main di kemaluan Teh Ninih. Tangan Ahmad yang telah terlatih begitu lembut mengusap-usap daging empuk aurat milik sang ustazah. Dibelai-belai, dan diremas secara ritmis nan lembut, membuat Teh Ninih tak mampu lagi bertahan.

Pertahanannya runtuh total. Iman nya pun jebol.
 Ayat-ayat suci Alqor’an yang selama ini menjadi pagar dirinyapun tak lagi diingatnya.
 Seratus persen Teh Ninih telah berniat menuntaskan perzinaan terlarang ini.

Di ruangan yang sempit itu, seorang muslimah suci telah melepaskan jubah putih sehingga
 telanjang di hadapan seorang lelaki yang bukan suaminya. Hanya  jilbab yang masih tersisa di kepalanya.
 Dan sang lelaki bernama Ahmad itu terus membangkitkan birahi sang ustazah, terus mengusap dan membelai-belai daging empuk di bawah perut Teh Ninih. Tangannya masuk ke dalam celana putih berenda milik sang ustazah. Dengan kelima jari yang seolah bekerja secara kompak, jari-jari itu menggelitik setiap inci daging montok itu. Sementara si wanita cantik berjilbab itu merintih-rintih menahan nikmat.

Akhwat Sunda(l) itu telah menjadi akhwat binal  yang haus akan sex, dan sang akhwat cantikjelita itu  telah bertekad untuk menuntaskan perzinaan yang syahdu ini.

“Subhanallah… Subhanallah….., memek kamu indah banget Teh?” Ahmad membisik

“Mas Ahmad…oughh……..”, hanya desis lirih yang keluar dari mulut sang Ustazah cantik itu.
 “Teh NInih… bolehkah kontolku bersilaturahmi ke dalam memek kamu Teh?”
 “Ouhh…apa mas Ahmad?”, nafsu birahi membuat Teh Ninih tak begitu jelas mendengar kata-kata Ahmad.
 “Bolehkah kontolku bersilaturahmi ke dalam kemaluan kamu?”, Ahmad mengulang kalimatnya.

Nah teman-teman tahu kan? Apa yang dimaksud si Ahmad dengan ‘silaturahmi’.
 Silaturahmi yang semestinya adalah kunjungan ke teman atau saudara, telah bermakna lain.
 Tentu silaturahmi di sini adalah masuknya batang kontol Ahmad ke lobang kemaluan Teh Ninih.
 Silaturahmi dalam tanda petik yang berarti perzinaan da itu yag kini sedang terjadi

Dan jilbab suci sang ustazah , menjadi saksi atas perzinaan itu. Begitu pula dengan busana muslimah yang berserakan di lantai yang  sedari tadi  lepas dari tubuhnya. Andaikan saja jubah putih yang tergolek dilantai itu punya mata dan telinga, pasti bisa ikut menikmati persenggamaan dan perzinaan yang sedang dan akan dilakukan oleh pemiliknya.

(bersambung…………..DITUNGGU KOMENTARNYA……)

Nantikan episode ke-3 nya y…..

Teh Ninih yang telah dimabuk birahi itu begitu penasaran akan sebatang kontol yang mengangguk-angguk penuh nafsu di hadapannya. Ia pun mulai mengelus-elus kontol yang telah begitu tegang itu dengan tangannya yang lembut. Entah sadar atau tidak, tangan kanan Teh NInih bergerak dari depan ke belakang berkali-kali dengan tempo sedang. Ini membuat semacam kocokan yang makin membangkitkan gairah Ahmad yang sudah telanjang bulat.

Demi merasakan kocokan lembut ummahat berkacamata itu, Ahmad semakin ditenggelamkan oleh birahinya sendiri. Ia letakkan lututnya di atas sofa dan memajukan penisnya yang begitu bergejolak sehingga menyentuh bibir merah muda ustadzah shalihah itu. JIlbab kuning panjang Teh NInih terlihat sedikit basah akibat keringat yang mulai mengucur sehingga menampakkan dengan jelas body indahnya pada Ahmad. “Ayo dong, Ninih sayang….Masukin kontol Ahmad ke dalam mulut indah kamu. Ahmad boleh kan ngentotin mulut NInih? Akkhhh… Ayo Nih, gedean mana sih kontol Ahmad sama punya Aa?”Gesekan-gesekan pergelangan tangan Teh NInih di bulu kemaluan Ahmad yang hitam, keriting, dan lebat itu membuat Ahmad gemetar bukan kepalang.

“Iya sayang…masukin aja kontol kamu ke mulut NInih, Ninih pengen banget ngemut kontol kamu. Habisnya punya kamu jauh lebih besar dan lebih panjang daripada punya Aa.”

“Duh, kamu kok ngomongnya begitu sih Nih….Kamu ustadzah dan ummahat tapi omongannya kayak pelacur. Kontol aku kan bau banget.” Ahmad semakin puas menghina isteri pertama Kyai kondang yang dipuja banyak orang itu. Kata-kata kotor terus keluar dari bibir Ahmad sementara tangannya memegangi kepala Teh NInih yang terbungkus jilbab bagai memegangi kepala PSk pinggir jalan.

“Nggak apa-apa AHmad sayang…NInih suka kok kontol bau!” tanpa pikir panjang lagi, Teh Ninih langsng memasukkan kontol Ahmad yang besar bukan main dengan gerombolan urat di batangannya yang telah membiru ke dalam mulutnya. Ia telan bulat-bulat kontol yang telah berlendir di ujungnya itu, menunjukkan betapa terangsangnya pemiliknya.

“Terus NInih…OOhhh, ternyata kamu doyan sama kontol gede ya?” Ahmad terus mendesah dan mengerang menikmati mulut dan lidah ummahat sekelas Teh NInih yang sedang memanjakan kemaluannya. Sementara itu Teh NInih pun tak bisa berbuat apa-apa saking asyiknya ia mengulum kejantanan pria shalih di hadapannya. “OOhh, Ninih sayang…begini yoh rasanya ngentot mulut Teh NINih.”

“Begitu panasnya permainan kedua insan ini, di mana Teh NInih tampak begitu lihai mengoral penis Ahmad sampai Ahmad terheran-heran karenanya. 10 menit kemudian, Ahmad merasa gejolak nafsu di kontolnya sudah tak tertahankan lagi. “Ninih lonteku…..mana janjimu tadi, katanya mau kasih liat memek kamu!”

Seperti robot yang selalu menurut apa kata tuannya, Teh Ninih langsung memelorotkan celana dalamnya yang ternyata telah dibanjiri cairan cintanya akibat rangsangan-rangsangan yang dilancarkan Ahmad betubi-tubi. Tak lupa ia tanggalkan pula bra putihnya hingga bagian-bagian paling vital dan sensitif itu tersingkap sudah. “Ahmad sayang, Ninih udah telanjang neh…..Entotin Ninih ya, Ninih lagi subur banget neh…”

Mendengar pengakuan jujur itu, darah Ahmad langsung menggelegak. Berarti pagi ini ia akan menikmati manisnya kemaluan seorang isteri yang begitu alim ini lengkap dengan butir-butir ovum yang hangat, baru saja matang, dan pastinya siap untuk dibuahi benih-benih sperma yang begitu kental miliknya.

“Ninih, kamu mau aku hamilin…?” Bisik Ahmad lembut di telinga Teh Ninih.

Teh Ninih pun menjawab tak kalah lembutnya, “Mau sayang…..entotin Ninih sampai hamil ya.” Ahmad langsung mengambil posisi mengangkangi pinggul sang Teteh pujaannya. Ia singkap sedikit bulu kemaluan ummahat yang cukup lebat itu karena belum sempat dicukurnya. Dibelahnya sedikit demi sedikit memek suci nan harum itu hingga ia melihat dengan jelas lapisan merah muda dengan butiran sebesar kacang menggantung di atasnya. “Akkhh…Ahmad, cepet masukin kontol kamu. Entotin aja Ninih sepuasmu…”

Seperti tak ingin cepat mengakhirikenikmatan ini begitu saja, Ahmad hanya mamarkir kepala kontolnya yang menggunung itu di sela-sela rerumputan hitam yang menutupi gundukan bukit menggemaskan milik seorang ustadzah terkenal itu. Sebagai gantinya, ia merapatkan dadanya ke payudara Teh NInih dan menggesek-gesekkannya. Tak lupa payudara montok dan kencang itu walau tak begitu besar ia remas-remas sambil sesekali memelintir putingnya yang kecoklatan.

“Aakkkhhhh….Ahmad sayang” Teh Ninih serasa menenggak anggur merah ketika diperlakukan seperti itu. Ia telah mabuk dalam kubangan nafsu kebinatangan yang terlarang akibat birahinya sendiri. Ahmad, yang sekalipun shalih dan bertubuh tegap, namun tetap saja sebenarnya ia tak boleh menikmati manis dan harum tubuh dan alat seksual ummahat itu. Namun kini, Ahmad tengah menumpahkan birahi jalangnya pada tubuh indah nan seksi ummahat itu. Gilanya lagi, Teh NInih bukannya berontak atau menghindar, namun ia malah mengizinkan bahkan memaksa Ahmad untuk berbuat cabul pada dirinya. Bahkan gesekan-gesekan kontol Ahmad pada bibir vaginanya membuatnya begitu tersiksa. Bagai kesetanan, Teh Ninih langsung memeluk tubuh Ahmad yang mulai basah akan keringat erat-erat dan mencakar-cakari punggung ikhwan perkasa itu, “Sialan kamu Ahmad….cepet masuki kontol kamu ke memek aku. Entotin Ninih sayaaaaaaannnggg…..!”

“Duh, kok omongan Ninih kayak pelacur gini sih. Kamu kan ummahat shalihah, jilbab kamu aja panjang banget gini.”

“Iya aku pelacur sayang….aku perek jalang, aku budak seks kamu. Cepet yang…..ayo ngentot sama NInih, genjoti memek NInih keras-keras…”

Tak mau membiarkan bidadari berkacamata itu lebih tersiksa lagi, Ahmad pun menurunkan pinggulnya perlahan. Tanpa harus diperintah lagi, kepala kontol yang cukup besar itu mulai beraksi membelah vagina yang telah melahirkan beberapa orang anak itu. “Teh…memek Teteh kok anget banget sih. BEda sama punya isteri Ahmad….Ahmad suka banget memek Teteh, OOOOhhhh…telen kontol Ahmad dong pake memek Teteh.”

Entah kenapa Ahmad kembali memanggil Teh NInih dengan sebutan Teteh. Mungkin menurutnya, kata ‘Teteh’ terdengar lebih erotis daripada kata ‘Ninih’. Dan itu terbukti, Teh Ninih yang semula sedikit pasif, kini aktif kembali. Dengan kelamin yang sudah berkedut-kedut tak karuan, dan daraf sensualnya yang terus berkontraksi, Teh Ninih mulai menghisap-hisap kontol Ahmad yang berusaha menyeruak ke dalam rongga vagina yang sebenarnya haram buatnya.Teh Ninih pun kembali mendesah-desah binal seolah memberi semangat pada Ahmad untuk segera menyetubuhinya. Setelah beberapa saat mengempot-negmpot kepala dan batang kontol Ahmad, Teh NInih pun dapat merasakan kejantanan yang lebih besar daripada yang biasa ia layani sebelimnya itu menerobos masuk ke dalam organ vitalnya.

“Akkhhh…Teteh….Ahmad masuk, Teh. Bismillahir Rahmannir Rahiiiiiiiiiiiimmmmmm.” KOntol Ahmad pun langsung amblas dalam hangatnya rongga kelamin Teh Ninih. “Teteh ikhlas kan saya entot?”

Teh NInih langsung menggeletar ketika merasakan sebatang penis dengan kehangatan dan ukuran yang jauh berbeda dari milik suaminya tercinta, memenuhi rongga memeknya. Rasa kenikmatan itu terus menjalar ke seluruh tubuh, apalagi ketika Ahmad menarik kontol yang begitu ia banggakan itu disertai hentakan keras menekan dinding kemaluan suci itu setelahnya, hingga si empunya sampai menggelinjang dan mengangkat dadanya tinggi-tinggi. “Teteh ikhlas kok yang……Teteh ikhlas dientot sama kamu” Ahmad mulai melakukan kocokan erotis pada vagina mungil Teh Ninih itu berkali-kali hingga Teh Ninih tak mampu membuka matanya saking nikmatnya genjotan Ahmad. Apalagi tak henti-hentinya Ahmad meremas-remas peyudaranya dan melumat bibirnya yang merah muda. “OOOhhh…ampun Ahmad. Ennnaaakkkk bangeeeettt…..entoti Teteh truz sayaaaannngg….” Ummahat itu begitu histeris ketika Ahmad meningkatkan tempo genjotannya. Untungnya, teriakan binal ummahat yang begitu keras itu langsung diredam Ahmad dengan bibirnya agar tak terdengar keluar.

Ternyata urat-urat di batang kontol Ahmad telah benar-benar membuat Teh Ninih menjadi gila. Ia pun turut menaik turunkan pinggul dan pantatnya yang montok seirama dengan goyangan erotis Ahmad. Keduanya telah sama-sama bercucuran keringat saat Teh Ninih melingkarkan kakinya di pinggul Ahmad sehingga ikhwan itu semakin mudah melesakkan kontol hitam legam nan besar miliknya ke dalam kemaluan menggemaskan milik ustadzah yang telah begitu binal itu, “OOOhhh….ooohh….yes….Teteh gila, memeknya unstadzah legit banget euy….Ahmad doyan ngentotin Teteh…”

Setelah sekitar 30 menit digagahi oleh Ahmad dengan liarnya, gelora birahi Teh Ninih hampir sampai di puncak kenikmatan untuk kesekian kalinya. Ia mulai meracau dan berteriak-teraik tak karuan, nafasnya sudah begitu memburu demi menatap kemaluannya yang cantik itu dipompa tanpa ampun oleh ikhwan yang tak henti-hentinya menghembuskan nafasnya yang panas dan penuh gairah ke wajah Teh Ninih. “OOhhh…Ahmad. Teteh mau keluar lagi neh…..semprot memek Teteh pake peju kamu dong yang anget n lengket…..ampuni Teteh ahmad……”

Ahmad pun menambah intensitas genjotannya pada vagina yang masih begitu sempit dan hangat itu ia rasakan. Ia merasa nafsu iblisnya telah hampir sampai di batas maksimal. Dan begitu Ahmad merasakan derasnya gelombang yang menjalari batang kemaluannya……ia pun mendekap tubuh sang ummahat idaman dan melesakkan kontolnya sedalam mungkin.

“Aaaaaaaaakkkkkkkkkkhhhhhhhhhh……rasain nih peju Ahmad, Dasar Teh NInih pelacur jalang……..”

“Crrrrroooooootttt…..cccrrrooooottt…” Semburan lava panas nan lengket itu pun menghentak-hentak menghantam dinding memek Teh Ninih sehingga mebuat benteng birahi ustadzah berjilbab panjang itu hancur lebur. Ia balas memeluk Ahmad dan mencakar-cakari apa saja yang ia bisa raih dari tubuh Ahmad. Tubuhnya berkelojotan dan menggelinjang bagai seekor anjing betina yang sedang disemprot air mani si jantan. Dan akhirnya….Teh Ninih pun melepaskan cairan cintanya yang paling suci dan paling penuh dengan ovum hingga ia terkulia lemas tak bertenaga.

Seiring dengan terlepasnya cairan cinta keduanya, ahmad pun langsung roboh di atas tubuh Teh NInih. Dengan penis yang masih bersarang di memek Teh Ninih seraya menyemprotkan kedutan kedutan kecil penghabisan, Ahmad pun menciumi wajah Teh Ninih sebagai ucapan terima kasih. Ia merasa sedikit bersalah karena telah merusak kehormatan dan kesucian seorang Teh Ninih yang tampak menggulirkan setetes air mata dari sudut matanya. Semsntara itu, pasangan zinanya itu kini telah tak sadarkan diri setelah dipuaskan sepuas-puasnya oleh kuda binal berkontol panjang itu. Segaris senyum tersungging di bibirnya menyiratkan perasaan hatinya yang begitu bahagia.Keduanya pun terus berpelukan bagai tak mau dipisahkan hingga adzan zhuhur membangunkan keduanya.